11. KENCAN PERTAMA

11 2 0
                                    

"Jaga sikapmu maka aku akan menghormatimu," —Zeantopia Lagata Gendara.


11. KENCAN PERTAMA

Hera langsung mendekati Zean. "Zean. Udah Zean, mama gak pa-pa. Udah, ya? Mama gak mau kamu jadi pembunuh."

Zean tidak mendengarkan ucapan mamanya.

"Zean udah, ya? Jangan? Aku mohon." Pelangi memegang lengan Zean, mencoba menghentikannya.

Zean tetap juga tidak peduli.

Cowok itu melemparkan gelas berkaki itu ke arah Farhan. Tapi ia sengaja melemparnya dengan tidak beraturan hingga gelas berkaki itu sudah jatuh sebelum sempat mengenai Farhan.

Semua orang bernafas lega.

Syukurlah  Zean tidak jadi melempar Farhan dengan gelas berkaki itu.

Zean menatap tajam Farhan. Lalu meninggalkan kerumunan orang-orang yang mengerumuninya.

Pelangi membuntuti Zean dari belakang.

Zean berjongkok. Cowok itu menangis.

Pelangi tahu persis apa yang di rasakan Zean. Setelah bertahun-tahun Zean baru mengetahui kebenarannya.

Pelangi menghampiri Zean.

Cewek itu menatap Zean sendu. Zean mendongak menatap Pelangi. Pelangi langsung mendekap Zean. "Mama—Ternyata mama..." Zean terisak.

"Iya, Zean aku tahu," Sahut Pelangi lirih.

Pelangi melepaskan dekapannya. Menatap Zean sendu. "Kita ke rumah sakit ya, Zean? Kepala kamu berdarah."

Zean hanya menganguk.

🌈🌈

Zean mengerjapkan matanya berkali-kali. Cowok itu menoleh kesamping. Ia melihat Pelangi. Cewek itu sedang tertidur di samping tubuhnya.

Wajah cewek itu tertutup oleh sebagian rambutnya. Zean menaruh rambut Pelangi kesamping. Pelangi tersentak. Ia mengucek matanya. "Eh Zean, Kamu udah bangun?"

Zean menganguk. "Aku tau kamu capek mau aku antar pulang?"

Pelangi menggeleng cepat. Ia tersenyum lebar. "Aku seneng kamu manggil, aku, kamu."

Zean tersenyum tipis. Cowok itu mengelus puncak kepala Pelangi. "Aku antar kamu pulang?"

"Nggak Zean. Kamu masih sakit."

"Nggak pa-pa. Aku antar kamu pulang," Zean bangkit dari tidurnya. Badannya masih lemas. Seluruh kepalanya di perban.

Zean hoyong, cowok itu hampir jatuh. Pelangi langsung menopang tubuhnya agar tidak jatuh. "Aku bilang juga apa."

Zean hanya terkekeh menatap Pelangi.

Pelangi membantu Zean kembali ke bangkarnya. "Aku pulang ya, Zean?"

Zean menahan tangan Pelangi. "Kamu bisa tinggal di sini?"

Pelangi merenung sejenak. Kemudian ia menganguk. Pelangi mengambil posisi duduk di samping tubuh Zean. Kepala cewek itu— ia taruh di samping tubuh Zean. Zean mengelus puncak kepala Pelangi. Setelah itu— Pelangi tertidur. Ia mendegkur. Zean tertawa kecil karenanya.

🌈🌈

Pelangi membuka matanya secara perlahan, menyesuaikan dengan cahaya yang masuk ke kamarnya. Cewek itu terkejut. Ia tidak tahu sekarang ia ada dimana.

PELANGITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang