39. Rumah Kita dan Mengidam

2.8K 240 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sebulan berlalu setelah kelulusan mereka menjadi Mahasiswa, kini keluarga kecil Saga hidup dengan harmonis, walaupun pertengkaran kecil selalu terjadi diantara Saga dan Jenessa.

Kabar bahagia yang mereka syukuri saat ini adalah kabar bahwa Jenessa tengah mengandung anak Saga. Kandungan yang berusia 2 minggu tersebut dijaga posesif oleh orang-orang terdekat Jenessa, terlebih Saga, lelaki tersebut sangat overprotektif kepada Istrinya. Dan Davychi menyambut dengan riang kehadiran calon adiknya.

Kabar lainnya adalah Saga kini bekerja dibawah naungan Ayahnya sendiri. Lelaki tersebut berusaha dari bawah menjadi karyawan, namun karena kerja kerasnya yang sangat ambisius, dirinya naik jabatan dalam waktu pesat. katanya ini adalah rezeki dari sang bayi.

"Kamu bisa nggak jangan deket-deket sama aku? Jelek banget mukamu!" ujar Jenessa tiba-tiba.

Saga dan Jenessa tengah menonton televisi, dengan Jenessa yang menyandar pada bahu Saga. Sedangkan Davychi tengah dibawa berlibur oleh Orang Tua Jenessa.

Dahi Saga mengkerut bingung. "Kan kamu sendiri yang mau ditemenin?" ucapnya.

"Tau ah!" decakkan Jenessa tak luput dari pendengaran Saga.

"Jangan gitu, nanti adek bayinya mirip banget loh sama Bapaknya." kata Saga dengan wajah jahilnya.

Wajah Jenessa berpaling mentapa Saga. "Serius?" tanyanya sembari memiringkan kepala.

Lelaki tersebut mengangguk sembari menahan gemas serta senyum yang tertahan.

"Tanya coba sama Mama," ujarnya.

Mendengar hal itu wajah Jenessa tertekuk, tangan kanannya mengelus perutnya yang masih rata. Saga yang melihat itu tak kuasa untuk tidak menjawil hidung sang Istri.

"Kamu semenjak hamil kok makin gemesin sih, Yang? Cinta banget aku tuh sama kamu," ucap Saga mengeluarkan kata-kata alaynya.

"Saga mau ketemu Agam," pinta Jenessa tanpa menggubris ucapan Saga tadi.

Lagi-lagi dahi Saga mengkerut. "Mau ngapain? Dia sibuk, aku aja bersyukur dikasih hari libur sama Papa." ujarnya.

"Nggak tauuu, mau liat mukanya Agam," ungkapnya lagi.

Saga menghela nafas, lelaki tersebut mengambil ponsel yang ada diatas meja. Memencet nomor Agam untuk ia hubungi.

Dering pertama sampai ketiga tidak ada jawaban, hingga dering keempat panggilan tersebut tersambung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ROOM 212 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang