Kini Ura sedang berada di dapur yang masih di kediaman sang Ayah. Adam memutuskan untuk berada di rumah mertuanya dulu untuk sementara waktu. Lagipula Ayah mertuanya ini memang hanya tinggal seorang diri. Sedangkan adik ipar tirinya masih setia tinggal bersama sang Ibu.
"Eh anak cantik Ayah lagi bikin apa nih?" Tanya Aga yang baru saja menginjakkan kakinya di dapur.
"Selamat pagi Ayah sayang" ucap Ura seraya menghampiri sang Ayah dan mengecup pipi kanan sang Ayah.
"Pagi juga kesayangan Ayah" balas Aga lalu kemudian duduk tepat di kursi meja makan.
Tidak lama kemudian datanglah Adam yang masih mengenakan pakaian santai rumahannya dengan kaos hitam dan celana training. Lalu Adam ikut bergabung dengan sang mertua.
Seusai acara resepsi semalam, keluarga besar Adam maupun Ura sudah kembali kerumahnya masing-masing. Tinggallah mereka bertiga di rumah yang cukup besar ini.
"Sarapan sudah siap" ucap Ura seraya membawa hidangan sarapan pagi dengan menu nasi goreng spesial.
"Waah harum nyaaa..... Jadi gak sabar nih mau melahap masakan putri kecil Ayah" ucap Aga.
"Ayah bisa aja deh. Ayah denger ya, sekarang Ura udah punya suami tau. Jadi bukan anak kecil lagi" balas Ura yang protes dengan sebutan sang Ayah.
"Tetep aja Ra, kamu bagaikan putri kecilnya Ayah meskipun sudah menikah" balas Aga lagi.
"Iya terserah Ayah aja deh"
Lalu Ura mengambilkan sepiring nasi goreng untuk sang suami "Kurang gak kak?"
"Sudah cukup" balas Adam. Lalu Ura memberikan sepiring hidangan sarapan untuk suaminya dan untuk pertama kalinya.
Lalu ia menyendokkan nasi goreng untuk ia hidangkan kepada sang Ayah tercinta.
"Nih untuk Ayah kesayangan Ura" ucap Ura seraya memberikan sepiring nasi goreng kepada sang Ayah.
"Terimakasih anak cantik Ayah" balas Ayah yang menerima pemberian sang anak.
"Adam semalem itu kenapa si Ura teriak?"
"Ayah... Apa sih udah makan dulu!!" bukannya Adam yang menjawab malah Ura yang menjawab pertanyaan dari sang Ayah.
"Ya kan Ayah penasaran. Kenapa kamu heboh sendirian" balas Ayah.
"Udah sarapan dulu, gak boleh bicara kalau lagi makan!" Tegas Ura.
Suasana sarapan kali ini begitu lebih hangat. Dua pria hebat Ura ada didekat Ura. Ia merasa dirinya sangat beruntung.
Seusai sarapan ketiganya berdiam di ruang keluarga. Weekend kali ini mereka bertiga memutuskan untuk di rumah saja dengan bersantai-santai.
"Ayah, Ura sama kak Adam boleh disini dulu kan?" Pertanyaan Ura yang terlontar untuk sang Ayah.
"Adam, Ura. Rumah ini rumah kalian juga. Kalian ingin pulang ke rumah ini? silahkan. Pintu ini selalu terbuka untuk kalian anak-anak Ayah" jelas Aga.
"Terimakasih Ayah. Saya sebenernya sudah menyiapkan rumah juga untuk kami tempati. Tapi ternyata rumah itu belum siap untuk di tempati dekat-dekat ini" kali ini Adam yang angkat bicara.
"Wah bagus dong kalau kamu sudah memiliki rumah untuk kalian berdua tempati. Ayah pasti selalu mendo'akan yang terbaik untuk anak-anak Ayah pastinya" balas Ayah.
Ura terdiam, apakah dia siap meninggalkan Ayahnya. Apakah Ura akan siap bila harus berjauhan dengan sang Ayah.
***
Ura duduk pada sofa yang berada di dalam ruang kamarnya. Ia sedang menunggu Adam pulang dari masjid setelah melaksanakan sholat Dzuhur. Ia sama sekali belum diberitahu soal rumah yang akan menjadi tempat tinggal mereka nanti. Jujur Ura belum siap jika harus pisah dengan sang Ayah. Tapi ia juga harus ikut dimana suaminya akan tinggal.
Ceklek
"Assalamualaikum"
"Wa'alaikumussalam" balas Ura seraya mencium punggung tangan sang suami.
Adam melepas pecinya dan meletakkan pada tempatnya. Membuka baju Koko putihnya dan nampaklaj kaos putih yang melekat pada tubuh nya dengan sarung yang belum ia lepas.
"Kak, Ura belum tau sama sekali soal rumah yang akan kita tempati nanti. Sebelumnya juga kakak gak ada bicarakan soal ini" ujar Ura to the point.
Adam menginstruksi kan Ura untuk mendekat ke arahnya dan duduk di samping Adam yang sedari tadi duduk di sisi ranjang.
"Maaf ya saya baru kasih tau. Maaf buat kamu terkejut juga. Rumah itu sudah saya persiapkan untuk saya dan istri saya bahkan anak-anak saya kelak nanti" jelas Adam.
"Ya tapi kenapa Ura baru tahu?"
"Iya sebenarnya semalam saya mau kasih tau kamu, tapi mood kamu lagi gak baik semalam dan kamu juga tidur lebih dulu jadi saya belum sempet bicara" jelas Adam lagi.
"Tapi Ura belum siap jauh dari Ayah" ujar Ura lirih tapi mampu masuk ke pendengaran Adam.
"Saya tidak berniat menjauhkan kamu dari Ayah. Saya juga tidak melarang kamu untuk bertemu dengan Ayah. Saya cuma perlu istri saya ikut pulang bersama saya ke istana yang sudah saya siapkan"
"Kak Adam bisa gak sih gak usah pake saya-saya. Lama-lama Ura berasa kayak di jelasin sama dosen loh" dumel Ura dengan raut wajah kesal.
"Maaf saya belum terbiasa"
"Tuhkann!!!"
Ura sudah terlalu jengah dengan ucapan saya yang suaminya lontarkan. Dia ini bicara dengan suaminya bukan dengan dosen atau orang yang belum ia kenal.
"Kita ini suami istri loh. Masa bicara saya-saya sih" protes Ura lagi.
"Oke kita ganti panggilan kalau begitu" balas Adam.
"Setuju!!" Pekik Ura dengan semangat.
"Dengan panggilan sayang" balas Adam
"Contoh?"
"Sayang"
"Hah?"
"Iya saya, Panggil kamu sayang" jelas Adam sedikit menggoda sang istri.
"Apaan sih kok gak jelas banget, yang jelas gitu loh....!!"
"Yaudah maunya istri gimana panggilannya?"
"Eumm... Aku panggil Mas Adam gimana?" Tanya Ura dengan sedikit ragu.
"Boleh" balas Adam.
"Oke Mas Adam!!!"
"Dek Ra" ujar Adam yang membuat Ura sedikit bingung dengan ucapan Adam.
"Hah?"
"Dek Ra... Singkatan dari dek Ura" jelas Adam.
"Oke deal. Ganti panggilan, kalau Mas Adam pakai kata-kata saya-saya lagi Ura kasih hukuman"
"Iya dek Ra ku sayang"
Blush
"Eh kok pipinya merah" goda Adam.
"Aaaa Mas Adam nyebelin!!" Pekik Ura lalu meninggalkan Adam sendirian di kamar.
Adam terkekeh melihat tingkah istrinya yang masih malu-malu. Lalu Adam menggelengkan kepalanya. Rasanya ia ingin mendekap tubuh mungil istrinya itu saking gemasnya dengan tingkah dek Ra nya itu.
Rasanya Adam benar-benar jatuh cinta pada sosok gadis kecilnya dulu..
.
.
.
.
Bersambung....Yuk gais jangan lupa vote😋
Follow juga gaissss!!!!!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
RandomGadis yang memiliki keceriaan dalam keseharian nya. Gadis yang pintar dalam menyimpan perasaannya kepada seorang yang sangat disukainya. Gadis itu percaya jika jodoh tak akan kemana. Gadis itu bernama Aurora Melati Raditya, anak dari Bagas Raditya d...