17✓

54 6 0
                                    

Sejak pagi-pagi sekali Adam sudah siap dengan setelan jas nya. Ia akan menemui kerabatnya di sebuah cafe yang tak jauh dari tempat tujuan sebenarnya.

Kakek Ali dan Ana yang ikut andil dalam ajang perjodohan Adam, tentu mereka berdua bersiap dari rumah. Abi dan Uminya Adam berangkat dari kediamannya juga.

Sedangkan Ura yang masih santai dengan piyamanya dan sedang membantu Ibu Surti untuk menjemur pakaian di halaman belakang rumah Ura.

"Anak Ayah belum rapih-rapih?" Ujar Aga yang berdiri di ambang pintu halaman belakang.

Ura menoleh ke arah Aga "bentar lagi nih" balas Ura.

"Udah Sanah siap-siap" kata Bu Surti.

"Nanti ah Bu, tanggung tau" ujar Ura membantah.

Bu Surti hanya terkekeh mendengar balasan Ura. Aga kembali masuk ke dalam rumah dan segera bersiap diri.

Setelah membantu Bu Surti, Ura meninggalkan Bu Surti di dapur. Setelah sarapan Ura langsung membantu Bu Surti. Saat ini Ura sudah berada di dalam kamarnya. Ia sedang bersiap diri, gamis yang sudah disiapkan oleh sang Ayah beserta setelan hijabnya membuat Ura memandang sekilas gamis beserta jilbabnya itu.

Satu jam Ura bersiap diri di dalam kamarnya. Wajah yang nampak natural menambah kecantikan Ura dengan menggunakan balutan gamis.

Aga yang sudah menunggu putri cantiknya yang sedang bersiap. Aga yang lebih memilih menggunakan kemeja yang senada dengan Ura. Kedua nya lebih nampak seperti pasangan kekasih dibanding pasangan Anak dan Ayah, jika orang yang tak tahu dan tak kenal dengan keduanya.

Tiga puluh menit perjalanan menuju rumah kakek Andre. Ura dan Aga sudah sampai dan saat ini Ura sedang berada di kamar almh Bunda nya. Saat sang Bunda telah berpulang ke pangkuan sang pencipta kamar itu adalah hak milik Ura. Aga yang sedang berbincang dengan kakek Andre di ruang keluarga.

Aga sengaja menghampiri Ura untuk memberi tau bahwa keluarga dari calon suaminya sudah datang.

"Sayang"

"Ayah"

"Gimana Ura siap?"

"Insyaallah yah. Ayah tenang aja, Ura akan bahagia dengan pilihan Ayah. Ayah adalah sosok ter-segalanya buat Ura" kata Ura seraya memeluk sang Ayah.

"Terimakasih nak. Ayah bahagia pasti, dan Bunda juga akan bahagia"

"Yuk keluar" ajak Aga. Kemudian keduanya berjalan keluar.

Di ruang keluarga sudah terdapat banyak orang terutama orang-orang tersayang Ura. Seperti nenek, kakek, opa, dan Oma nya tentu terkecuali Atan yang tak ada di antara mereka semua.

"Nah ini dia si cantik nya Oma" ujar Oma kepada Ura yang baru datang di ruang keluarga dengan mengalungkan tangan nya ke lengan Ayahnya.

Ura duduk di sofa yang masih kosong dan Aga menyusul Ura duduk tepat di samping Ura.

"Pak Yusuf kenalkan putri saya" ujar Aga.

"Cantik sekali" ucap wanita yang berada di samping pak Yusuf. Ura melihat ke arah mereka dan tersenyum. Seperti tak asing dengan kedua orang nya.

"Pasti sudah kenal ya nak, hanya saja lama tak jumpa" ujar kakek Andre.

Ura tersenyum, Ura memang seperti mengenali keduanya tetapi Ura lupa dan entah kapan bertemunya. Ura pun berusaha mengingat.

"Sudah nanti juga dia ingat" ujar Opa Adi.

"Ura masih kuliah?" Tanya pak Yusuf.

"Masih om. Tapi sekarang lagi liburan semester" balas Ura.

"Oalah gitu"

"Ura, Umi boleh tanya?"

Ura mengangguk "iya Tante, boleh" balas Ura.

"Panggil Umi aja nak" pinta Zia kepada Ura, dan Ura menganggukan kepalanya.

"Ura menerima perjodohan ini?"

"Insyaallah Ura terima" balas Ura singkat namun jelas.

"Alhamdulillah" ujar semuanya serempak.

Aga terus memegang tangan sang putri yang nampaknya sudah dingin. Ura melihat ke sekeliling nya, namun ia tak mendapati siapa yang akan menjadi calon suaminya.

"Mana nih anak nya belum datang" ujar pak Yusuf.

"Sabar dong" balas Aga seraya terkekeh.

Mereka yang ada di dalam ruangan itu pun melanjutkan perbincangan nya seraya menunggu sosok yang mereka tunggu datang.

"Assalamualaikum" ucap seseorang yang berdiri tepat di ambang pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga.

"Waalaikumsalam" balas semuanya bersamaan. Ura masih menundukan kepalanya, ia yakin ini yang datang adalah sosok calon suaminya. Ura belum berani menatap kepada sosok itu.

"Anak ini lama sekali" ujar sosok tua yang datang bersamaan dengan Adam.

"Ayo silahkan duduk Li" ujar Opa Adi seraya menyuruh mereka yang baru datang duduk.

Mereka duduk pada sofa yang masih kosong. Ura masih dengan menundukkan kepalanya dan memegang lengan Aga dengan erat.

Sedangkan Adam yang baru datang bingung dibuatnya. Kenapa kakeknya malah menunggu Adam untuk berkunjung ke rumah ini. Kenapa pula di rumah ini ada Ayah nya Ura dan tentu Ura yang sedari tadi hanya menundukkan kepalanya.

"Ura" panggil Aga lirih.

"Iya yah" balas Ura yang sama lirihnya.

"Nah ini Ura, anak Umi sudah datang" ujar Zia kepada Ura.

Ura mendongakkan kepalanya dan menatap kepada sosok itu "kakek Ali?" Ujar Ura yang menatap lekat kakek Ali.

"Eh nak Ura, apa kabar nak?"

"Alhamdulillah baik kek" balas Ura.

Ura menatap Adam yang berada di samping kakek Ali, Adam yang menunduk dan sepertinya tak ingin berbicara sedikit pun.

"Kok ada kak Adam"

Ura menatap lekat kepada Aga seperti minta penjelasan dengan apa yang terjadi. Adam tak kalah bingungnya dengan apa yang terjadi dan hanya bisa membisu.

"Kek kenapa ada Ura?" Tanya Adam lirih tepat di telinga kakek Ali.

Kakek Ali hanya tersenyum dan tak membalas pertanyaan Adam.

"Oke baik dimulai saja ya"

"Iya silahkan pak" balas Aga mempersilahkan Yusuf untuk berbicara.

"Baik nak Ura. Ini anak saya Adam. Kedatangan kami sekeluarga kesini bermaksud baik. Perjodohan orang tua kami yang membawa kami kesini untuk meminang kamu menjadi istri anak saya"

Ura terkejut dan benar-benar sangat terkejut dengan apa yang barusan ia dengar. Ia memegang lengan Aga dengan erat. Ternyata orang yang akan menjadi calon suaminya adalah Adam. Rasanya Ura ingin berteriak dan melompat setinggi mungkin saat ini juga. Ia tersenyum dengan masih menundukkan kepalanya. Jika ini yang akan dijodohkan maka ia tak akan menolak.

Adam yang mendengar ucapan Ayah nya pun sama terkejutnya. Adam disuruh melamar seorang gadis dan gadis itu adalah Ura. Ura yang selama ini menjadi penggemar rahasianya.

.
.
.
.
.
Bersambung...

10 Juni 2020

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang