11 || Pengakuan

28 14 0
                                    

Ada hal yang menarik perhatian Dean dengan keputusan Iko yang mendadak. Alasan balas budi mungkin menjadi faktor utama dari perubahan sikap Iko. Namun, entah mengapa Dean merasa ada hal lain yang mendasari hal tersebut.

Semenjak Iko mendeklarasikan diri untuk membantu. Sikap dan sifat Iko pun berubah membuat Dean bagai mengenal sosok berbeda dari sebelumnya. Gaya bicara anak itu berubah drastis padanya, mengejutkan Dean yang merasa aneh akan hal tersebut.

Selain itu, sikap Iko terhadap Disca pun berbeda. Berbeda saat pertama kali mereka dipertemukan,kini Iko sama sekali tak terlihat canggung. Matanya tak lagi gelisah saat bertemu dengan Disca, bahkan dapat bersikap sok akrab hingga membuat Disca risih.

Acara sarapan mereka pun berantakan, Disca pergi begitu saja setelah memaki Iko yang mengacaukan mood-nya. Makanan yang sudah susah payah dibuat Dean bahkan belum tersentuh sama sekali. Semua karena Iko melakukan hal yang Disca tak sukai, yaitu ditegur saat bermain ponsel.

"Bungkus aja makanan buat Disca, Bang. Ntar di sekolah aku kasih ke anaknya." Iko beranjak dari tempatnya, menuju dapur dan mengambil kotak bekal di dalam lemari yang tadi sempat dilihatnya.

Kalimat Iko berhasil menarik kembali Dean dari lamunan. Pergerakan Iko yang kemudian mengisi kotak bekal itu tak lepas dari pandangannya.Perubahan Iko sungguh drastis membuatnya merasa asing dengan anak itu.
Panggilan 'Abang'  dan tutur kata yang lebih lembut dari biasanya membuat Dean merinding. Terlebih Iko berinisiatif membawakan bekal untuk untuk Disca yang telah pergi begitu saja.

"Lo kenapa sih? Dalam satu malam lo berubah drastis seperti ini." Dean pada akhirnya berucap dan menatap anak itu lamat.

Iko menggaruk tengkuknya yang tiba-tiba terasa tak nyaman. "Maaf, Bang. Selama ini aku pura-pura bersikap gak sopan supaya Abang gak ganggu aku lagi. Tapi, bukannya mundur, Abang malah semakin mendekat."

Dean sontak menjatuhkan rahang bawahnya,tak percaya dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Tidak menyangka jika selama ini ia tak mengenalnya Iko dengan baik, kepribadian yang selama ini dikenalnya hanyalah sandiwara dari anak itu. Astaga! Lantas seperti apa anak itu sebenarnya?

Melihat keterkejutan yang Dean tampakkan melalui membuat Iko merasa tak enak hati. Ia tahu laki-laki itu saat ini pasti sangat kebingungan, merasa bodoh karena tidak mengenalnya sama sekali.

Iko semestinya berbangga diri akan hal itu karena terbukti berhasil memainkan perannya. Akan tetapi, respons yang Dean berikan membuatnya takut. Laki-laki itu bisa saja memaki dan geram dengan kebohongan yang telah Iko lakukan.

"Jadi, selama ini lo--eh,aku ketipu mentah-mentah dan sama sekali gak kenal kamu itu sebenarnya kayak apa?" tanya Dean yang kemudian terpingkal-pingkal.

Dean tak  mampu menahan gelaknya, benar-benar takjub dengan sosok seorang Iko. Anak itu benar-benar menarik dan mampu menjebaknya dengan sandiwara yang apik. Alih-alih marah, Dean malah senang akan hal itu.

"Maaf, Bang. Aku pikir Abang gak akan senekat itu setelah dikasarin. Eh, tahunya malah makin dikasarin makin jadi, aneh!"

Dean kembali tergelak,gaya bicara Iko yang berubah membuatnya merasa tergelitik. Tak ada emosi seperti sebelum-sebelumnya, tetapi tetap saja di ujung kalimatnya tetap licin dan agak menyentil.

Sejujurnya, ia tak mempermasalahkan bagaimana Iko selama ini bersikap. Mengetahui fakta bila Iko hanya berpura-pura ketus dan tak bersahabat selama ini sungguh membuatnya bahagia. Itu artinya selama ini ia tak salah menilai. 

"Jadi sekarang, bukan gue-lo lagi, nih?Kamu panggil aku 'Abang', gitu? Wah!"

Dean yang heboh sendiri dan gelaknya membuat Iko menggeleng. Mendadak ia merasa menyesali keputusannya untuk mengaku. Sudah dapat terbayang dalam bila Dean pasti akan bersikap lebih sok akrab lagi.

WEEABOO ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang