Halooo..
Sebenarnya chapter ini masih lanjutan chapter yang lalu, tapi karena kepanjangan kalau jadi satu akhirnya aku bagi jadi dua chapter. Semoga nggak masalah ya. Anyway, selamat membaca 💜 jangan lupa tinggalkan jejak 🤗
• A Y N A •Mas Anta dan Wina yang masih mengenakan pakaian olahraganya berjalan lebih dulu di depan. Sementara aku masih berusaha menenangkan diri untuk ikut masuk ke dalam rumah mewah itu, entah kenapa rasa percaya diriku terjun bebas saat menyadari bahwa kali ini aku datang ke rumah itu sebagai calon menantu keluarga Malik. Bukan lagi sebagai anak sahabat keluarga itu.
Setelah kejadian di depan Alaska tadi, Wina bersikeras untuk mengajakku ke rumahnya. Katanya, dia ingin memastikan kalau aku baik-baik saja. Tapi karena tubuhnya terasa sangat lengket untuk menemaniku diluar sebab memang baru saja selesai berolahraga, akhirnya Wina memutuskan untuk (memaksa) mengajakku ke rumahnya.
Kutarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. "Tenang Ayna, Mas Kale nggak mungkin ada di rumah jam segini. Cuma Tante Widya dan Wina ini, gampang lah. It will be all right." Aku merapal kata-kata itu berulangkali dalam hati.
"Kak, ayo! Kenapa berdiri disitu aja."
Wina yang sudah lebih dulu tiba di depan pintu menatapku lurus. Kupercepat langkahku mendekatinya. "Mama pasti senang banget deh lihat siapa yang aku bawa." Ia tersenyum sambil merangkulku untuk masuk ke dalam. Sementara tanpa sadar aku sudah menahan nafas.
"Tenang, ada Mas disini. Kamu nervous kan?" Mas Anta berbisik ditelingaku.
"Enggak tuh. Siapa yang nervous."
"Body language kamu nggak bisa bohong tau." Masih sambil berbisik mas Anta terkekeh. Otomatis aku melepaskan telapak kiriku yang menggenggam erat lengan kananku.
"Ma! Lihat nih ada siapa." Suara Wina nyaris berteriak sesaat setelah kami tiba di dapur.
Tante Widya yang sedang berkutat dengan alat-alat perangnya menoleh ke belakang kemudian memekik senang. Sambil melepaskan apronnya tante Widya melangkah cepat ke arah kami.
"Ya ampun sayang, mau datang kok nggak bilang-bilang. Kan Tante bisa siapin masakan kesukaan kamu." Ucap Tante Widya setelah melepaskanku dari pelukannya.
"Jangan repot-repot Tante." Aku tersenyum canggung.
Mau sebaik apapun perlakuan Tante Widya dan keluarganya kepadaku, tetap saja rasa canggung itu masih ada.
"Nggak akan ngerepotin kalau buat calon menantu sih Kak." Wina tersenyum geli.
"Aku tinggal ke atas sebentar ya Kak. Mau mandi, udah lengket banget nih badan." Ia mengerling jahil kemudian pergi meninggalkan kami.
"Anta juga ikut ke atas ya Tante, mau nemuin Kale." Mas Anta malah ikut-ikutan pamit.
Sontak bola mataku membesar, jantungku berdegup tak keruan. "M-mas Kale ada di rumah Tante?" Ucapku dengan suara mencicit persis seperti anak tikus.
"Loh, memangnya dia nggak tau kamu mau datang Ay?" Aku menggeleng.
"Kale ada di atas. Lagi workout dia. Run on the treadmill biar badannya bagus, katanya. Badan udah kayak tukang pukul gitu padahal kan."
Aku ikut tertawa saat tante Widya malah mengolok-olok anaknya sendiri. Sesaat kemudian aku bergidik ngeri saat sekelebat bayangan otot-otot mas Kale yang selama ini hanya tersembunyi dibalik pakaiannya malah melintas di kepalaku. Kacau.
"Oh iya kamu udah sarapan belum Nak?"
"Ayna udah sarapan kok Tante. Jangan repot-repot ya."
"Harus repot-repot dong. Nanti ikut sarapan lagi ya." Tante Widya tersenyum hangat dan mengusap rambutku yang tergerai, mengingatkanku dengan kebiasaan yang selalu mas Kale lakukan akhir-akhir ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/265190481-288-k354601.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Quarter Life CriShit [TAMAT]
ChickLitAda Kale Arsana Malik, si almost expired tampan kembaran Dylan Sprouse versi brewokan. Ditanya perihal kapan menikah sebenarnya bukan masalah besar untuk Kale. Tapi kalau yang bertanya itu ibunya, maka itulah sumber masalah besarnya. Karena apa? Kar...