"Kaga-kaga, gue gak mau!" tolak Saga dengan nada tegasnya.
"Yeuh, gimana sih, kan ini kesepakatan kita bermain, suruh siapa lo milih dare, giliran dikasih malah nolak gini," sungut Deka dengan kesalnya.
Saga menghembuskan napasnya kasar. "Gue gak bakalan nolak kalo arah Dare yang kalian kasih gak melibatkan orang itu." protes Saga dengan menekan kata itu diakhir kalimat.
Di jam istirahat, mereka memilih bermain Truth or Dare untuk menghilangkan kebosanan sebelum masuk jam mata kuliah selanjutnya.
"Namanya juga Dare, Ga, ya harus yang menantang lah. Ya gak, bro?" ujar Pian meminta pendapat, kedua teman lainnya mengangguk setuju.
"Bener, udah sih cepetan. Tinggal jalanin misi terus udah deh, ribet amat, dianya aja gak ngegigit lo ini," kata Agam sambil berdiri bangkit dari duduknya.
Saga berdecak kesal. "Nyesel gue ikutan tadi," gerutunya.
Walaupun seperti itu, lelaki tersebut pada akhirnya mengalah dan mengikuti langkah ketiga temannya untuk mencari korban menjalankan Dare Saga.
Lima menit lamanya mencari kesana-kemari, akhirnya orang yang mereka maksud akhirnya menampakkan batang hidungnya. Iya, yang mereka cari tak lain adalah Jenessa, rival tersengit Saga saat ini. Memang keterlaluan atau sekedar iseng semata mencari-cari keributan.
Jenessa yang tengah berjalan sendiri, terlihat damai dengan pundak kanannya membawa tas, dan tangan kirinya membawa beberapa buku pelajaran.
"Ayo cepetan samperin dia," suruh Pian sambil mendorong-dorong tubuh Saga agar maju mendekati gadis tersebut.
"Sabar dulu kenapa sih?! Gue gak kabur ini." sungutnya sambil melotot tajam.
Setelah mengatakan hal itu, Saga mendekati Jenessa yang masih berjalan dengan santai tersebut. "Nih, kalian liatin yak. Gue bakal buktiin sendiri," kata Saga sedikit menoleh kebelakang.
Deka, Pian, dan Agam tertawa geli. Mereka menebak-nebak apa yang selanjutkan akan terjadi. Saga menghalangi jalan Jenessa sehingga gadis tersebut terpaksa memberhentikan langkahnya.
"Heh, apaan sih lo. Minggir sono, ngalangin jalan aja," ucap Jenessa dengan nada menyolot. Tidak ada kata tidak nyolot jika berbicara dengan Saga.
"Kalem dong, gue cuma mau nanya," kata Saga dengan tampang ngeselin menurut gadis di depannya itu.
Alis Jenessa terangkat sebelah, seperti menilik sesuatu yang aneh pada diri Saga. "Nanya apa? Gue gak bisa, gue lagi sibuk kalo buat lo," tolak Jenessa pada saat itu juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM 212 [ON GOING]
Acak[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACAA. THANK YOU♡] FYI: CERITA INI SUDAH MEMASUKI TAHAP REVISI LEBIH BAIK Jika di tanya apa yang paling Jenessa benci di dunia ini, maka jawabannya adalah Saga. Laki-laki yang sudah menjadi rival nya semenjak masuk semest...