04 || Tolong

44 15 0
                                    

Dean kembali menarik sudut bibirnya,  tersenyum tipis melihat Iko yang sedari tadi terus menggerutu. Mengabaikan apa yang dilakukan anak itu, Dean kembali menyesap kopi yang tinggal setengah.

"Makan dulu, baru gue antar," kata Dean setelah gerutu panjang Iko terhenti.

Iko mencebik, menanggapi kalimat lelaki yang ia tahu bernama Dean. Orang itu benar-benar menyebalkan.  Setelah membuat membuatnya menanggung malu di jalan tadi, kini ia dijebak di sebuah tempat yang sama sekali belum pernah ia masuki.

Selama ini Iko hanya dapat melihat dari luar, tanpa berani bermimpi untuk dapat menginjakan kaki di dalam.  Namun, hari ini dengan jebakan si sok akrab itu. Kini, ia menjadi salah satu pengunjung kafe yang ramai dikunjungi remaja sepantarannya.

Bukan bahagia, melainkan Iko merasa dongkol dengan yang dilakukan Dean. Lelaki itu berkata akan mengantarnya ke tempat Nura.  Akan tetapi, di sinilah mereka berakhir.  Kalau tahu akan  seperti ini, maka Iko lebih memilih menanggung malu di jalan tadi.

Seharusnya ia mengabaikan orang gila yang terus mengikuti dan menawarkan tumpangan. Tak perlu mendengar orang-orang yang ikut campur dan memaksa untuk menerima tawaran Dean.  Iko semestinya hanya  perlu meninggalkan laki-laki itu, tanpa peduli seperti apa Dean memanggilnya dengan penuh drama.

Sayangnya, orang-orang di sekitar mereka saat itu percaya akan drama menjijikan Dean. Menarik simpati dengan berpura menjadi kakak yang ternistakan. Benar-benar gila.

"Mau lo tuh sebenarnya apa, sih? Apa yang lo mau dari gue?" 

Tak ingin lagi terlibat dengan manusia yang ia ketahui adalah kakak dari teman sekelasnya. Tanpa basa-basi, Iko langsung menanyakan tujuan lelaki tersebut.

"Makan dulu. Sayang makanannya kalau dianggurin."  Dean memasang ekspresi  meringis, mendramatisir ucapannya hingga mendapat makian Iko.

"Dasar gila!"

Dean tersenyum lebar menanggapi hal tersebut, mungkin memang demikian. Kehilangan akal membuat ia melakukan hal gila, membuang harga diri hanya untuk duduk berdua dengan teman sekelas sang adik.

Tanpa peduli lagi dengan pendekatan yang harus dilakukan lebih dulu. Dean ingin mengutarakan permintaannya secara langsung. Ia merasa benar-benar tidak mampu menghadapi Disca seorang diri.  Dean butuh pegangan, penopang untuk membantunya bertahan.

"Tolong bantu gue untuk ngubah Disca,"  ucap Dean yang sambil menatap tepat mata Iko.

Iko terdiam untuk beberapa saat setelah mendengar kalimat tersebut. Hingga beberapa detik kemudian ia tertawa pelan. Kalimat Dean benar-benar membuatnya merasa tergelitik.

"Maksud lo?"  tanyanya.  Sambil menyamankan posisi duduk saat ini, Iko menatap Dean cukup lamat.

Rasa penasaran sontak memenuhi benak Iko. Disca yang selama ini ia kenal tampak baik-baik saja. Tak ada yang salah dari gadis itu. Seperti biasa, yang dilakukannya adalah membahas mengenai serial anime, juga rajin menonton tiap kali ada kesempatan. Bukankah itu masih tergolong wajar? Lantas apa yang harus diubah?

"Disca sudah terlalu kecanduan dengan hobinya. Terlalu asyik dunia khayalnya, hingga mengabaikan kehidupan yang sebenarnya."

Iko mengerutkan kening, mencoba mencerna maksud dari kalimat lelaki jangkung itu. Salahkah kecintaan Disca selama ini dengan hal yang selalu gadis itu bahas? Separah apa kecanduan Disca hingga membuat Dean sampai terbebani?

"Nilai Disca semakin menurun, lo pasti tahu itu.  Sikapnya semakin hari kian tak terkontrol, dan yang paling parah Disca sudah sampai melewati batas."

WEEABOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang