Bagian Satu

62K 4.3K 51
                                    

-Ayna-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Ayna-

Pernah nggak kamu ketemu satu orang yang ketika bersama dia kamu seperti melihat refleksi dirimu sendiri di dalam tubuh orang lain?

Seperti berkaca, apa yang menjadi kesukaanmu, dia juga suka. Dan hal-hal yang kamu benci adalah hal yang dia benci juga.

Pasti menyenangkan ya? Sekaligus mendebarkan karena sialnya dia berbeda gender dan sangat sulit untuk tidak jatuh cinta padanya.

Persis seperti yang ku alami saat ini. Dipertemukan garis takdir dengan seseorang yang sepertinya adalah belahan dari diriku.

Dia sopan, mapan dan rupawan walau tetap lebih tampan pacar dua dimensiku sih.
Dan hal yang paling kusuka adalah bersama dia aku tidak pernah kesulitan menyamakan topik obrolan karena---ya sekali lagi selera kami sama. Bersama dia juga waktu tidak pernah berjalan lambat, atau sebenarnya kami saja yang bergerak dinamis.

Selalu saja ada topik menarik yang bisa dibicarakan berdua sampai lupa waktu. Seperti selera musik kami yang sama-sama suka Coldplay, genre bacaan kami juga sama, cara kami memandang setiap permasalahan juga sama bahkan kami sama-sama suka nonton drama korea yang hal itu tuh jarang banget ada cowok yang suka. Kebayang nggak sih betapa serunya setiap kali kami membahas teori-teori serial The King Eternal Monarch yang setiap episodenya selalu berhasil buat kepala seakan mau meleduk.

Dia yang kita bicarakan disini adalah Kenes Pamungkas, pelafalan namanya seperti huruf 'E' pada kata 'bebek'. Pria yang kebetulan dijodohkan denganku. Perjodohan yang awalnya kutolak setengah mati. Tapi begitu ketemu dia, persepsi ku tentang ide perjodohan berubah. Tidak seburuk itu ternyata.

Iya sih kami belum pernah membicarakan tentang hubungan yang lebih serius, tapi selama empat bulan ini kami bersama aku bisa menyimpulkan dari sikapnya bahwa dia juga pasti memiliki perasaan yang sama denganku

***

Sore ini aku sudah duduk manis di salah satu kursi coffee shop yang letaknya persis disebelah gedung kantor Kenes. Janjian untuk nongkrong bareng after office hour seperti akhir minggu biasanya selama beberapa bulan belakangan. After office hour nya Kenes sih maksudnya, aku sih masih pengangguran yang  jadwal nongkrongnya bisa fleksibel.

Aku masih fokus menscroll timeline Twitter yang sore ini sedang ramai-ramai mengangkat hashtag '#StopAsianHate'.
Aku tidak ikut berkomentar, hanya menyimak topik pembahasan dari berbagai sudut pandang orang-orang di luar sana yang sesekali mampu membuatku berdecak kagum dan miris sekaligus.

"Ya ampun Ay, kamu udah lama nunggu ya." Kenes duduk dihadapanku memasang tampang super bersalah.

"Sekitar dua puluh menit lah."

"Aku udah selesai dan siap turun dari setengah jam yang lalu Ay tapi tiba-tiba ada panggilan telfon dari client di Singapore."

"Nggak papa Ken. Santai aja lagi, aku nggak buru-buru ini."

"Ya tapi aku nggak enak buat kamu nunggu lama Ay. Eh iya, kamu udah pesan minum?"
Aku mengangguk. Tatapan Kenes tertuju pada gelas latte di hadapanku.

"Tapi kamu belum pesan makan kan Ay? Aku mau ajak kamu makan diluar soalnya."

"Enggak. Belum kok."

"Good. Kalau gitu aku bayar bill nya dulu ya." Kenes hendak bangkit dari duduknya.

"Eh nggak usah Ken. Biar aku aja, kan yang minum aku."

"Ini bayaran untuk keterlambatanku Ay. Dan nggak ada penolakan."
Kenes tersenyum lalu bangkit ke meja kasir.

Gimana nggak jatuh cinta coba? Sikapnya segentle itu.

Diam-diam aku jadi senyam-senyum sendiri. Eh iya, Ay itu namaku---Anjayna Nayanika Janari. Bukan panggilan kesayangan seperti 'ayang' atau sejenisnya, tapi aku berharap sih kalau suatu saat akan berubah seperti itu.

Quarter Life CriShit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang