Part 11 || Dunia Dua A

107 13 0
                                    

"Detakan yang kemarin adalah awal dari rasaku. Hari ini akan menjadi sangat panjang karena suatu masalah."

~Behind The Darkness~

*-*

Makam Kencana namanya. Tanah kusir itu adalah lahan yang sama di mana Sani dikuburkan. Meski Alexa tidak hadir sebagai keluarga, tapi ia hadir dengan sembunyi di balik pohon. Tentunya bersama Braviko Danielle Raw. Kematian yang terjadi di tiga tahun lalu itu tentu menjadi pukulan berat bagi keluarga Smitt, kecuali Alexa si gadis berhati dingin.

Kini, di sanalah Alexa sekarang, di depan gundukan tanah yang juga berdirikan batu nisan. Tentunya bersama dengan Naufal Alamsyah Raw. Mereka akan membongkar makam untuk mendapatkan bukti atas kejahatan Sani. Di mana izin sudah mereka dapatkan dari juru kunci. Tentunya atas alasan bahwa Alexa adalah keluarga dari almarhum.

"Lo, yakin mau ngebongkar nih makam? Gue merinding lho ini, kalau nanti sampai si Sani gentayangin kita, gimana?" cemas Naufal. Pria itu ternyata penakut.

"Nggak usah mikir kayak orang nggak waras, deh! Buruan gali tuh makam!" semprot Alexa. Dengan tangan dan kaki yang gemetar, Naufal mengambil cangkul yang berada di sampingnya, lalu mulai menggali makam tersebut.

Sungguh, ini hal yang aneh dan menyeramkan. Siapa yang dengan suka rela menggali kuburan lama seperti yang Alexa perintahkan? Namun karena ini demi bukti atas ketidakbersalahannya, maka apa pun harus rela dilakukan dan dikorbankan. Termasuk mengorbankan Naufal. Lihatlah mimik wajah pria itu, pucat pasi saat peti mati Sani sudah mulai terlihat.

Inilah alasan Alexa yakin bahwa bukti tersebut disembunyikan di kuburan Sani. Yaitu, karena lelaki itu dikubur di dalam peti mati, bukan seperti biasanya. Namun, alasan kenapa Sani dikuburkan dengan peti mati juga tak bisa dipertanyakan. Mengingat bagaimana sadisnya ia dibunuh. Yang orang lain tahu, lelaki itu dibunuh dengan keadaan badannya telah dimutilasi. Jadi, supaya tidak menimbulkan ketakutan penuh kepada orang-orang yang mengurus jenazahnya, maka peti mati adalah jawaban yang pas. Namun pada nyatanya, hanya wajah yang rusak dan beberapa anggota tubuh yang terluka, tidak ada yang namanya mutilasi.

"Buka tuh peti, buruan!" Perintah Alexa langsung dilaksanakan, meski dengan tangan yang bergetar, juga dengan mata yang terpejam. Sungguh, Naufal takut jika dihadapkan dengan yang seperti ini. Dia tidak takut jika harus membunuh seperti yang Alexa dan Viko lakukan, namun untuk jenazah, Naufal angkat tangan.

"Woy! Ilegal, nih!" seru seseorang saat Alexa tengah meneliti semua sisi di peti itu. Meski Naufal sudah angkat tangan setelah membuka peti, namun pria itu juga masih menutup matanya karena kain kafan dan tengkorak Sani terlihat tadi. "Kagak boleh bongkar kuburan sembarangan, harus ada izin dari kepolisian dulu!" sambung seseorang itu.

Alexa menoleh lalu menatapnya dengan malas, "lo nggak usah ngajarin gue! Pergi dan urus urusan lo sendiri!" katanya dengan dingin.

"Selama itu menyangkut nona cantik yang tersayang, maka tuan muda Denice ini harus ikut campur." Alexa jadi semakin lelah dengan sikap seseorang itu. Tuan muda Denice, siapa lagi kalau bukan Axelle. Pria dengan tingkah konyol yang ia perlihatkan sejak rahasia Alexa terungkap.

"Lam, bantu gue, gue mau masuk ke kuburan ini!" ujar Alexa sambil mengulurkan tangannya pada Naufal. Sementara tuan muda Raw itu menatap tak terima, bola matanya membulat sempurna, mulutnya menganga tanda tak percaya.

"Udah gila, lo? Lo mau masuk ke kuburan? Orang mati aja terpaksa tidur di dalam tanah, lah elo malah mau masuk? Beneran kagak waras lo, Xa!" umpat Naufal.

"Banyak omong, kita harus segera dapatkan bukti itu, lo mau kebenaran itu tersembunyi terus?!" sentak gadis bermata hazel itu. Sungguh, nonanya selalu terlihat garang di mata Naufal, kenapa Alexa terlihat menyeramkan? Jantung Naufal tidak kuat menanggung tatapan tajam bak elang itu.

Behind The Darkness [#MG2]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang