•K A L E•
Seminggu setelah pertemuan singkatku dan Ayna di Semarang ternyata membawa banyak perubahan yang berarti untuk kami. Sangat tidak terduga sebenarnya, terutama untukku. Aku mulai merasa bahwa aku bisa menerima perasaan aneh yang muncul setiap kali Ayna membalas pesan singkatku. Entah kenapa hal-hal sepele seperti Ayna mengirimkan foto kegiatannya mampu membuat senyumku tak luntur seharian.
Kami memang belum bertemu lagi sejak terakhir kali kuantarkan ia ke hotel tempatnya menginap di Semarang, kami hanya beberapa kali saling bertukar pesan dan satu kali panggilan di tengah malam—Ayna yang menelfonku. Membicarakan hal-hal yang sebenarnya tidak penting tapi anehnya terasa sangat menyenangkan, sampai tak terasa hampir subuh dan dengan terpaksa harus diakhiri.
Handphoneku bergetar lagi untuk yang kesekian kalinya di atas meja kerjaku dan untuk yang kesekian kalinya pula aku mengabaikannya begitu saja. Berpuluh-puluh pesan dan panggilan yang dikirimkan Wanda selama seminggu ini hanya berisi permohonan maaf serta penjelasan yang tidak masuk akal dan memohon agar aku mau kembali lagi.
FWB (friends with benefit) katanya. Hubungan seks tanpa melibatkan perasaan. Bagaimana aku bisa menerima alasan semacam itu disaat aku memegang prinsip bahwa hubungan antara laki-laki dan perempuan adalah hal yang sakral. Dan bagaimana aku bisa menerima bahwa kekasih yang bahkan aku tidak pernah menyentuhnya sama sekali melakukan hubungan yang seharusnya sakral dengan lelaki lain dengan dalih tanpa melibatkan perasaan. Mau apapun itu namanya, bagiku itu tetaplah sebuah penghianatan.
Aryan—staf marketing and public relation MagicShop masuk setelah mengetuk pintuku beberapa kali.
"Siang Mas. Manggil saya?"
"Ya Aryan silahkan duduk."
Aryan meletakkan beberapa berkas yang ia bawa kemudian duduk di hadapanku. Khusus di dalam kantor ini aku memang melarang seluruh staf memanggilku "Pak" atau "Bapak", itu adalah salah satu upayaku untuk menjalin kedekatan dengan para karyawan dan menciptakan loyalitas pada perusahaan. Sejak dulu papa selalu mengajariku jika hubungan antara atasan dan bawahan terjalin kooperatif dan ramah pasti akan membawa perubahan positif serta meningkatkan kinerja dan produktivitas para karyawan.
"Jadi gimana Yan? Sudah ada hasil identifikasi channel marketing-nya? Sudah nemu yang cocok?"
"Tadi pagi saya sudah meeting lagi sama anak-anak marketing yang lain Mas dan dari hasil rapat itu kami semua setuju kalau strategi affiliate programs sepertinya cocok mengingat fitur produk ini tergolong baru kita luncurkan. Jadi nanti MagicShop akan memberikan insentif berupa currency kepada customer yang berhasil membawa leads ke produk kita."
"Oke. Terus rencana pasang iklan di offline ads nya gimana?"
"Masih dipertimbangkan Mas karena di offline ads lebih susah tracking nya. Daripada offline ads sepertinya kerjasama dengan platform yang punya traffic tinggi punya peluang mendatangkan customer lebih besar Mas. Dalam waktu dekat kami akan diskusikan lagi dan menghubungi pihak platformnya. Nanti segera saya laporkan lagi Mas."
"Yaudah, yang itu segera diselesaikan ya Yan. Maksimalkan ya, pastikan channel marketing yang kamu hubungi sudah tervalidasi biar nggak terjadi prematur scalling. Saya tunggu laporan selanjutnya."
"Siap Mas."
Kemudian Aryan bangkit dan membereskan berkasnya."Oh iya Mas. Ada yang mau ketemu tadi diluar."
"Siapa? Kenapa Sani nggak nyuruh masuk."
"Kata beliau nunggu saya selesai aja Mas."
"Kamu keluar nanti suruh masuk aja ya Yan." Aryan mengangguk kemudian keluar dari ruanganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quarter Life CriShit [TAMAT]
Chick-LitAda Kale Arsana Malik, si almost expired tampan kembaran Dylan Sprouse versi brewokan. Ditanya perihal kapan menikah sebenarnya bukan masalah besar untuk Kale. Tapi kalau yang bertanya itu ibunya, maka itulah sumber masalah besarnya. Karena apa? Kar...