5✓

60 6 0
                                    

Pagi yang cerah untuk Adam. Adam yang akan memulai awal pekan ini dengan berkunjung ke kantor milik Abi nya. Disana ia akan bertemu dengan Abi dan kakeknya.

"Jadi Adam sudah setuju dengan perjodohan kakek?" Tanya Abi.

"Sudah bi"

"Syukur kalau begitu. Nanti kita berkunjung kerumah Opa Adi" ujar Abi Yusuf, Ayah dari Adam.

"Baik Abi"

"Kalau begitu Abi tinggal ya nak" balas Yusuf.

"Baik Abi" balas Adam dan Adam melanjutkan pekerjaan nya lagi.

Sedangkan Ura, ia sedang menyiram tanaman yang berada di halaman rumahnya. Ia melihat kakek Ali yang sedang berolahraga kecil.

Ura menghampiri kakek Ali dan mencium punggung tangannya. Kakek Ali melihat Ura tersenyum ramah.

"Kakek apa kabar? Udah lama gak keliatan" ujar Ura.

"Alhamdulillah baik nak. Kamu jarang main ke rumah kakek" balas kakek.

"Iya kek. Ura sibuk awal-awal kuliah heheh" balas Ura seraya menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal.

"Sama kayak Adam dia juga sibuk. Sampai lupa ngurusin pasangan hidupnya. Alhamdulillah nya dia mau terima perjodohan kakek" ujar kakek.

"Wah Alhamdulillah dong kek. Sebentar lagi kak Adam nikah dong yah"

"Doakan ya nak semoga diberi kelancaran"

Ura menganggukkan kepalanya "iya kek. Aamiin" balas Ura.

Setelah beberapa menit berbincang dengan kakek Ali, ia pun masuk ke dalam rumahnya.

Ura bersiap untuk berangkat ke kampus. Ayah dan Atan sudah pergi untuk melakukan kegiatan rutinnya itu. Hari ini Ura ada jadwal mata kuliah siang.

"Neng Ura berangkat naik apa?" Tanya Ibu Sarti.

"Eum kayaknya Ura pesen ojol aja Bu" balas Ura seraya memasukkan perlengkapan kuliahnya ke dalam tas nya.

Setelah siap, Ura pun bergegas menuju kampusnya. Ia memutuskan untuk menggunakan ojol untuk menuju kampusnya.

***

Sudah menyelesaikan mata kuliahnya. Ura dan kedua temannya menuju ke kantin karena mereka merasa perutnya sudah harus diberi asupan.

"Ura" ucap seseorang membuat Ura melihat ke arah gadis yang memanggilnya.

Ura menghampiri gadis itu "hai mba. Lagi apa?"

"Kamu kuliah disini?"

"Iya mba" balas Ura seraya mengangguk.

Adam datang dan langsung merangkul pundak Ana "yuk. Eh Ura" ucapnya seraya melihat ke arah Ura dan Ura menundukkan kepalanya.

"Kamu kenapa gak bilang kalau Ura kuliah disini juga, kan aku bisa minta temenin Ura" ujar Ana seraya menatap Adam.

Adam mengelus puncak kepala Ana "selagi aku bisa anter kamu ngapain harus minta tolong orang lain" ujar nya lembut. Tunggu kok Adam bisa bicara panjang kali lebar dengan gadis itu.

"Wah mba Ana mau kuliah disini?" Ujar Ura basa-basi seraya tersenyum. Hatinya bertanya-tanya, siapa gadis itu. Apakah istri dari Adam? Kakek Ali bilang Adam baru akan dijodohkan berarti itu bukan istri Adam, lalu siapa? Seketika hati Ura terasa nyeri entah kenapa. Ia tak bisa melihat Adam bersama dengan yang lain, namun bagaimana lagi dirinya mungkin bukan ditakdirkan untuk berjodoh.

"Iya Ura. Aku pindahan nih dan kayaknya bakalan jadi kakak tingkat kamu"

"Wah bagus dong mba, aku nambah temen" ucap Ura dengan senyum yang terus mengembang.

"Yaudah yuk. Aku sudah ada janji dengan Abi" ujarnya.

"Iya sebentar" balas Ana.

"Ura, aku sama kak Adam pamit duluan ya. Next time kita jumpa ya" ujar Ana berpamitan dengan Ura.

"Iya mba. Hati-hati" balas Ura seraya tersenyum

"Assalamualaikum" ucap Adam dan Ana bersamaan.

Ura mengangguk "waalaikumsalam" balas Ura, Abel dan Rosa.

Ura menatap lekat punggung dari keduanya yang lama-lama semakin lenyap. Ura terdiam sejenak yang sontak membuat Abel dan Rosa bingung.

"Siapa mereka?" Tanya Abel dengan kepo.

"Gak tau" balas Rosa.

"Kak Adam dan mba Ana" ucap Ura.

"Siapa Lo?" Tanya Rosa.

"Kak Adam tetangga rumah, dulu waktu semasa kecil dia temen kecil aku. Sekarang dia bagaikan orang asing" jelas Ura, Rosa dan Abel berohria mendapat jawaban dari Ura.

"Itu pacarnya yang cewek tadi?" Tanya Abel.

"Gak tau" balas Ura seraya menggeleng kan kepalanya.

"Udah lah gak usah dipikirin mending kuy kantin" ujar Rosa seraya menyeret keduanya.

***

Saat ini Adam sedang berada di rumah Opa Adi sahabat dari sang kakek. Ia bersama dengan Abi dan kakeknya.

Kakek, Abi dan Opa Adi sedang berbincang-bincang ringan. Namun, ada satu pria paruh baya lagi yang Adam belum ketahui. Sedangkan Adam hanya mengikuti alur perbincangan mereka.

"Ini nak Adam?" Ucap seorang paruh baya yang belum Adam kenal.

Adam menganggukan kepalanya "iya"

"Semoga kalian berjodoh ya nak" ucap nya lagi.

"Oh mungkin Adam belum mengenali Andre ya" ujar Opa Adi.

Adam menganggukan kepalanya "pantas saja Adam terlihat bingung. Kenalkan nak Adam, Andre ini juga sahabat kami sejak dulu. Andre juga kakek dari cucu yang akan dijodohkan dengan kamu" jelas Opa Adi.

Adam mengangguk "salam kenal kek" ucap Adam seraya tersenyum.

Kakek Andre tersenyum kepada Adam "kakek harap kamu dapat menjaga Melati nya kakek dengan baik" ujar Kakek.

Adam sedikit mengetahui kalau calon istrinya bernama melati "Adam akan usahakan kek" balas Adam.

"Opa juga berharap seperti itu. Melati adalah belahan jiwa kami, bisa dikatakan dia adalah permata bagi kami sekeluarga" ucap Adi menambah kan perkataan Andre.

Adam dapat simpulkan bahwa kakek Andre dan Opa Adi, mereka sahabatan sekaligus besanan. Ditambah kakek Ali akan menjadi besanan juga. Dalam hati Adam berdoa, semoga dirinya tak akan mengecewakan para orang tua ini.

"Jadi kapan kamu akan melamar Melati?" Tanya kakek Andre.

"Silahkan ditentukan tanggal baik nya saja kek. Adam akan mengikuti perintah dari kakek" balas Adam dengan sangat sopan.

"Oke baik lah kalau begitu. Secepatnya kita akan cari tanggal nya ya nak" ujar kakek Ali seraya menepuk pundak Adam.

Adam belum pernah mengenal perempuan sejauh ini. Ia memiliki teman perempuan beberapa tetapi tidak sampai mengenal pada para orang tuanya. Adam juga belum berpengalaman untuk mendekati para perempuan. Satu-satunya sahabat Adam adalah Ura. Namun, Adam sudah tak begitu dekat dengan Ura. Karena Adam tau, dirinya dan Ura bukan muhrim untuk berdekatan. Ketika Adam menamatkan pendidikan nya, Adam memutuskan untuk menjaga jarak dengan Ura. Walaupun Adam tak bisa menjaga Ura dari dekat tapi Adam masih bisa menjaga Ura dari jauh.

Ura, di mata Adam adalah gadis pintar, ceria, tulus, Sholehah, penyayang. Bagi Adam, Ura sosok gadis yang amat sempurna. Adam pun sadar diri, ia tak pantas untuk Ura. Keputusan terakhirnya adalah menerima perjodohan dari kakeknya. Apapun yang terjadi sudah harus terjadi, karena memang sudah menjadi takdir bagi hidup Adam. Apapun yang kakek nya berikan pasti itu yang terbaik untuk Adam.

.
.
.
.
.
Bersambung...

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang