Hidup Iko sejak awal tak pernah baik-baik saja. Banyak hal yang telah terjadi dan ia lalui di usianya yang masih sangat belia. Hari-hari Iko tak pernah tenang saat berada di rumah, terlebih semenjak ibunya lari dengan laki-laki lain.
Iko tak pernah paham pemikiran orang dewasa, tentang apa yang dipikirkan ibunya hingga dengan mudah bermain api. Bergonta-ganti pasangan dan meninggalkan ia begitu mudahnya. Anak itu tidak pernah dapat memahami ibunya yang meninggalkan dirinya bersama lelaki bejat itu. Berjanji untuk kembali, tetapi hingga bertahun-tahun berlalu wanita itu tak juga datang.
Zakir yang semula begitu baik dan bersikap selayaknya ayah terbaik pun semakin berubah dari waktu ke waktu. Kekecewaannya terhadap sang ibu membuat lelaki itu menjadikan Iko pelampiasan. Iko tak dapat melakukan apa-apa selain menerima amarah Zakir, lelaki itu terlalu sakit hati dengan pengkhianatan wanita yang ia perjuangkan habis-habisan.
Setelah semua yang dilakukannya untuk menikahi sang pujaan hati. Belum ada 1 tahun usia pernikahan keduanya. wanita itu meninggalkannya bersama Iko. Siapa yang tak akan marah bila diperlakukan demikian?
Iko tahu perasaan Zakir, tentang betapa emosinya pria itu. Untuk itulah ia tak pernah melawan, mengeluh, apalagi bersuara. Menerima segala perlakuan Zakir yang semakin hari kian barbar.
Hal seperti tadi pun bukan untuk yang pertama kalinya. Iko sampai tak dapat lagi menghitung berapa kali ia meregang nyawa di tangan pria tersebut. Tak ada yang berani membantunya, para tetangga yang mendengar gaduh dalam rumah hanya menutup telinga. Sebab, Zakir akan melakukan hal nekat pada siapa pun yang berani ikut campur dalam urusannya.
"Lo apa-apaan, sih? Siapa yang nyuruh lo buat ikut campur dalam hidup gue?!" Iko menatap sengit laki-laki di sampingnya.
Setelah diam cukup lama,hal pertama yang dilakukan pelajar SMA itu adalah membentak dan memaki orang gila yang menerobos masuk dan menghajar Zakir. Benar-benar sinting, Iko tak tahu harus bagaimana lagi cara menyikapi presensi lelaki tersebut.
Hidupnya yang sudah kacau semakin berantakan akibat Dean. Ia sama sekali tidak berterima kasih atas aksi heroik yang Dean lakukan, hal tersebut justru membuat Iko berantakan. Ia tak dapat menebak hal apa yang akan dilakukan sang ayah tirinya terhadap Dean juga dirinya nanti.
"Sori, kalau gue ikut campur. Tapi, gue gak akan pernah bisa nutup mata dan gak peduli saat orang yang gue kenal diperlakuin seperti itu."
Iko merotasikan bola matanya malas. "Dia bokap gue dan dia–"
"Dia gak pernah berhak memperlakukan lo kayak tadi, meskipun dia bokap lo. Sebagai orang tua, dia juga gak seharusnya bersikap seperti itu," sela Dean dengan cepat. Muak rasanya saat Iko masih menganggap pria berengsek itu ayahnya.
"Lo udah terlalu ikut campur dalam hidup gue, dan gue tegasin sama lo. Apa pun yang lo lakuin buat bujuk gue itu gak akan mempan. Jadi, berhenti dan urus hidup lo sendiri!" Iko berucap tegas.
"Sayangnya, gue udah terlanjur terlibat. Lo tenang aja.masalah permintaan gue, lo bisa lupain itu. Disca tanggung jawab gue, jadi biar gue usaha sendiri buat ngubah dia."
Iko menatap Dean lamat, tak menyangka dengan apa yang ia ucapkan. "Lalu, apa alasan lo nolongin gue? Kasian?"
Dean sontak menarik kedua sudut bibirnya. Iko dan Disca benar-benar sama. jika sudah berdebat, maka akan sulit berhenti sampai mendapat kemenangan."Ya, seperti itulah. Gue udah bilang, gue gak akan pernah bisa nutup mata dan gak peduli saat orang yang gue kenal diperlakuin seperti itu."
"Tapi–"
"Udah, deh. Mending sekarang lo istirahat, diam, tidur. Kita berisik banget dari tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
WEEABOO ✓
General FictionDean dibuat khawatir oleh Disca yang menghabiskan waktu hanya untuk menonton anime, membaca manga, hingga berdandan layaknya tokoh anime.Adiknya bahkan terobsesi dengan segala hal berbau Jepang. Sebagai kakak yang kini merupakan keluarga satu-satun...