20. LAGU PENGANTAR TIDUR

8 2 0
                                        

Destand  pergi ke perusahaan Zevgas untuk memberikan hasil tugasnya. Beberapa foto menangkap momen saat Pelangi dan Zean berpelukan. Destand melewati Agra yang sedang duduk di sofa. "Lo dateng? Cuma karna terobsesi lo mau lakuin ini semua?" ujar Agra pada cowok di depannya.

"Bukan urusan lo!" sahut Destand sarkas.

Agra terkekeh sinis. Ia bangkit. Berdiri tepat di samping Destand. "Lo bisa bohong tapi tidak dengan kenyataan. Di relung hati lo yang paling dalam lo gak pengen ngelakuin ini kan? Tapi keadaan mendesak, memaksa lo untuk ngelakuin ini semua. Gue gak bodoh, gue tau lo lakuin ini semua cuma untuk balas budi karna Om Zevgas udah membantu lo jadi Atlit Renang kayak sekarang," perkataan Agra sangat tepat seperti anak panah yang mengenai sasaran.

Destand terpaku. Ia melirik Agra dari ekor matanya. "Apa yang lo bilang barusan emang bener. Tapi— apa jadinya Zean kalau tau sahabat deketnya jadi penghianat?" Destand tersenyum miring.

Agra mencengkram kuat kerah kemeja Destand. "Jangan ikut campur urusan gue! Ini masalah gue biar gue sendiri yang atasin."  tekan Agra. Ia melirik amplop yang berada di tangan Destand lau mengambil amplop itu secara paksa. Cowok itu mengeluarkan korek api dan membakar amplop berisi foto Zean dan Pelangi tepat di hadapan Destand membuat Destand melotot. Kemudian ia tersenyum sinis.

Destand melengang pergi dari hadapan Agra. Ia masuk ke ruangan kerja pribadi milik Zevgas. Ia memberikan amplop berisi foto Zean memeluk Pelangi. Ia tersenyum miring menatap lurus kedepan. "Gue gak bodoh. Lo salah nilai gue, Agra!"  Batin Destand.

Agra memandang pintu ruangan kerja pribadi milik Zevgas. Ia tersenyum puas. "Gue tau lo punya dua amplop. Tapi sayang yang lo pegang foto yang menangkap momen Zean jauhin Pelangi sedangkan yang gue bakar adalah momen Zean meluk Pelangi. So— lo kalah men!"  Batin Agra.

Zevgas membuka amplop yang di berikan oleh Destand. Ia tersenyum puas. "Bagus, jadi Zean sudah menjauhi anak psiko itu?"

Destand mengumpat pelan. Sial! Agra berhasil mengelabuinya.

🌈🌈

Pelangi  menenggelamkan kepalanya ke sela-sela bantal guling. Jam sudah menunjukkan pukul 12:00 malam. Ia bangkit mengambil posisi duduk dengan rambut yang di biarkan di gerai. Keadannya sekarang seperti kuntilanak. Mata hitam pekat dengan bagian bawah mata yang bengkak, dan wajah lesu. Ia mengacak rambut kasar kemudian membanting tubuhnya ke kasur dengan posisi telentang. Ia menatap langit-langit kamarnya lalu mengambil handphone  yang tergeletak tidak jauh dari tempatnya berbaring. Ia mengetik sebuah nama lalu menelfonnya. "Zean?"

"Hmm iya sayang. Kenapa nelfon?"  tanya Zean dengan suara beratnya. Mendengar Zean berkata seperti itu saja sudah mampu membuatnya merasa lebih tenang.

Pelangi buru-buru menjawab. "Hah gak pa-pa. Kangen kamu."

Zean tergelak. "Aku juga,"

"Aku gak bisa tidur," kata Pelangi manja.

Zean bergumam kecil. "Aku  nyanyiin lagu, terus kamu tidur ya?"

"Iya."

"Sekarang tarik selimut kamu, tidur dengan posisi miring ke kanan, dan jangan lupa untuk baca doa."

Pelangi mengikuti intruksi dari Zean.

Zean mulai bernyanyi. "Ku terbangun dari mimpi buruk semuanya ada di pikiranku."

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang