Saat ini, kedua keluarga tersebut menatap jengah kepada kedua manusia aneh di depan mereka yang tengah saling melempar kebencian satu sama lain.
"Apa lo liat-liat? Suka lo sama gue, hah? Caper ya lo?" ucap Jenessa sambil mengibaskan rambut sedikit panjangnya tersebut.
"Dih, emang bener ya kata orang, terlalu percaya diri itu gak baik." sindir Saga begitu julid.
Saat Jenessa ingin membalas, suara bariton seseorang menghentikan nya terlebih dahulu.
"DIAM!" kata Papa Jenessa sambil melayangkan tatapan tajamnya kearah mereka berdua.
"Duduk!" perintahnya lagi. Mereka menurut, Jenessa duduk di samping sang Ibu, dan Saga duduk di tengah keluarganya.
"Maafkan anak saya," kata Ayah Saga merasa tak enak.
Papa Jenessa menggelengkan kepalanya. "Anak saya juga sama-sama bar-bar nya. Jadi gimana sama kesepakatan kita?" ujar Papa Jenessa to the point.
"Kesepakatan apa?" tanya Jenessa.
"Nikahin kalian," jawab Mama Jenessa dengan santainya.
Baik Jenessa mau pun Saga melotot kaget tak percaya. "HAH?! Gila kali main nikah-nikahin aja!" spontan Jenessa berkata kasar.
"Gue gak mau nikah sama dia!" suara Saga terdengar tak terima.
"Tapi ini keputusan gak bisa diganggu gugat," kata Ayah Saga.
"Gak ada alasan untuk seenaknya jodohin gini, Ma! Apalagi sama dia." ucap Jenessa sambil menunjuk kearah Saga.
"Idih, did you think you flowers, hah?" sinis Saga dengen meremehkan.
Ibu Saga menghela napasnya sebentar, sebelum membuka suara. "Ini demi kebaikan kalian. Kita sebagai orang tua kalian udah capek denger keluh kesah para Dosen karena ulah kalian, kita pengen kalo kalian akur kaya biasanya."
"Tapi nggak dengan cara kaya gini, Ma. Sampe domba gak gue itungin pas susah tidur juga, gue gak akan bisa akur sama bocah tengil ini," sarkas Saga.
Jenessa melototkan matanya. "Lo kira gue juga sudi baikkan sama elo?" cerca Jenessa tak terima.
"Demi planet pluto yang tidak diakui jajaran planet! Kalian emang ngeselin gini kalo berantem. Bikin sakit kepala tau gak!" keluh Mama Jenessa sambil memijat pelipisnya pusing.
"Pokoknya Nessa gak mau nikah sama dia, Ma!" putus Jenessa telak.
"Tapi ini udah kesepakatan juga. Selain mempersatukan dua keluarga, kita juga bisa bekerja sama dengan perusahaan masing-masing, kalian akan akur, temen-temen kalian maupum Dosen kalian bakalan seneng juga dengan perubahan ini," ucap Ayah Saga panjang lebar yang diangguki oleh masing-masing orangtua mereka.
"Tapi kan—" kata mereka serempak namun disela oleh Papa Jenessa.
"Gak ada tapi-tapian, besok langsung akad!" finalnya tegas.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM 212 [ON GOING]
De Todo[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACAA. THANK YOU♡] FYI: CERITA INI SUDAH MEMASUKI TAHAP REVISI LEBIH BAIK Jika di tanya apa yang paling Jenessa benci di dunia ini, maka jawabannya adalah Saga. Laki-laki yang sudah menjadi rival nya semenjak masuk semest...