[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA!]
.
.
.
.
.S
etelah mengobrol cukup panjang dan menguras sedikit emosi, Saga akhirnya kembali masuk kedalam mobil setelah dua puluh menit lamanya Jenessa menunggu sembari menenangkan Davychi yang terus menangis. Namun kini bocah tersebut sudah berhenti menangis, mungkin merasa lelah.
"Papa olang itu selem banget, Ify takut." suara anak kecil itu terdengar lirih bercampur takut, anak kecil itu seolah mengadu akan perasaannya.
Lelaki tersebut menatap Davychi. Lalu tangannya terulur dan tersenyum menangkan, memberi tahu bahwa semuanya akan baik-baik saja.
"Gak papa, orang itu gak akan marahin kamu lagi. Davychi gak usah takut ya? Karena kita juga gak akan ketemu dia lagi," ucap Saga. "Oh iya, Papa bawain es krim kamu, mau gak?" sambungnya.
"Mau!" respon itu langsung dibalas oleh Davychi dengan sangat bahagia. Mood nya sangat berubah sepersekian detik.
Diraihnya tempat es krim tersebut setelah terlebih dahulu di bukakan oleh Saga. Setelah asik dengan dunia es krimnya, tatapan Saga beralih kearah Jenessa yang terus menatap kosong kedepan.
"Hey, kenapa ngelamun?" tanya Saga dengan lembut.
Gadis itu langsung mengerjapkan matanya saat merasakan sebuah usapan lembut dipucuk kepalanya.
Gadis itu menoleh kesamping menatap Saga, lalu menggelengkan kepalanya pelan.
"Err ... gak ada. Cuma lagi mikirin, kenapa Bapak-Bapak itu bilang kalo Davychi cucu nya? Emang dia siapa? Kamu ngobrol apa aja tadi?" cecar Jenessa dengan berbagai pertanyaan.
"Aku jelasinnya kalo udah sampe rumah ya? Aku takut nanti gak konsen bawa mobilnya." kata Saga meminta pengertian.
Nampaknya Jenessa tak puas dengan hal itu dan tak memahami sinyal arti perkataan Sang Suami. "Gue bakal ceritain kok. Tapi gak disini, lagian ada Davychi, dia baru aja shock karena suara tinggi orang yang gak dia kenal. Kita harus ngehiburnya, 'kan?" lanjutnya lagi.
Gadis itu hanya bisa mengangguk. Dan mobil kembali di jalankan hingga akhirnya memasuki kawasan kota Jakarta. Di sepanjang perjalanan, keheningan melingkupi mobil tersebut, karena Davychi juga tertidur setelah memakan habis es krim nya.
Tak butuh waktu lama, akhirnya mobil tersebut parkir di Apartemen atau lebih banyak di sebut Dorm kampus.
"Kamu masuk aja dulu, aku—" belum sempat Saga menyelesaikan ucapannya, Jenessa langsung bergegas keluar dari mobil sembari membawa Davychi yang masih terlelap dalam gendongannya.
Gadis itu masuk ke dalam gedung tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Saga sempat terkejut karena tindakan itu, namun setelahnya dia menghela napas lelah. Entah mengapa kejadian di Rest Area dan penjelasan perempuan kasir itu seolah terus terputar di otaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ROOM 212 [ON GOING]
Aléatoire[JANGAN LUPA FOLLOW SEBELUM BACAA. THANK YOU♡] FYI: CERITA INI SUDAH MEMASUKI TAHAP REVISI LEBIH BAIK Jika di tanya apa yang paling Jenessa benci di dunia ini, maka jawabannya adalah Saga. Laki-laki yang sudah menjadi rival nya semenjak masuk semest...