9✓

55 6 0
                                    

Pagi yang cerah menurut Ura. Ura melakukan olahraga kecil di depan halaman rumahnya. Ura melihat Adam yang baru keluar dari gerbang rumahnya. Ura melangkahkan kakinya menuju gerbang rumahnya.

"Sejak kapan jadi dosen di kampus Ura kak?" Tanya Ura.

"Kenapa?"

"Gpp pengen tau aja. Oiya semoga lancar pernikahan nya" ujar Ura lagi.

Adam mengkerut kan kening nya dan mengangkat kedua alisnya "Terimakasih" balas Adam.

Ura tersenyum "Ura jangan lupa diundang kak" ujar Ura.

Adam mengangguk dan membalas senyum Ura namun seperti terpaksa menurut Ura.
Ura pamit untuk masuk ke dalam rumah lagi daripada harus berurusan dengan pak dosen barunya itu.

Adam melihat Ura yang meninggal kan dirinya di tempat Adam berdiri. Adam tersenyum menatap Ura. Betapa manisnya Ura. Andai Adam memiliki keberanian untuk mendekati diri kepada Ura.

Ura bergegas menuju ruang tamu, disana sudah ada Ayah dan Atan. Ayah yang akhir-akhir ini menurut Ura sibuk dengan bisnisnya. Atan yang sepertinya melakukan kegiatan yang sama setiap harinya.

"Anak Ayah gak sarapan?"

"Sarapan dong" balas Ura seraya menarik kursi dan duduk.

"Gimana kuliahnya?" Tanya Ayah.

"Alhamdulillah baik yah. Ayah masa kak Adam dosen di kampus Ura loh" ujar Ura.

"Adam anak nya pak Yusuf?" Tanya Ayah memastikan.

"Iya Ayah" balas Ura dengan anggukan kepala.

"Wow hebat ya. Masih muda, sudah mapan, tampan dan pintar pula. Mantu idaman tuh Ra" balas Ayah.

Atan tertawa disela-sela percakapan kakak dan Ayah nya "keliatan tipe mantu Ayah nih" ujar Atan.

"Huh kalian nih sama aja deh. Oiya Ura ikutan jadi panitia baksos"

"Panitia baksos maksudnya?"

"Iya jadi di kampus ada acara baksos nah Ura ditawarin buat ikut kepanitiaan gitu yah. Yaudah deh Ura ikutan. Ayah tau? Ura dipercaya jadi ketua divisi acara?" Jelas Ura dengan antusias.

"Seriusan kak?" Balas Atan.

Ura menganggukan kepala "Ayah gak marah kan? Ijinin Ura kan?"

"Iya Ayah ijinkan. Ada syaratnya, harus tetap jaga kesehatan, tau waktu juga ya sayang" balas Ayah seraya mengelus puncak kepala Ura.

"Siap kapten" balas Ura.

Walaupun keluarga nya tak lengkap, tak seperti teman-teman nya. Memiliki keluarga yang utuh tapi Ura tak pernah kehabisan rasa kasih sayang dari seorang Ayah yang luar biasa.

***

Hari ini Ura mengadakan rapat untuk para anggota divisi acara. Setelah mengadakan rapat Ura sedikit berbincang dengan Imam di bangku taman yang memang disediakan oleh kampus.

"Oiya mam. Makasih banyak loh tadi udah ditemenin rapatnya" ujar Ura.

"Iya santai aja kali kayak sama siapa aja si ra" balas Imam.

Setelah menyelesaikan mata kuliah Ura langsung menuju aula pertemuan. Ia mengajak Imam untuk ikut andil dalam rapat divisi acara yang dipimpin oleh Ura.

Sudah terlampau asik melakukan percakapan dengan Imam, Ura sampai lupa waktu. Harusnya ia sudah beranjak untuk pulang.

"Ra kapan-kapan Imam main ke rumah Ura ya" ujar Imam.

"Boleh" balas Ura.

Ura melihat jam yang menempel pada tangannya "Duhh Imam, Ura duluan ya" ujar Ura.

"Mau diantar?"

"Gak usah. Ura duluan, Assalamualaikum" ujar Ura seraya meninggal kan Imam yang belum sempat membalas salam dari Ura.

Tak sengaja Ura melihat Adam bersama Ana. Jika diperhatikan Adam dan Ana semakin hari, semakin dekat. Mungkin benar dugaan Ura jika mba Ana adalah calon istri kak Adam.

Ura melihat lagi ternyata Adam tak hanya dengan Ana. Ada satu gadis lagi yang memakai hijab juga, atau itu yang sebenarnya calon istri Adam. Makin rumit memikirkan siapa calon istri Adam. Ura meninggalkan kampus dengan menggunakan ojek online. Ayahnya meminta Ura untuk mampir ke kantor. Tetapi Ura sudah telat 1 jam, apa Ayah nya akan memaafkannya.

Sesampainya di kantor sang Ayah, Ura langsung melangkah menuju ruangan Aga sang Ayah.

"Assalamualaikum Ayah" ucap Ura seraya mendorong pintu kaca pada ruangan Aga.

"Waalaikumsalam" balas Aga seraya melihat ke arah sang putri.

"Bener kan kata Ayah. Kamu lupa waktu sampai telat satu jam" ujar Aga seraya melirik pada jam tangan nya.

Ura terkekeh "maaf yaa Ayah ku yang ganteng" ujar Ura seraya memberi cengiran kudanya.

Ura duduk di sofa yang ada di ruangan Aga. Aga pun menghampiri sang anak dan ikut duduk tepat di samping Ura.

Aga mengacak kepala Ura yang tertutup hijabnya "iya dimaafin, apa sih yang enggak buat kesayangan Ayah"

"Makasih Ayah. Oiya ada perlu apa nih Ayah sampai panggil Ura ke kantor?"

"Kamu tau seberapa besar sayang Ayah ke kamu?"

Ura menyandarkan kepalanya pada bahu Aga "tau" balas Ura menganggukan kepalanya.

"Kebahagiaan Ayah itu kamu sayang. Jadi Ayah mau kamu selalu bahagia ya" ujar Aga seraya mengecup kepala sang Anak.

"Kebahagiaan Ura juga Ayah. Jadi kalau Ayah minta apapun Ura akan turuti"

"Yakin?" Tanya Aga.

"Yakin dong Ayah"

"Serius?"

"Dua riuss"

"Ayah mau kamu terima perjodohan dari Ayah, gimana?"

Ura menegakkan tubuhnya, yang tadinya bersandar lalu ia tegakkan tubuhnya dan menatap lekat mata sang Ayah.

Ura tertawa kecil "Ayah becanda ah" balas Ura.

"Ayah serius nih"

"Ayah ah yang bener aja. Ura masih kuliah, malah baru banget kuliah loh"

"Sini nak" ujar Aga seraya menarik tangan Ura dan menyandarkan kepala sang Anak pada pundak nya lagi.

"Ayah cuma mau kamu mendapatkan yang terbaik. Ayah mau ada yang menjaga kamu, sayangi kamu, bimbing kamu dan pokonya memberikan yang terbaik buat putri kecil Ayah"

"Tapi kan ada Ayah"

"Ayah tau"

"Apa Ayah udah gak sayang Ura sampai Ayah mau kasih Ura ke orang lain dengan cara perjodohan ini?"

"Eitsss anak Ayah ngomong apa sih? Enggak ada kayak gitu loh. Ayah sayang banget, banget, banget sama Ura masa iya sih Ayah gak sayang Ura. Ayah hanya ingin memberi yang terbaik untuk peri kecilnya Ayah" jelas Aga seraya mengusap kepala Ura.

Ura tidak tau harus menjawab apa. Satu sisi dia ingin menolak karena ia masih ingin melanjutkan masa depannya. Di satu sisi lagi ia ingin membahagiakan sang Ayah. Orang tua satu-satunya yang ia miliki adalah Ayahnya.

"Boleh Ura pikirkan dulu yah?" Tanya Ura dengan suara lirih tapi mampu didengar oleh Aga.

"Tentu sayang. Ayah harap jawaban kamu memuaskan kita semua. Karena ini harapan Ayah, Opa, Oma, kakek dan nenek kamu sayang" ujar Aga.

Ura memeluk bagian pinggang Aga. Aga pun sama membalas pelukan dari sang putri.

"Aku janji ca. Aku janji buat dia bahagia. Putri kecil kita, akan ku pastikan bahagia" gumam Aga dalam hatinya.

"Kamu harus percaya ca, aku akan selalu mencintaimu selamanya" sambung Aga lagi dalam hati yang masih memeluk tubuh mungil sang anak.

.
.
.
.
.
Bersambung...
31 Mei 2020

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang