Bagian Lima

29.6K 3.3K 70
                                    

-Kale-

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-Kale-

Terhitung sudah tiga kali aku mengatakan, 'Kan Kale udah punya Wanda Ma' dalam sepuluh menit terakhir. Selebihnya hanya omelan-omelan Mama yang mendominasi percakapan penuh emosi siang ini. Mama yang emosi tentu saja, kalau aku yang emosi sudah bisa dipastikan detik ini juga aku akan berubah menjadi ikan pari.

"Ya nak ya..temui dia. Sebentar aja juga nggakpapa deh, kalau mau lama ya lebih bagus."

Mama masih membujuk dari seberang telepon.

"Ma...
Aku mendesah frustrasi. "Kan Kale udah punya Wanda."

Ku ulangi lagi kalimat yang sama untuk yang keempat kalinya.

"Apa sih bagusnya Wanda Nak. Mama yakin dia nggak bener-bener cinta sama kamu."

"Mama bahkan belum pernah coba untuk dekat sama dia Ma. Jangan langsung menilai dari covernya dong."

"Halah. Nggak perlu kenal dekat juga Mama sudah tau dia wanita seperti apa. Insting seorang Ibu nggak pernah meleset."

Ku pijat pangkal hidungku yang mulai menegang. Perdebatan seperti ini sudah terjadi sejak dua tahun terakhir, tepatnya sejak pertama kali ku perkenalkan Wanda pada Mama sebagai pacarku.

"Ya ampun Ma. Kalau ini lagi-lagi karena profesi Wanda, Kale cuma mau bilang kalau nggak semua model itu begitu Ma. Wanda itu nggak pernah macem-macem. Kerja ya kerja. Urusan pribadi ya ada bagiannya sendiri. Stop barking up the wrong tree."

Mama terdiam cukup lama hingga suara-suara lain dari luar ruanganku bisa terdengar samar.

"Ini nih salah satu alasan kenapa Mama makin nggak suka sama pacar yang kamu bangga-banggakan itu. Sejak kenal dia kamu nggak pernah lagi mau dengerin omongan Mama. Dulu kamu nggak pernah bantah omongan Mama sekalipun tapi liat sekarang, kata-kata Wanda jadi titah buat kamu. Lebih penting daripada Mama yang melahirkan dan membesarkan kamu."

Aku mengerang frustrasi. Not again, please. Suara ketukan pintu terdengar seperti pertolongan dari Yang Maha Kuasa untuk menyelamatkanku dari situasi pelik ini.

Kepala Sani, sekretarisku menyembul dari sela pintu. Aku memberinya kode 'mengerti' lalu wujudnya hilang dari balik pintu kemudian.

"Ma, Kale ada meeting sama investor lima menit lagi. Kale tutup ya telfonnya. Nanti kita bicarakan lagi di rumah."

Setelah mengucap salam aku langsung menutup panggilan. Selamat, setidaknya untuk saat ini---nggak tau deh pulang nanti.

Notifikasi pesan masuk berbunyi tepat setelah gawaiku tergeletak tak berdaya di atas meja.

From : WANDA

"Sayang!! Kamu belum liat mention aku di IG ya?"

From : KALE

Quarter Life CriShit [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang