Dean tak tahu apa yang salah dengan adiknya. Entah mengapa anak itu sampai tersedu-sedu, padahal semua ini bukanlah kesalahan Disca. Dean hanya kena sial semalam, bertemu kembali dengan pria yang telah ia pancing emosinya beberapa waktu lalu. Syukur saja ia dapat pulang, meski pada akhirnya harus tumbang tepat di hadapan Disca dan Iko.
Hal tersebut pasti sangat mengejutkan mereka, mungkin itu pula alasan Disca berucap maaf karena merasa bersalah. Kalau sudah seperti ini, rasanya Dean ingin segera menemui adiknya itu. Menenangkan dan berkata bila semua baik-baik saja, juga bukan salah siapa-siapa.
Selain Disca, Dean pun ingin menemui Iko. Ada banyak hal yang ingin ia bicarakan dengan anak mengenai kejadian semalam, juga kabar terkini tentang Zakir yang berakhir di jeruji besi. Entah seperti apa reaksi Iko nanti, Dean hanya berharap cowok yang telah ia anggap sebagai saudara dapat tenang menyikapinya.
"Disca ngomong apa sama kamu, Yan?!"
Dean terkesiap, suara Sashi yang diselimuti emosi sontak membuat apa yang ada di benaknya berhamburan. Pandangannya pun beralih pada orang yang ia pikir tak 'kan ia temui lagi setelah apa yang terjadi. Namun, siapa sangka gadis itu akan menjaganya sepanjang malam.
"Dia bilang maaf, sambil nangis-nangis. Aku jadi khawatir sama dia. Sa."
Raut wajah Sashi semakin masam, ia yang menghabiskan waktu untuk menjaga Dean. Namun, laki-laki itu justru malah mengkhawatirkan Disca karena mengucapkan maaf. Konyol sekali.
"Kamu baru bangun loh, Yan. Pikirin diri kamu sendiri dulu, lagian wajar Disca minta maaf. Karena dia kamu ada di sini, 'kan? Sekarang jelasin sama aku apa yang dia lakukan sampai kamu berakhir kayaknya gini?"
Baru saja Dean berharap untuk dapat memperbaiki hubungan mereka. Namun, sikap dan kalimat Sashi membuatnya merasa kecewa.
"Dia sama sekali gak salah apa-apa, Sa. Aku luka gak ada hubungannya sama dia. Jadi, kenapa dia harus disalahkan dan meminta maaf?" tanya Dean.
Melihat perubahan ekspresi Dean, Sashi terpaksa harus menahan diri. Tak ingin berdebat dengan Dean yang memaksakan diri bergerak mencari ponsel demi menghubungi Disca. Bulir-bulir keringat yang menghias wajah pucatnya membuat Sashi tidak tega.
"Udah, gak usah dipikirin. Mending kamu istirahat." Sashi berucap lembut dan berinisiatif membantu Dean kembali berbaring dengan benar. Takut bila posisi Dean akan berdampak buruk pada lukanya.
Namun, pergerakan Sashi ditahan oleh Dean. Tangan yang baru saja akan menyentuh laki-laki itu tertahan. Dean menggenggam tangan Sashi dengan erat dan menatapnya dalam.
"Jangan alihin pembicaraan, Sa. Jawab pertanyaan aku, kenapa kamu bisa mikir sejauh itu?"
Sashi mendengkus, lantas menarik paksa tangannya dari genggaman Dean. "Aku sebenarnya gak mau debat sama kamu, Yan. Aku khawatir sama kamu, aku mau perbaiki hubungan kita. Tapi, kayaknya gak bisa selama ada anak itu di antara kita."
"Memangnya apa salah Disca, Sa? Dia adek aku, wajar aku peduli sama dia. Kamu cemburu sama orang yang gak tepat," ucapnya Dean yang berusaha menggenggam kembali tangan Sashi. Namun, gadis itu dengan cepat menghindarinya.
"Benar, aku cemburu sama orang yang gak tepat. Karena sampai kapan pun dia akan tetap jadi yang paling berharga buat kamu."
"Sa, maksud aku gak gitu."
"Yan, kamu tahu, gak? Aku mikirin ucapan berusaha keras buat nahan ego aku dan beri kamu kesempatan yang kamu mau. Waktu dengar kamu masuk rumah sakit, aku benar-benar khawatir, Yan. Takut kalau pada akhirnya tak 'kan pernah ada kesempatan kedua." Sashi menghela napas sejenak sebelum kembali berucap, "tapi, melihat kamu seperti ini, mendadak aku jadi ragu. Rasanya, sekalipun kita mencoba lagi. Semuanya akan tetap sama. Berapa lama pun aku nunggu kamu, selamanya kamu gak akan jadi milik aku seutuhnya. Selama masih ada adikmu di antara kita, selamanya kita gak akan bisa bersatu."

KAMU SEDANG MEMBACA
WEEABOO ✓
Ficción GeneralDean dibuat khawatir oleh Disca yang menghabiskan waktu hanya untuk menonton anime, membaca manga, hingga berdandan layaknya tokoh anime.Adiknya bahkan terobsesi dengan segala hal berbau Jepang. Sebagai kakak yang kini merupakan keluarga satu-satun...