Behind The Darkness [#MG2]✅

Part 21 || Ending untuk Perang

"Sang pujangga telah banyak berubah, dia adalah malaikat maut untuk si musuh gila."

Behind The Darkness

🥂🥂🥂

"Jumlah atau kekuatan, aku bisa buat kau jatuh dengan keduanya, Nona Y'S yang terhormat." Dengan angkuh Anya mengatakannya, begitu percaya diri. Tercetak senyum penuh kemenangan di bibir tebal Anya, seolah mengatakan bahwa kemenangan perang ini adalah miliknya.

"Habisi dia!" Tiga pria yang berada di pihak Anya maju secara serentak. Mengelilingi Alexa yang kini waspada, masih dengan kuda-kudanya. Satu dari tiga pria itu melayangkan tinju, namun langsung ditepis oleh Alexa. Gadis yang kini menjabat sebagai mahasiswi salah satu universitas di London itu menangkis segala serangan yang tertuju untuknya.

Tiga pria itu masih terus menyerang, pukulan demi pukulan dilayangkan pada Alexa, namun terus bisa ditangkis. Bahkan, satu pria kini tumbang karena tinju Alexa mendarat di ulu hatinya. Sisa dua pria yang masih bugar dan bersemangat menyerang. Si Nona Y'S itu pun tak ingin hancur dalam kekalahan. Dia sudah pernah melawan lebih dari tiga orang sekaligus, jadi ini akan tetap sedikit mudah untuknya.

Salah satu pria mengeluarkan pisau lipat tanpa sepengetahuan Alexa dan berhasil melulai leher bagian kiri gadis itu. Alexa mengerang dan sempat memegangi lehernya, begitu nyeri rasanya. Namun, nyeri itu bukanlah apa-apa jika mengingat ini adalah peperangan besarnya. Gadis itu mengeluarkan belati khas yang dibuatkan mendiang Viko, begitu tajam dan masih berkilau karena belum sempat ia gunakan. Belati itu ditujukan ke leher salah satu pria, demi membalas luka di lehernya. Sasarannya tepat, bahkan luka itu lebih dalam dari miliknya.

Pria dengan luka di leher itu tumbang, namun pria yang hanya terkena pukulan Alexa tadi kini bangkit menyerang lagi. Masih berhadapan dengan dua pria dengan kuwalahan. Si Nona Y'S itu merasa kelelahan dan hampir saja napasnya hilang. Ulu hatinya dipukul hingga menyebabkan dia mundur beberapa langkah. Anya yang melihay kesempatan tersebut pun tak ingin mengabaikannya.

Dengan tendangan kuat, Anya memusatkan tendangan itu pada kepala Alexa. Si Nona Y'S tergeletak terlentang akibat tendangan itu, dengan topeng yang juga terlepas. Wajah cantik Alexa terekspos untuk kedua kalinya di dalam peperangan. Alexa ingin bangkit, namun kaki Anya sudah mendahului di kepala Alexa. Sepatu boots yang memiliki alas keras itu menyakiti kepala Alexa, bahkan hidung si Nona Y'S itu sampai bersentuhan dengan alas sepatu Anya.

"Kau akan kalah, Nona," ujar Anya menggeram. Si sepupu mendiang Junior itu semakin menekankan sepatunya di wajah Alexa. Namun, si Nona Y'S tidak kehabisan tenaga begitu mudah. Belati yang tadi ia gunakan untuk menggores leher musuh, kemudian ia layangkan ke betis Anya. "ARRGH! SIALAN!" erang Anya. Kakinya sudah tidak berada di wajah Alexa, melainkan tertekuk di tanah karena kesakitan.

Alexa bangkit dengan sedikit tertatih karena ulu hati dan jidatnya sedikit nyeri. Namun hanya sekejap, gadis itu kembali pulih seperti anak kecil yang hanya mendapat sentilan ringan.

"Kau pernah dengar tentangku, Anya? Queen Mafia tidak pernah kalah dan akan selalu begitu." Alexa berganti menyerang duluan. Anya yang tak siap pun harus merasakan nyeri di punggung akibat tusukan belati milik Alexa. Anya semakin tertunduk saja, membungkuk seperti orang yang sedang menyembah Alexa. "Menyerahlah atau kau akan menyusul King dan Junior dengan sia-sia." Alexa mencabut belatinya lagi, kemudian menusukkannya kembali satu kali, lalu kembali mencabutnya. Itu yang terakhir untuk saat ini.

"ARRGH!" Erangan Anya terus menggema di antara keributan perang antar mafia gila ini. Nyeri, panas, dan sakit di punggungnya semakin terasa. Tiga pria yang tadi berganti menyerang pasukan Alexa pun kini kembali berbalik ke arah Alexa. Sangat mudah menyingkirkan ketiganya kali ini karena mereka sudah kelelahan.