32. Tentang Hak Asuh

27.5K 3.1K 71
                                    

[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA. TERIMA KASIH!]
.
.
.
.
.


Kejadian kesalah pahaman itu mampu membuat perubahan lebih besar bagi mereka berdua. Saat di Room, mereka membagi tugas bergantian. Ada saatnya mereka memandikan Davychi, membuat sarapan roti dengan selai, menyiapkan baju dan hal lain sebagainya.

Dan untuk diKampus. Para Mahasiwa yang biasanya mencibir dan menyindir perilaku Saga dan Jenessa yang masih tak becus mengurus Davychi, kini mereka benar-benar dibuat tercengang dengan perubahan tersebut, bagaimana tidak. Begini kejadiannya;

"Saga, Jenessa, kalian bisa memperhatikan pelajaran saya tidak?" tegur pak Wendi kepada satu meja di depannya yang sibuk dengan kegiatannya sendiri.

"Anu—itu Pak ... aduh, itu ... Davychi katanya mau makan," kata Saga dengan kikuknya.

"Yaudah kamu tinggal kasih makan terus fokus ke pelajaran saya lagi." ucap Pak Wendi.

"Masalahnya dia katanya mau makan ayam MCD pak," kini Jenessa yang berkata.

"Nanti aja kalo gitu,"

"Ya emang saya udah bilang gitu Pak, tapikan namanya anak kecil ya gimana." ujar Saga.

Davychi menepuk-nepuk tangan Saga seperti meminta untuk melihat kearahnya. "Bapak-bapak botak itu malah-malah mulu ih tiap hali." kata Davychi dengan tidak tahu akhlaknya mengatai dosen killer kampus ini.

Semua yang ada diruangan mendengar, termasuk Pak Wendi dong. Ya, Pak Wendi langsung melototkan matanya saat dikatai botak oleh anak kecil, walau pun kenyataannya memang seperti itu.

"Sstt ... kamu gak boleh ngomong gitu sama orang tua, gak baik." tegur Jenessa.

"Habisnya, dia malahin olang-olang mulu. Nanti cepet tua loh Pak, kata Opa sama Oma jangan malah-malah nanti lambut putihnya makin banyak. Eh aduh, iya Bapaknya ndak punya lambut ya? Hehe Ify lupa, Pak." celoteh Davychi cukup panjang. Sial nya dengan tidak tahu diri Davychi terus melayangkan perkataan tidak sepantasnya yang diucapkan anak kecil.

Semua Mahasiswa yang ada diruang kelas ingin rasanya tertawa. Karena hanya Davychi yang berani berkata seperti itu.

"Davychi gak baik berkata seperti itu, Papa gak ngajarin kamu menjelekkan orang, ya, minta maaf sekarang." suruh Saga dengan wajah seriusnya.

Davychi yang ditatap seperti itu menundukkan wajahnya takut. Walau pun Saga juga selalu memanjakan bocah tersebut, bukan berarti dia juga tidak bisa tegas. Sebenarnya itu diajarkan oleh Jenessa sih.

"Maaf, Bapak." kata Davychi pada akhirnya.

Namun, Pak Wendi sudah terlanjur kesal akan hal itu. Bukan Davychi yang kena getahnya, melainkan kedua orang tua alias Saga dan Jenessa yang menerima konsekuensinya.

ROOM 212 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang