10✓

56 6 0
                                    

Hari libur adalah hari kemerdekaan bagi Ura dan Atan. Ura sedang menemani Atan bermain play station. Kedekatan Ura dan Atan sangat dekat bahkan jika orang tidak tau apa status mereka sebenarnya, orang-orang menganggap Ura dan Atan sepasang kekasih.

"Kak jangan curang ya. Terus kalau kalah jangan nangis!!!"

"Apaan dah siapa juga yang nangis!!!" Balas Ura seraya mencolek kepala Atan.

Aga sedang duduk di singlenya sofa dan menatap laptopnya itu. Ura menyudahi bermain nya dan Atan melanjutkan permainan nya.

"Ayah pacaran terus sama laptop" kata Ura seraya mengambil cemilan yang berada dalam toples.

Aga melihat ke arah Ura dan terkekeh "biarin emang kenapa? Dari pada Ura jomblo, hahahah" ujar Aga seraya menggoda sang Anak.

"Apaan si Ayah garing"

Sedangkan Atan sudah tertawa terbahak-bahak mendengar kata Aga yang menggoda Ura.

"Permisi, Atan ikut Ibu pulang sekarang!!!" Ucap seseorang yang baru saja datang. Membuat Aga, Ura dan Atan melihat ke arah suara.

"Ibu" kata Ura, seraya bangkit dari duduknya dan memeluk sang Ibu.

Ibu tak membalas pelukan Ura, dan bahkan dilepaskan dekapan yang Ura berikan kepada Ibunya.

"Ada apa za?" Tanya Aga "silahkan duduk!" Pinta Aga mempersilahkan duduk kepada mantan istrinya.

"Aku mau bawa Atan pulang dan tinggal sama aku" kata Sezza yang baru saja mendudukan dirinya di sofa.

"Hah? Apa Bu?" Ujar Atan dengan terkejut.

"Iya kita pulang sayang. Kamu itu anak Ibu jadi sebaiknya kamu tinggal sama Ibu" kata Sezza.

Ura yang masih terpaku di tempatnya, ia tak bergerak sedikit pun dari tempatnya menatap lekat kepada ketiga orang yang sedang duduk.

"Ibu apa-apaan sih!!!"

"Kenapa Atan? Kamu anak Ibu, anak kandung Ibu sudah jelas kamu harus ikut tinggal sama Ibu" jelas Sezza.

"Kenapa tiba-tiba kamu minta Atan untuk tinggal sama kamu?" Tanya Aga yang sama bingungnya dengan Ura dan Atan.

"Aga, Atan itu anak aku jadi wajar dong aku minta dia buat ikut tinggal sama aku" balas Sezza.

"Gak!! Atan gak mau!!" Balas Atan dengan nada yang sudah ditinggikan. "Setelah Ibu abaikan aku sama kak Ura, terus tiba-tiba Ibu Dateng mau jemput aku. Aku bener-bener gak ngerti sama pemikiran Ibu. Aku pikir setelah aku ikhlasin Ibu buat milih kebahagiaan Ibu, Ibu gak akan usik hidup Atan lagi!!!" Sambung Atan lagi.

Ura menghampiri sang adik dan duduk tepat di samping Atan "Jangan meninggikan suara kamu" bisik Ura tepat di samping telinga Atan.

Atan menggenggam tangan Ura. Atan yang sedari kecil dirawat oleh Ayah dan bahkan Ibu nya tak pernah memperdulikan dirinya dan Ura. Sezza memang sempat merawat Ura dan Atan tetapi tak sepenuhnya merawat keduanya.

"Mau kamu apa si za?" tanya Aga

"Aku mau anak aku!!" Balas Sezza.

"Tapi Atan gak mau tinggal sama Ibu. Atan udah nyaman di rumah ini Bu" ujar Atan.

"Gak bisa!!! Mulai hari ini kamu ikut Ibu dan tinggal sama Ibu titik!!!" Tuntas Sezza seraya berdiri dan menggenggam tangan Atan.

"Ibu" cegah Ura, namun hal itu dicegah oleh Aga yang langsung memegang tangan Ura.

"Ayah....  Atan.." rengek Ura.

"Sezza tunggu!!!" Ujar Aga menghentikan langkah Sezza yang hampir meninggalkan ruang keluarga.

"Apa lagi sih ga? Belum jelas? Hah? Aku mau bawa dia, Atan juga hak aku dong, dia anak aku"

"Iya aku paham, tapi kenapa tiba-tiba?" Tanya Aga.

"Bukan urusan kamu dan sekarang aku butuh Atan!!" Ujar Sezza lagi.

"Oke Atan ikut Ibu. Tapi tunggu" ucap Atan seraya melepaskan tangan yang dipegang oleh Ibunya.

Atan melangkah menuju Aga dan memeluk sang Ayah "Ayah maafin Atan ya. Atan janji Atan akan pulang. Ayah baik-baik sama kak Ura ya" ucap Atan.

Aga mengusap pundak Atan "pergilah nak!! Sesekali main ke rumah ya Ayah akan senang sekali" balas Aga.

"Atan akan kembali Ayah tenang aja" balas Atan seraya melepaskan pelukan sang Ayah dan melangkah mengikuti langkah Ibu nya.

Ura yang mengetahui itu pun mengejar Atan lalu memeluk Atan dari belakang. Ura sudah menangis, padahal hanya ditinggal sang adik tapi rasanya berat sekali.

"Atan..." Gumam Ura.

Atan membalikkan tubuhnya dan mendekap tubuh Ura dengan erat "jaga diri baik-baik kak. Maaf Atan gak bisa jemput kakak dulu. Dia Ibu Atan, bagaimana pun Atan harus hormat dan nurut sama Ibu" ujar Atan.

"Atan juga baik-baik. Jangan nakal sama Ibu dan nurut ya" ujar Ura yang masih menangis.

Atan melepaskan pelukan Ura dan menyeka air mata Ura yang sudah menetes. Berat bagi Atan meninggalkan Ayah dan kakaknya. Bagaimana tidak berat, sedari Atan kecil hari-harinya selalu bersama Ayah dan kakaknya.

***

Pagi nya Ura sedang berada di depan halaman rumahnya. Ia sedang menyiram tanaman. Baru semalam tanpa Atan namun dirinya sudah merasa kesepian.

Ura melihat satu orang gadis berdiri di depan gerbang rumah Adam. Ura terus menatap kesana sampai terbukanya gerbang tersebut dan menampilkan Adam.

Gadis itu memeluk Adam, tanpa rasa malu. Gadis yang kemarin Ura lihat ketika sedang bersama Atan. Ura memutuskan masuk ke dalam rumah dan menemui sang Ayah.

"Udah siram-siramnya?" Tanya Aga.

Ura mengangguk seraya duduk tepat di samping Ayah "Sepi gak ada Atan"

Aga mengusap puncak kepala Ura "sabar ya sayang. Nanti kapan-kapan kita jumpai Atan" ujar Aga menghibur Ura.

"Gimana kalau kita ke rumah Nenek?" Tanya Aga.

"Boleh?"

"Tentu" balas Aga.

Ura untuk segera bersiap diri dan langsung dengan senang. Setelah siap semuanya Ura dan Aga bergegas menuju tempat tujuannya.

"Udah lama banget Ura gak ketemu sama nenek, kakek, oma dan Opa. Pasti mereka seneng deh liat Ura" ujar Ura dengan antusias seperti anak kecil yang senang dibelikan permen.

"Iya sayang" balas Aga.

"Kenapa Ibu tiba-tiba bawa Atan pergi ya yah? Dulu padahal Ibu yang ninggalin kita eh malah sekarang Ibu bawa Atan pergi juga" kata Ura dengan raut wajah sedihnya.

"Sabar ya. Ayah juga gak tau kenapa sama Ibu. Mungkin Ibu lagi rindu sangat dengan Atan. Ibu dan Atan kan punya ikatan yang kuat jadi kamu harus maklum ya sayang. Jangan sedih oke, Ayah selalu ada buat Ura kapan pun" balas Aga.

Ura tersenyum melihat ke arah Aga. Ura bersyukur memiliki Ayah yang begitu hebat. Walau tanpa sosok istri di samping nya tapi Ayah selalu kuat. Ura berharap ia akan mendapatkan imam dalam keluarga nya yang seperti Ayah.

.
.
.
.
.
Bersambung...

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang