Ura saat ini sedang bersama Atan. Ia sedang berada di sebuah mall. Ura yang mengajak Atan untuk mengunjungi toko buku, karena Ura sudah kehabisan stok buku bacaannya.
"Kak masih lama apa?" Tanya Atan.
"Bentar lagi Tan" balas Ura.
"Kak emang bang Adam mau dijodohin ya?" Tanya Atan yang masih mengekor di belakang Ura.
"Iya bener banget. Sekampus lagi sama aku ceweknya" ujar Ura.
"Hah seriusan?" Tanya Atan.
Ura mengangguk "masa sih kak?" Tanya Atan.
"Iya"
Ura berjalan menuju kasir untuk membayar buku yang telah ia pilih. Ia mengeluarkan uang dari dompetnya dan memberikan kepada penjaga kasir.
Kemudian Ura dan Atan keluar dari toko buku. Ura berniat mengajak Atan makan terlebih dahulu sebelum dirinya beranjak pulang ke rumah.
"Eh kak itu bang Adam?"
Ura menoleh ke arah yang ditunjuk oleh Atan, lalu Ura menganggukan kepalanya "iya" balas Ura.
"Sama siapa kak?"
"Calon istrinya maybe" balas Ura yang sedang memasukkan dompet ke dalam tasnya.
"Cantik ya. Cewek yang di supermarket waktu itu?"
"Iya" balas Ura seraya beranjak melangkah meninggalkan kasir.
Adam saat ini sedang mengantarkan Ana yang akan membeli kebutuhan untuk perlengkapan kuliahnya. Ura mengetahui bahwa Ana adalah calon istri Adam.
"Kak makan dulu yuk" ajak Atan. Kemudian Ura menyetujui ajakan dari Atan yang memang itu niat Ura untuk mengajak Atan makan terlebih dulu dan mereka berdua menuju tempat restauran cepat saji.
"Eh bang Adam makan disini juga tuh kak" ujar Atan memberitahu. Ura melihat sekilas ke arah Adam dan memalingkan pandangannya lagi.
Ura menatap lekat satu keluarga yang utuh. Kebersamaan yang tak pernah Ura dapatkan dalam hidupnya. Mungkin Ura pernah merasakan namun hanya sesaat. Hal itu juga dialami oleh Atan sang adik.
"Kak"
"Bahagia sekali keluarga itu ya dek" ujar Ura yang masih memandang ke arah depan dimana ada sebuah keluarga yang harmonis.
Atan mengelus pundak Ura dan tersenyum menatap Ura lekat "andai Ibu gak memilih jalan lain untuk hidupnya kak. Pasti kita akan seperti itu ya kak" ujar Atan.
Ura mengangguk "Ibu lebih sayang dengan dunia karirnya dibandingkan kita" sambung Atan lagi.
"Enggak kok. Ibu juga sayang kita"
"Kalau Ibu sayang sama kita pasti Ibu jadikan kita sebagai prioritas nya bukan malah memilih karir dan suami barunya itu"
Terlihat jelas mata Atan yang sudah berkaca-kaca. Atan sangat kecewa oleh sang Ibu yang lebih memilih yang lain dibanding dirinya dan keluarganya.
"Sabar ya dek. Semua ada hikmahnya" ujar Ura seraya memegang tangan Atan.
Atan menyeka air matanya yang sedikit menetes "Itu sebab kenapa aku pilih tinggal sama Ayah dibanding sama Ibu kak"
"Semua udah berlalu. Biarin Ibu cari kebahagiaan nya sendiri dan kita juga sama, walaupun Ibu gak ada di samping kita tapi kita punya Ayah yang hebat banget" ujar Ura.
Atan mengangguk "aku setuju walaupun Ayah belain kak Ura terus ya kan" ucap Atan seraya terkekeh.
"Kamu apaan sih. Ayah gitu-gitu juga sayang sama kamu loh" balas Ura.
Walaupun dihidup Ura tak dihadirkan seorang Ibu. Namun, ia bersyukur karena telah dihadirkan seorang Ayah yang begitu hebat. Ayah yang selalu ada untuk Ura. Ayah yang mementingkan kebahagiaan anak-anaknya dibanding kepentingannya sendiri.
Aga memutuskan untuk menceraikan Sezza. Alasannya mungkin tak terlalu berat. Sezza memilih karirnya sehingga tak bisa memprioritaskan anak dan keluarga. Ditambah Sezza lebih memilih hidup dengan Ardi suaminya saat ini.
"Kak, bang Adam ternyata kalau sama cewek yang Deket sama dia keliatan nya gak irit bicara ya" ujar Atan yang melihat ke arah Adam dan seorang gadis.
"Udah ih biarin aja Napah, jangan diurusin" ujar Ura seraya merapihkan tasnya.
"Yaudah yuk pulang" ujar Ura seraya berdiri dari tempat duduknya.
Setelah mengisi perut dengan Atan. Ura memutuskan untuk beranjak pulang. Jika dirinya pulang larut malam pasti akan di beri kata-kata mutiara oleh sang Ayah.
***
Esok harinya Ura sudah berada di kampus. Setelah mendapat kabar dari Imam bahwa hari ini ada perkumpulan, dirinya akan ikut menjadi kepanitiaan dalam acara baksos.
Ura sedang berada di aula perkumpulan. Ura mengikuti rapat perdana acara baksos ini.Tadinya Ura tak ingin ikut pada kegiatan ini namun hati kecilnya berkata bahwa kegiatan ini bisa membuat Ura mendapatkan pengalaman baru yang belum pernah Ura dapatkan sebelum nya.
"Ura kamu kepilih jadi ketua divisi acara" ujar Imam.
"Hah? Kenapa aku?" Tanya Ura. Ura sedikit terkejut, sebelum nya Ura belum pernah mendapat bagian seperti ini.
"Karena saya yakin kamu mampu" ujar sang ketua acara.
Ketua acara baksos ini adalah kak Alif. Kak Alif anak semester 5, lumayan tampan menurut Ura, dia juga terlihat berwibawa.
"Keberatan?" Tanya Alif.
Ura menggeleng kan kepalanya "Enggak kak. Terimakasih udah percaya sama Ura. Ura mohon bimbingannya" ujar Ura seraya tersenyum. Senyum Ura mendapat balasan dari Alif dan anggukan kepala.
Alif yang diberi senyuman dari Ura merasa tak kuat karena senyum Ura terlalu manis menurut Alif. Sejak pertama Alif lihat Ura dan bertemu Ura. Alif merasa bahwa dirinya telah jatuh hati kepada Ura, adik tingkatnya. Padahal baru bertemu saat mengadakan rapat perdana baksos ini.
"Kalau ada kesulitan bisa langsung tanya sama saya" ujar Alif yang mendapat anggukan dari Ura.
"Oke Imam sebagai sekertaris dari acara ini kamu bisa terus komunikasi sama saya dan Ura ya karena Ura sebagai ketua divisi acara" ujar Alif lagi.
Ura dan Imam menganggukkan kepalanya "ada yang ingin ditanyakan sebelum rapat saya tutup?" Tanya Alif.
Seluruh panitia yang mengikuti rapat serentak menggelengkan kepalanya "sepertinya sudah cukup" ujar Imam.
"Baik rapat selesai. Terimakasih telah hadir pada rapat perdana kita. Saya harap kalian semua bisa berkontribusi secara baik. Supaya acara yang kita selenggarakan berjalan secara lancar" ujar Alif, kemudian Alif mengucapkan salam.
Semua panitia bubar meninggalkan aula rapat. Ura pun berdiri dan beranjak keluar aula. Namun, langkah nya terhenti ketika Alif memanggil dirinya.
"Tunggu!!!" Ujar Alif seraya menghentikan langkah Ura.
"Iya kak?"
"Kalau ada perlu apa-apa jangan sungkan ya" ujar Alif. "Sebelumnya kita belum terlalu kenal, dan tadi saya sedikit terlambat. Boleh kenalan lagi?" Ujar Alif lagi.
Ura mengangguk dan menangkupkan kedua tangannya lalu ia letakkan di depan dada "Aurora kak" ujar Ura.
"Oh iya panggil Ura aja" sambung Ura lagi.
"Salam kenal Ura" balas Alif seraya tersenyum menatap Ura.
Adam yang baru keluar dari ruangannya dan akan menuju ke parkiran fakultas menghentikan langkah nya kala melihat Ura dan satu pria yang Adam tidak ketahui.
Adam tersenyum getir "Permata yang selalu menjadi rebutan" gumam Adam.
Siapa yang tak suka dengan Ura. Cantik, sopan, baik, lembut. Walaupun terkadang tak bisa lembut setiap saat namun bagi Adam, Ura adalah wanita sempurna yang tak mampu Adam miliki. Ura yang memiliki kepribadian ceria dan lembut itu berbaur menjadi satu dalam dirinya.
.
.
.
.
.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
SonstigesGadis yang memiliki keceriaan dalam keseharian nya. Gadis yang pintar dalam menyimpan perasaannya kepada seorang yang sangat disukainya. Gadis itu percaya jika jodoh tak akan kemana. Gadis itu bernama Aurora Melati Raditya, anak dari Bagas Raditya d...