25. Kejadian di Rest Area

29K 3.3K 54
                                    

[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA!][MAA UNTUK ALUR LAMBAT :))]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA!]
[MAA UNTUK ALUR LAMBAT :))]
.
.
.
.
.

"Oma don't clrying, I'm plomise one day, me, Mama, and Papa bakalan kesini lagi kok." ujar bocah tersebut dengan suara khas anak kecil yang susah menyebutkan huruf R.

Tak lupa, bahasa slang nya selalu dia gunakan, entah sekedar pamer atau memang sudah menjadi kebiasaanya.

"Kita kan belum main lama, masa kamu udah mau pulang?" kata Ibu Wira dengan nada sedihny.

Davychi yang di gendong oleh Saga kembali berkata. "Because my Mama and Papa mau kuliah, aku gak mau punya Mama sama Papa yang stupid."

Ya, hal itu sudah Jenessa jelaskan saat dirinya memandikan Davychi pagi tadi. Untungnya, bocah tersebut cepat tanggap dan pintar dalam berkomunikasi.

Pak Ciko, Pak Dirga tertawa, lalu tangan Ibu Rika terulur untuk mengusap pelan rambut Davychi. "Kalo gitu kalian bakalan kesini lagi nanti liburan ya?" ujar Ibu Rika dengan tatapan yang sama seperti Ibu Wira.

"Oke, Opa. Nanti Ify kesini buat main sama Opa sama Oma juga."

"Ma, kita pamit pulang dulu ya, takut kesorean nanti sampe nya." ujar Saga pada akhirnya.

Ibu Wira melirik kearah Jenessa yang sedari tadi diam. "Tadi pagi Mama masak beberapa makanan buat dibawa ke Dorm kalian, makanan kesukaan Davychi juga Mama bawain di tas abu-abu itu. Sampe sana, jangan lupa di panasin lagi ya?" ucap Ibu Wira.

Saga mengangguk. "Makasih, Maaf banget jadi ngerepotin, harusnya biarin aja." kata Saga tak enak.

"Gak papa," sahut Ayah Ciko.

Lagi-lagi, Ibi Wira melirik kearah Jenessa. "Sayang, makasih ya udah mau ngerawat Mama waktu sakit dan udah belain ke Bandung. Maafin Mama kalo waktu itu Mama egois, Mama tau pasti itu nyakitin perasaan kamu. Mama gak berpikir dulu sebelum ngomong sama kamu—" ucapan Ibi Wira terputus saat sebuah dekapan yang wanita itu rindukan, kini dia rasakan kembali.

Benar, Jenessa menghamburkan badannya kedalam pelukan sang Mama. Pelukan hangat yang dia rindukan juga selama bertahun-tahun itu, pelukan yang masih sama dengan kehangatan yang dulu. Jenessa benar-benar merindukannya.

"Maafin Jenessa juga kalo belum bisa jadi anak yang baik buat kalian," kata Jenessa diiringi dengan suara isakan tangisnya.

Ibu Wira menggelengkan kepala dalam bahu Jenessa. "Kamu gak salah, Mama yang egois karena terlalu sibuk ngurusin pekerjaan dibandingkan anak sendiri. Mama minta maaf kalo kamu gak ngerasain sosok seorang Ibu yang baik selama kamu tumbuh menjadi dewasa." ucap Ibu Wira.

ROOM 212 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang