30. Amukan Singa Betina

28.2K 3.2K 47
                                    

[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[BUDIDAYAKAN VOTE+COMMENT, YA. TERIMA KASIH!]
.
.
.
.
.

Dengan tangan yang bersedekap dada, Jenessa berdehem cukup keras hingga mengalihkan atensi kedu makhluk manusia di depannya tersebut.

"Wah seru ya ngobrol berdua sambil ketawa sore-sore gini." sahut Jenessa dengan tersenyum semanis mungkin dihadapan keduanya.

Lelaki itu terkejut, begitupun perempuan tersebut. "Nessa, udah balik?" tanya Saga tanpa merespon sahutan Jenessa tadi.

"Elah, gak usah basa basi sama gue. By the way enak ya ngobrol berdua disini, sedangkan gue ribet ngurusin anak lo." kata Jenessa lagi dengan nada bicara yang menakutkan.

Saga yang tak mengerti akan hal itu pun hanya mengkerutkan dahi nya bingung. "Sa, lo kenapa sih?" tanyanya.

"Anak? Kamu udah punya anak, Ga?" tanya perempuan tersebut dengan nada bicara yang begitu halus, kelewat halus sampai Jenessa ingin sedikit mengkasarinya.

"Jangankan anak, dia juga udah punya Istri loh," siapa yang di tanya, siapa yang menjawab.

"Oh, ya? Siapa?" tanya perempuan tersebut kepada Jenessa dan meladeninya.

"Ini, titisan bidadari yang ada di hadapan lo ini. Gak liat ya? Kebanyakan ngobrol sama titisan Lucifer sih!" sadis nya Jenessa berkata seperti itu.

Sudah bukan hal yang aneh bahwa saat Jenessa marah, omongannya tak bisa di kontrol, sesakit apa pun itu, dia tak peduli, selama dia masih tahu batas, dia akan melakukannya.

"Lo nyamain gue sama Lucifer?" tanya Saga membuka suara.

"Iya, kenapa? Ngerasa, 'kan?"

Saga berdecak. "Sa—"

"Bodo amat, Ga. Terserah deh lo mau lanjutin ngobrol sama selingkuhan atau calon selingkuhan lo ini. Gue gak peduli, dari awal gue selalu gak yakin sama ucapan lo yang bakal langsung balik kalo urusannya udah selesai. Nyatanya apa? Emang gitu, omongan gak harus selalu bisa dijaga!" ucap Jenessa pada saat itu juga, lalu memutuskan pergi dari hadapan mereka dengan amarah yang masih membara.

Di perjalanan, dia pun tak mengerti, kenapa dia bisa semarah ini melihat hal itu? Apa dia kelewatan? Tapi jika dipikir tidak juga, wajar saja. Dia adalah Istrinya, apa dia berhak marah? Tentu saja, suaminya sedang berdekatan dengan gadis lain. Ah persetan dengan itu! Isi kepala Jenessa sudah hampir ingin meledak.

Disisi lain, dimana Saga masih terkejut selayaknya orang bodoh yang dilabrak rentenir karena belum bayar hutang. Tapi perempuan di hadapannya itu langsung menyadarkannya.

ROOM 212 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang