Bagian Tiga Puluh Dua

20.4K 2.3K 27
                                    

• A Y N A •

"Morning"

Sapaan ceria Wina adalah hal pertama yang kudengar begitu keluar dari kamar di pagi hari. Ia tampak sibuk mondar-mandir di balik kitchen set.

"Morning"
Jawabku dengan suara yang pasti masih terdengar parau.

Pagi ini terasa jauh lebih dingin daripada kemarin sore, kulirik termometer ruangan yang menempel di dinding dekat pintu masuk, it was wow! 16°C and it's incredibly cold.

"Gimana tidurnya tadi malam? Nyenyak?"

"Ya, lumayan. Ireland accepts me well."

Wina terkekeh kecil saat melihat aku mendekat ke arahnya. "Dingin banget ya Kak?"

"Hmm, luar biasa."
Kugosok-gosokkan ujung sweater rajut yang sejak kemarin kupakai.

"Welcome to Ireland. Nanti lama-lama juga terbiasa kok Kak. Mau chocolate panas?"

Aku mengangguk. "Kamu dulu berapa lama sih beradaptasi sama cuaca Irlandia yang kayak gini. Lima menit hujan, lima menit kemudian udah terang tapi berangin kencang terus lima menit lagi udah mendung lagi. Luar biasa."

Wina terkekeh lagi. "Ya nggak setiap lima menit juga kali Kak hehe. Tapi memang cuaca disini cepat banget berubahnya sih. Makanya kalau nggak pintar-pintar jaga imun tubuh, ya sakit. Dulu aku setahun baru bisa terbiasa. Belum lagi pas masuk winter, kakak harus ngerasain sih."

"Wow, one fuckin year? Kalau aku pasti udah pengen nyerah aja rasanya."

"Nggak lah, Kak Ayna bukan orang yang gampang nyerah. Aku tau itu."

Ia tersenyum geli dan menyodorkan segelas penuh cokelat panas untukku.

"Thank you." Ucapku pelan, lalu membiarkan hangatnya cokelat mengalir melalui kerongkonganku dan menghangatkan perutku yang masih kosong.

"Udah ada rencana mau ke mana Kak?"

"Nggak ada. Aku nggak sempat buat itinerary."

"Maaf banget ya Kak, aku harus kerja part time sampai sore. Kalau tau kakak mau datang, aku pasti bisa minta cuti buat nemenin kakak jalan-jalan."

"Wow, kamu kerja juga disini Win?"

Wina mengangguk kecil. "Iya. Kalau pas nggak musim liburan gini biasanya aku kerja malam."

"Yaudah nggak papa kok. Kamu kerja aja, kayaknya aku juga nggak akan kemana-mana."

"Jauh-jauh ke Irlandia sayang banget cuma di rumah aja Kak. Untuk Kak Ayna si pecinta sastra, Irlandia itu surga banget. Percaya deh."

Aku terkekeh melihat antusiasme Wina. "I know."

"Gini aja, tadi malam aku udah hubungi salah satu temenku buat nemenin kakak jalan-jalan selama di Irlandia. Gimana? Mau ya?"

"Duh Win, ngerepotin temen kamu banget gak sih?"

Ia menggeleng cepat. "Enggak Kak, dia kadang emang suka ambil job jadi tour guide gitu."

Aku berpikir sejenak, menimbang-nimbang penawaran Wina. Sebenarnya aku nggak masalah sih kalau harus jalan-jalan sendirian—ya hitung-hitung healing diri sendiri. Tapi kalau bareng seorang tour guide yang pasti sudah lebih paham seluk beluk Irlandia, pasti akan lebih seru.

Akhirnya aku mengangguk. "Yaudah, boleh deh. Selama nggak ngerepotin temen kamu ya."

Wina mengibaskan tangannya. "Nggak mungkin ngerepotin Kak. Ada fee nya juga kok Kak, jadi kakak nggak usah sungkan ya."

Quarter Life CriShit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang