Sabtu pagi yang cerah. Kegiatan kuliah Ura libur karena memang tak ada jadwal mata kuliah. Hari ini Ura sudah janji bertemu dengan Atan di sebuah cafe. Tepat pukul 10.00 WIB Ura sudah rapih dan ia segera bergegas menuju cafe yang tak jauh dari komplek rumah Ura.
Ura mengenakan gamis berwarna navy dan jilbab bercorak yang senada dengan gamisnya. Mengenakan tas kecil yang di Selempang kan.
Hari ini Ayah nya sedang mengadakan meeting di luar kantor sehingga membuat sang Ayah tak ada di rumah. Ura pergi tanpa meminta ijin dari sang Ayah. Lagipula menurut Ura tak akan memakan waktu lama.
Ura sudah sampai cafe dan duduk di sofa yang berada di cafe. Ia belum memesan sesuatu karena Atan belum sampai.
"Assalamualaikum kak. Maaf telat" ucap Atan yang baru saja tiba dan langsung duduk tepat di depan Ura.
"Waalaikumsalam. Iya gpp. Apa kabar kamu? Kakak kangen banget dek" ujar Ura seperti sudah tak bertemu dengan Atan bertahun-tahun.
"Alhamdulillah Atan baik kak"
"Alhamdulillah deh syukur. Oiya apa kamu gak akan tinggal sama kita lagi?"
"Atan gak tau kak. Keadaan Ibu lagi sulit. Belum saat nya Atan ceritain ke kakak"
"Kalau ada apa-apa bilang sama kakak ya. Kalau perlu apa-apa kasih tau kakak juga. Sebisa mungkin kakak akan bantu" ujar Ura seraya menggenggam tangan Atan.
Seperti mengetahui apa yang sedang dialami sang adik, Ura memiliki firasat yang tak enak dengan yang sedang dilalui dengan sang adik.
"Terimakasih kak. Maaf kak Atan gak bisa lama-lama, Atan ada urusan" ujar Atan seraya berdiri dari duduknya.
"Yahhh kok gitu" balas Ura yang langsung berdiri juga.
Ura memeluk sang adik "maaf ya kak makasih udah mau luangin waktu buat Atan" ucap Atan.
"Iya dek. Kamu hati-hati di jalan"
"Maaf Atan gak bisa anter kakak"
"Iya gpp. Semoga lancar semuanya ya. Salam buat Ibu"
"Yaudah kak, Atan duluan ya Assalamu'alaikum" ucap Atan seraya mencium punggung tangan Ura.
"Waalaikumsalam"
Bahkan sampai Atan pamit pulang pun Ura tak memesan sesuatu. Tapi sebelum ia pergi dari cafe Ura memesan roti bakar untuk dimakan di rumah.
Ura rasa adiknya sedang tidak baik-baik saja. Sedang berada pada situasi yang sulit. Tapi Ura tak tau apa yang sedang Atan alami. Ura selalu berdoa semoga adiknya akan selalu baik-baik saja.
***
Selepas bertemu Atan walau sebentar. Ura tak langsung menuju rumah. Ia akan berkunjungi Bundanya. Bunda yang selalu ia rindukan dan ia sebut dalam doa.
"Assalamualaikum Bun" Ucap Ura yang langsung berdoa untuk sang Bunda.
"Bun, Ura kesepian. Ayah sibuk kerja, Atan juga udah gak di rumah. Andai ada Bunda pasti Ura gak akan kesepian kan. Ura bisa ngelakuin hal apapun di rumah sama Bunda. Ura bisa cerita apapun sama Bunda dan kapan pun. Bunda bahagia ya disana. Tolong bilang sama Ayah jangan sibuk sama urusan kantornya. Ura ngerasa di duain sama Ayah" Ujar Ura seraya menyeka air matanya yang sudah menetes.
Adam yang sedang ziarah ke makam sang nenek, tak sengaja melihat Ura yang sedang menumpukan lututnya pada tanah dan Ura seperti sedang berbicara, itu yang dilihat Adam.
Makam nenek Adam dan Bunda nya Ura ternyata pada pemakaman yang sama tetapi beda lokasi. Adam terus memperhatikan Ura yang sesekali menyeka air matanya yang sudah jatuh ke pipi.
"Bunda, Ayah waktu itu bilang sama Ura. Ayah mau jodohin Ura, katanya supaya Ura gak kesepian dan ada yang jaga Ura. Menurut bunda Ura harus gimana?" Ucap Ura lagi seraya menaburkan bunga pada gundukan tanah.
Adam yang samar-samar mendengar ucapan Ura sedikit terkejut. Apa Adam akan siap jika Ura dipinang dengan lelaki lain.
"Ura udah harus kasih tau jawaban ke Ayah besok. Semoga keputusan Ura gak salah ya Bun" ucapnya lagi seraya mengusap batu nisan dengan tulisan nama sang Bunda.
Adam menghampiri Ura yang masih pada posisinya, menatap gundukan tanah yang ada di depannya. Adam sudah berdiri tepat di belakang Ura.
"Assalamualaikum"
Ura mendengar suara salam dari arah belakang. Ura berdiri dan melihat ke arah belakang, setelah dilihat Ura segera menunduk.
"Waalaikumsalam" balas Ura yang masih menunduk dan menyeka air matanya dengan tangannya.
"Sendiri?"
"Liatnya gimana?" Jawab Ura.
"Ikut pulang?" Tanya Adam.
"Enggak usah. Takut ngerepotin, lagian gak baik berduaan terus" balas Ura. Dalam hati Ura padahal ingin sekali bisa pulang dengan Adam tapi apa boleh buat dia harus menolak karena tak ingin ada salah paham. Apalagi Adam akan menikah.
Ura melihat Adam yang berjongkok dan menumpukkan kedua lutut nya di atas tanah. Adam mengangkat tangannya dan melafalkan doa. Lalu setelah selesai Adam mengusap batu nisan milik Bunda Ura, setelah itu Adam berdiri lagi. Ura yang memandang itu tak berkedip sama sekali.
"Terimakasih kak. Kakak kesini ngapain?"
Adam mengangguk "Main warnet"
"Aku seriusan kak"
"Ziarah ke makam nenek"
Ura mengangguk dan berohria mendapat jawaban dari Adam. Ura baru tau jika disini tempat pemakaman istri dari kakek Ali.
"Kapan-kapan boleh ke makam nenek?"
"Silahkan"
"Terimakasih kak"
Adam mengangguk lagi "kalau gitu saya duluan"
Ura mengangguk "iya. Hati-hati kak" balas Ura.
Selepas mengucapkan salam, Adam pun meninggalkan Ura sendiri pada posisinya. Ura yang melihat Adam sudah jauh pun bergegas menuju pulang ke rumah.
Beberapa hari ini Ura selalu bertemu
dengan Adam. Padahal Ura tak sama sekali berharap bertemu dengan Adam. Ia sangat ingin menghindari Adam. Tanpa di sengaja selalu saja bertemu Adam. Kecuali di kampus, karena memang sudah jadwal bertemu Adam pada mata kuliahnya.Tidak lama di perjalanan Ura pun sudah sampai rumah. Ternyata di rumah sudah ada Ayah yang sedang duduk di depan teras rumah.
"Assalamualaikum" ucap Ura seraya mencium tangan sang Ayah.
"Waalaikumsalam" balas Aga dalam hati.
Aga berdiri dari tempat duduknya dan menatap lekat sang putri yang sudah menunduk. Ura yang tidak ijin keluar rumah pasti akan kena semprot oleh Aga.
"Pinter ya sekarang udah nakal!!!"
"Ma...af.."
"Dari mana kamu?"
Ura terdiam sejenak, seketika lidah nya keluar untuk menjawab pertanyaan sang Ayah. Seperti sedang ketahuan mencuri mangga tetangga.
"Lihat Ayah!!" Pinta Aga. Ura pun mendongakkan kepalanya dan melihat ke arah Aga.
"Ayah tanya sama Ura. Ura dari mana? Ura tau Ayah cemas. Ura gak kasih tau Ayah kalau Ura mau main atau mau keluar rumah" ujar Aga.
"Maaf Ayah. Ura tadi ketemu Atan" balas Ura.
"Bisa minta ijin sama Ayah?"
Ura menganggukan kepalanya nya "ma...af... Ura salah Ayah" ucap Ura.
"Ayah maafin. Tapi jangan pernah diulangi lagi!!!" Ujar Aga.
Ura langsung memeluk Aga erat. Kejadian itu tak luput dari penglihatan Adam yang masih berada di depan gerbang rumahnya dan berada dalam mobil.
"Gadis nakal" gumam Adam lirih seraya terkekeh.
.
.
.
.
.
Bersambung...01 Juni 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Aurora
RandomGadis yang memiliki keceriaan dalam keseharian nya. Gadis yang pintar dalam menyimpan perasaannya kepada seorang yang sangat disukainya. Gadis itu percaya jika jodoh tak akan kemana. Gadis itu bernama Aurora Melati Raditya, anak dari Bagas Raditya d...