01 || Astaga!

156 27 18
                                    

Hari libur selalu dimanfaatkan Dean dengan sebaik-baiknya. Seperti saat ini, usai membersihkan kamar dan setiap sudut rumah. Dean kemudian mencuci pakaian kotor yang telah ia tampung sejak beberapa hari lalu.

Tidak adanya mesin cuci membuat Dean harus merelakan waktu dan tenaga untuk melakukannya secara manual. Sebenarnya, bisa saja ia membawa pakaian-pakaian kotor tersebut ke laundry, mengingat harganya masih terjangkau. Hanya saja, Dean memilih menyimpan uang tersebut untuk hal yang lebih penting.

Kini, Dean tengah sibuk di dapur setelah mandi dan menjemur cucian. Sesekali ia berseru memanggil nama sang adik yang sejak pagi tadi belum menampakkan diri. Sama seperti sebelumnya, tidak ada tanda-tanda kehidupan dari gadis tersebut.

Dean menghela napas pelan, teriakannya yang menggema sejak tadi tak juga berbalas. Ia bahkan belum beristirahat sejak tadi setelah sibuk melakukan ini-itu sedari pagi. Sementara Disca masih berada di dalam kamar, meski ia telah memanggilnya berulang kali.

Matahari yang sudah berada di titik puncak, seakan-akan tak dapat mengusik Disca dalam peraduannya. Tak ingin lagi membuang waktu dan tenaga hanya untuk hal yang sia-sia. Dean memilih bergegas menuju kamar Disca usai memastikan kompor telah ia matikan. Lelaki itu sangat yakin bila Disca bukannya belum bangun, melainkan tengah asyik dengan dunianya.

Benar saja, hal pertama yang Dean lihat adalah gadis itu tengah bertelungkup di atas ranjang sambil menatap layar ponsel. Dean hanya dapat menggeleng melihat Disca yang terlalu asyik menonton, bahkan sampai tak menyadari kehadirannya.

Dean berusaha tenang agar tak lepas kendali saat menghadapi Disca. Melihat earphone yang dipakai Disca, Dean paham mengapa anak itu mengabaikan panggilannya sejak tadi. Dean pun mendekat dan melepas benda itu dari telinga Disca.

Hal tersebut membuat Disca terkejut dan langsung menoleh hingga menemukan keberadaan Dean. Namun, belum sempat melayangkan protes. Dean lebih dulu merenggut ponsel kesayangannya.

"Kakak apa-apaan sih?!"

"Kamu yang apa-apaan? Bangun tidur bukannya mandi dan berberes. Ini malah ngabisin waktu buat nonton kayak gini," balas Dean.

Tatapan kakak-beradik itu beradu. Disca tidak pernah suka diganggu, apalagi sampai melewatkan kelanjutan dari anime yang ditontonnya. Namun, Dean selalu saja mencari masalah.

Semalam Disca hanya dapat menonton sebagian, sehingga melanjutkan episode berikutnya begitu bangun. Tinggal satu episode terakhir yang sangat membuat Disca penasaran, tetapi lelaki jomlo itu malah seenaknya mengacau.

"Kak, kembaliin! Aku mau lanjut nonton ih, penasaran!" Disca berusaha terus menggapai kembali ponselnya. Namun, Dean dengan gesit selalu dapat menghindar.

"Gak! Ini sudah jam berapa, Dis? Kamu belum mandi, bahkan kamar gak dirapiin. Coba lihat diri kamu, anak gadis kok berantakan gini, sih?"

"Astaga, Kakak cerewet banget, sih! Iya, iya, aku bangun!" sela Disca ketus. Gadis itu pun turun dari ranjangnya dengan ogah-ogahan.

Dean tersenyum tipis melihat Disca yang menurut, ternyata pilihan untuk mengambil ponsel anak itu adalah pilihan tepat. Disca biasanya tak 'kan patuh secepat ini, dan harus berdebat cukup panjang hingga bertengkar.

"Sana, mandi dulu. Habis itu makan, lalu-"

Belum sempat Dean menyelesaikan kalimatnya. Pergerakan Disca yang begitu cepat merebut ponsel dalam genggaman membuat Dean terkejut. Ia lengah, berpikir usahanya berhasil. Namun, ternyata malah Disca yang cukup cerdas mempermainkannya.

"Disca!" geram Dean yang ingin merebut kembali benda pipih tersebut.

"Apa? Kakak kenapa sih, suka banget gangguin aku yang lagi asyik nonton? Semalam aku harus berhenti karena Kakak. Dan aku baru lanjut, tapi Kakak lagi-lagi datang ngerecokin!"

WEEABOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang