10 || Menerima

28 14 0
                                    

Dean seharusnya sudah dapat menduga respons yang akan Disca berikan terhadap keputusannya. Dengan tegas Disca menolak kehadiran Iko di antara mereka, ia tak pernah nyaman dengan kehadiran orang lain terlebih teman sekelasnya. Iko bisa saja menjadi ancaman untuk kebebasan Disca saat ini, bukan tidak mungkin ia akan dituntut untuk mendapatkan nilai seperti Iko.

"Kak, aku udah bilang! Aku gak mau dia ada di sini. Lagian, Kakak kenapa ikut campur sih sama masalah dia?" tanya Disca begitu tiba dalam kamarnya setelah dipaksa Dean.

Dean menutup pintu kamar Disca, berusaha meredam suara anak itu agar tak mengusik Iko. Ia tak menyangka dugaannya atas respons Disca ternyata benar. "Apa salahnya sih dia ada di sini? Lagian kalian juga teman, bagus malah bisa belajar bareng."

"Enggak! Kita berdua gak seakrab itu,dan aku gak mau Kakak manfaatin dia buat ngekang aku kayak gini!"

"Kakak gak manfaatin dia, Disca! Kakak cuman mau membantunya."

"Gak mungkin! Kakak sengaja dekatin dia buat ngawasin aku di sekolah, mantau aku dengan seenaknya. Bawa dia pulang dengan alasan gak masuk akal, lalu mau aku diajarin sama dia biar nilaiku naik. Iya, 'kan?"

Dean dibuat ternganga akan kalimat Disca, tak menduga adiknya akan berpikir sejauh itu. Ia bahkan tak pernah membayangkan hal demikian, bahkan ia tidak kepikiran akan meminta bantuan Iko Dengan cara seperti itu. Namun, dari kalimat Disca. Dean akhirnya paham alasan sikap Disca pagi tadi. Iko bisa jadi ancaman bagi Disca.

"Terserah kamu mau terima atau gak dengan keputusan Kakak. Iko akan tetap tinggal di sini."

"Kak!"

"Ah, iya. Kakak lupa kasih uang yang kamu mau,"  ucap Dean yang membanting topik dengan cepat.

Makian yang baru saja ingin Disca lontarkan tertahan di kerongkongan. Ia bungkam,berusaha mengendalikan diri agar tak lepas kendali sebelum mendapatkan apa yang diinginkan.  Kesempatan mengikuti festival hanya setahun sekali, dan ia tak tahu apakah masih bisa mengikutinya di tahun 2020 mendatang.

Disca menghela napas panjang guna menenangkan diri. Walaupun muak berada dalam aturan dan tekanan Dean, tetapi jika membantah atau melawan terlalu sering akan membuatnya rugi juga. Dean memang tak berhak untuk mengatur hidupnya, tetapi kehidupan Disca saat ini masih bergantung padanya.

"Terus mana uangnya?" tanya Disca dengan tangan terulur pada Dean.

Dean tersenyum tipis akan perubahan Disca teramat cepat. Namun, Dean tak semudah itu memberikan apa yang adiknya inginkan. Melihat anak itu sangat menginginkan apa yang ia minta, maka Dean kali ini berpikir cukup licik. Ia akan memberi apa yang Disca mau setelah anak itu mengabulkan apa yang ia inginkan.

"Tapi, dengan satu syarat." Dean mengeluarkan dengan gerakan lambat lembaran yang Disca minta. "Biarkan Iko tinggal di sini," ucapnya sambil memainkan benda itu di hadapan Disca.

"Iya, iya, iya, terserah!"

Disca bergerak cepat merenggut apa yang berada di genggaman Dean, tak ingin kehilangan kesempatan untuk hadir dalam festival tersebut.    Untuk masalah Iko ia akan pikirkan bagaimana cara mengenyahkan pemuda, dan menemukan cara agar Dean tak lagi mengatur-atur hidupnya.

Dean tak berkata apa pun lagi, sudah cukup puas dengan persetujuan dari Disca. Melihat adiknya bahagia dengan apa yang didapatkan pun membuatnya senang. Tanpa ingin mengganggu Disca lagi, ia pun beranjak keluar dari kamar tersebut.

"Kok masih di sini?" tanya Dean saat mendapati Iko masih berada di tempat yang sama sejak datang tadi.

"Gue gak selancang itu buat masuk setelah dapat penolakan."

Dean tergelak, kalimat yang diucapkan Iko cukup menggelitik. "Tenang saja, dia udah nerima lo,kok. Ayo ke kamar," kata Dean yang kemudian mengambil alih tas Iko dan membawa anak itu ke kamar milikinya.

Walaupun cukup percaya terhadap Iko, tetapi Dean tak ingin membuka celah untuk sesuatu hal buruk di masa mendatang. Sebisa mungkin ia menjaga batasan antara mereka berdua, tak adiknya dan Iko melakukan hal di luar batas tanpa sepengetahuannya.

"Yan ...."

Dean dengan cepat berbalik menangapi panggilan Iko yang duduk berada di belakangnya. Garis wajah yang serius membuat Dean mengerutkan kening, mendadak cemas bila anak itu berubah pikiran.

"Ada apa?" tanyanya.

"Gue terima permintaan lo buat ngubah Disca."
Iko berucap dengan tegas, yakin dengan apa yang menjadi keputusannya sejak beberapa saat lalu.

"Gue udah bilang, kalau gue lakuin semua itu bukan untuk bikin lo mau nerima permintaan gue. Ko," ucap Dean sambil mengganti kemeja batik yang ia kenakan dengan kaus oblong.

Meskipun cukup senang dengan apa yang diucapkan Iko, tetapi Dean tidak pernah bercanda dengan ucapannya. Ia bukan orang yang akan melakukan segala hal demi mencapai tujuannya,apalagi dalam meminta bantuan orang lain. Penolakan-penolakan dari Iko selama ini sudah cukup ia terima. Dean telah menyerah untuk memaksa Iko terlibat.Jauh dari keputusannya untuk membantu anak itu.

"Untuk masalah Disca biar gue yang pikirin, lo jalanin aja hidup lo dengan baik mulai detik ini," ucap Dean dengan tersenyum tipis sambil menepuk pundak Iko.

"Kalau gitu, biarin gue yang nawarin lo bantuan buat ngubah Disca." Iko membalas tatapan Dean, membuat mata keduanya kini saling beradu.

Dean menjauhkan tangannya dari Iko dan mundur beberapa langkah. Ditatapnya anak itu dengan lamat. Setelah mati-matian menolak, mengapa kini berubah pikiran? Bila alasan yang diucapkan Iko adalah bentuk dari balas budi, tentu Dean akan menolaknya.

"Jelaskan alasan dari tawaran lo. Jujur gue senang karena lo mau bantu. Tapi, gue gak mau lo lakuin ini dengan terpaksa, apalagi dengan alasan balas budi, Ko."

Iko tidak langsung menjawab pertanyaan Dean, pemuda berkacamata itu menguatkan kepalan tangannya. "Memangnya apa yang salah dari alasan balas budi? Lo udah sejauh ini bantuin dan ikut campur dalam masalah gue,apa salahnya kalau gue mau balas itu?"

Iko berdesah berharap Dean menerima alasannya,tak ingin sampai harus menguak alasan sebenarnya. Tentu saja ia tak 'kan mengatakan alasan penolakannya dulu karena tidak memiliki keberanian untuk mendekat pada gadis yang selama ini dikaguminya.Ia tak dapat membayangkan reaksi Dean bila tahu jika ia menyukai Disca selama ini, tetapi terlalu pengecut untuk mendekatinya.

"Gue mau bantuin lo buat ngubah Disca, dan izinin gue buat lakuin itu," ucap Iko dengan tulus.

Sudah cukup bagi Iko menjadi pecundang selama ini. Setelah melihat bagaimana Dean berusaha keras untuk membujuk dan dengan bodohnya ia menolak, hal itu membuat Iko sampai merutuk dirinya sendiri. Beruntung, Dean tidak meninggalkan walau telah berulang kali dikecewakan.

Oleh sebab itu, kali ini Iko tak 'kan melepaskan kesempatan yang ada. Ia akan berusaha lebih dekat lagi dengan Disca, membantu Dean yang selama ini telah berjuang sendiri bukan hanya demi Disca, melainkan juga untuknya.

Sementara itu, Dean masih tak mengatakan apa-apa. Ia cukup terkejut dan bingung dengan perubahan anak itu, tetapi merasa senang di saat yang sama. Ia pun perlahan mengangguk sebagai jawaban hingga membuat Iko tersenyum senang.

Senyum yang untuk pertama kali Dean lihat.

________

Day 10
AnFight Batch 8

________

Sampai jumpa di bab selanjutnya!

WEEABOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang