1✓

109 11 0
                                    

Pagi seperti hari-hari biasanya Ura sibuk dengan kegiatan sebelum berangkat ke kampus. Ura selalu membantu Ibu Sarti, Bu Sarti adalah asisten rumah tangga yang dipekerjakan oleh Ayah di rumahnya.

"Udah Ura duduk biar Ibu yang siapin" ujar Bu Sarti.

"Gpp Ibu" balas Ura

"Ini sudah siap" ujar Ura seraya mengangkat piring nasi goreng.

"Ayaahhh" teriak Ura memanggil sang Ayah.

"Ayaaahhhh"

"Apa sih kak berisik banget kebiasaan" ujar Atan yang baru keluar dari kamarnya dengan pakaian seragam sekolahnya yang rapih.

"Ihhh aku manggil Ayah bukan Atan!!" Balas Ura.

"Iya sayang nya ayah" ujar Ayah yang baru tiba di ruang makan seraya mengecup kening Ura.

"Ayah lama kebiasaan" ujar Ura.

Aga kembali fokus merapihkan dasinya "Ayah ternyata dari dulu emang udah ngeselin" ujar Ura seraya merapihkan dasi sang Ayah.

"Ayah ngeselin kenapa?"

"Pokoknya Ayah ngeselin sama kayak Atan"

"Atan kan anak Ayah juga makanya mirip" balas Aga.

"Ayah kalau pake dasi selalu gak bener makanya Ayah ngeselin. Masih untung sekarang ada Ura yang rapihin dasi Ayah" ujar Ura.

"Nah sudah" ucapnya lagi seraya memberikan senyuman kepada Aga.

"Terimakasih malaikat kecil Ayah" ujar Aga seraya mengecup kening Ura.

Atan yang sudah terbiasa dengan pemandangan antara Ayah dan anak itu sudah tidak heran lagi.

"Ura sudah besar Ayah"

"Kak Ura akan selalu jadi malaikat kecil Ayah sampai kapan pun" ucap Atan.

"Adik kamu bener tuh" balas Aga.

"Yaudah sarapan dulu. Habis itu kita berangkat" ujar Ura seraya menuntun sang ayah untuk duduk di kursi meja makan.

Seusai sarapan Ura bersiap berangkat menuju kampusnya. Ura terkadang diantar oleh Ayah atau Atan. Saat ini Ayah yang mengantar Ura ke kampusnya. Ayah selalu posesif kepada Ura.

"Ayah sudah bertemu ibu?" Tanya Ura.

Saat ini keduanya sedang berada di dalam mobil. Aga mengantar sang anak pergi ke kampus.

"Belum. Kenapa?"

"Gpp kok. Ayah gak ada niatan buat nikah lagi kayak Ibu?"

Seketika Aga memberhentikan mobilnya secara dadakan. Aga menoleh ke arah Ura seraya menaikan kedua alisnya.

"Maaf Ura salah tanya"

Aga tersenyum menatap lekat sang anak dan mengelus puncak kepalanya yang tertutup hijab nya "enggak sayang. Kamu gak salah kok. Eumm.... Ayah mau fokus jagain kamu sama bimbing Atan aja" ujar Aga.

"Ayah yakin bisa?" Tanya Ura.

"Bisa sayang. Kamu dan Atan bukan termasuk anak yang sulit dinasihati" balas Aga.

Ura mendekatkan tubuhnya ke samping, menyandarkan kepalanya pada bahu sang Ayah.

"Ura sayang banget sama Ayah. Pasti Bunda bangga punya Ayah" ujar Ura.

Tak terasa air mata Aga menetes. Hal itu disadari oleh Ura, Ura langsung memeluk Ayah nya dari samping.

Cup

Aga mencium puncak kepala Ura "Ayah juga sayang sama Ura. Bunda pasti bangga juga punya malaikat kecil kayak Ura" ujar Aga.

Ura mengembalikan posisinya ke semula "Ayaahhhh!!!. Ura udah telat ayo Ayah" teriak Ura.

AuroraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang