[SPAM VOTE + SPAM COMMENT SELAIN NEXT, AKU UP 2 KALI!]
.
.
.
.Suara tangis seseorang memecahkan kebingungan kedua anak manusia tersebut. Dengan wajah yang terkejut dan merasa takut, Saga dan Jenessa saling tatap menatap satu sama lain.
"S-suara siapa itu?" tanya Jenessa dengan tergagap. Masalahnya ini sudah malam, dan mereka mendengar suara tangis yang sangat dekat dari ruangan tersebut.
"Kaya suara nangis anak kecil, atau jangan-jangan—" belum sempat Saga menyelesaikan ucapannya, tinjuan Jenessa langsung mendarat dilengan Saga.
Laki-laki itu meringis pelan sembari memegangi lengannya yang sakit. "Sakit, Sa!" ringis Saga dengan melotot.
"Bodoamat! Lagian lo nakut-nakutin gue. Ini udah malem, gak usah ngomong yang aneh-aneh," kata Jenessa yang sudah merinding.
Jenessa itu tipikal gadis yang suka kesendirian. Namun anehnya dia juga takut dengan suara-suara asing yang tiba-tiba di dengarnya saat suasana sangat sepi, pikirannya langsung menjuru kearah horor dan merasa parno dengan sendirinya.
"Ngomong aneh gimana? Gue belum selesai ngomong aja udah lo pukul," sinisnya.
"Ya elo pasti mau bilang kalo suara anak kecil itu hantu 'kan?" kata Jenessa dengan tebakkannya.
"Idih Fitnah lo sama laki sendiri, gue emang bilang kalo itu suara anak kecil, tapi bukan berarti itu hantu 'kan, Babon!" kata Saga sedikit menahan tawanya saat melihat wajah Jenessa yang sudah memucat takut.
"Lo kok sekarang bangga banget sih berlindung diikatan Suami-Istri ini?" komentar Jenessa.
Saga ingin membalas ucapan gadis di depannya tersebut, namun tiba-tiba suara tangisan itu semakin keras. Saga ingin mencari tahu dimana sumber suara tersebut, tetapi langkahnya terhenti saat tangannya dicekal oleh Jenessa dari samping. Lelaki tersebut menatap pergelangan tangannya lalu beralih menatap Jenessa.
"Kenapa?" tanyanya heran.
"Gak usah disamperin deh, gue takut itu beneran hantu." cicit Jenessa semakin takut.
Saga rasanya ingin sekali tertawa terbahak-bahak saat rival nya ternyata takut sekali dengan hantu. Tapi melihat wajah gadis tersebut terlihat sangat ketakutan dan pucat, Saga tidak setega itu jika melihat gadis yang tengah ketakutan. Diraihnya tangan Jenessa yang satunya lagi.
Menatapnya dengan sangat dalam sembari berkata. "Lo gak usah takut, gue disini kok. Lo ikutin aja gue dari belakang, oke?" ucapnya dengan menenangkan.
Sifat lembut Saga yang tidak pernah ditunjukin, sekalipun dengan para Mantannya.
Dengan sedikit keraguan Jenessa mengangguk patuh, rasanya dia ingin pingsan saja saat itu juga. Sebenarnya kaki Jenessa sudah lemas semenjak mendengar tangisan itu, namun masih bisa dia tahan karena tidak ingin terlihat lemah didepan rival nya sendiri. Ya, bagaimana pun juga menjaga harga diri adalah hal yang penting.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM 212 [ON GOING]
Random[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACAA. THANK YOU♡] FYI: CERITA INI SUDAH MEMASUKI TAHAP REVISI LEBIH BAIK Jika di tanya apa yang paling Jenessa benci di dunia ini, maka jawabannya adalah Saga. Laki-laki yang sudah menjadi rival nya semenjak masuk semest...