07. Kehebohan kampus

44.5K 4.9K 66
                                    

[VOTE+COMMENT, YAA!]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[VOTE+COMMENT, YAA!]
.


.
.
.
.

Setelah kesibukan tadi pagi, akhirnya Saga dan Jenessa sampai dikampus, dan sekarang mereka berdua duduk dengan tenang dimeja nya masing-masng. Tanpa menyadari hal apa pun, mereka berdua seolah biasa saja. Saga berbincang dengan teman-temannya, begitu pun sebaliknya dengan Jenessa. Dan kelas akan dimulai sebentar lagi.

Hingga tiba langkah seseorang dengan napas yang lelah dan wajah yang campur aduk memasuki kelas tersebut. Hal itu menjadi pusat perhatian seisi kelas, termasuk Jenessa, Saga, Pian, dan juga Deka.

"Tega banget kalian ninggalin anak kalian sendiri sama gue! Lo gak tau apa ini bocah terus manggil-manggil kalian sedangkan kalian malah udah nyampe di kampus? Akhlak lo pada digadaikan, kah?" cerocos Agam dengan kesal dan menatap sinis kearah 2 temannya.

Kelas yang tadinya lumayan ribut, seketika hening saat melihat anak kecil berusia 4 tahun dalam gendongan Agam. Wajah bocah itu sangat berantakan. Beberapa helai rambut sedikit panjangnya berdiri kearah yang berbeda, matanya penuh dengan air mata menandakan bahwa anak tersebut banyak menangis, wajahnya yang memerah, bibirnya yang melengkung kebawah dan ingusnya yang belepolatan kesana kemari membuat pandangan orang-orang merasa... jijik?

"Gue mana tau, pas gue keluar dari kamar mandi lo nya gak ada di Dorm, yaudah gue kira lo udah nyampe kampus." kata Saga dengan jujur.

Kini tatapan Agam yang tajam beralih menatap mata Jenessa. "Apa hah? Gue yang salah? Mau lo gue tonjok?" ucap Jenessa yang malah mengancam Agam.

Saat langkah Agam ingin mendekat kearah Saga, sang Dosen tiba-tiba masuk terlebih dahulu dan sama terkejutnya dengan seisi kelas tadi saat melihat anak kecil berada di jadwal kelasnya.

"Agam Dewanta! Kenapa kamu bawa anak kecil di kelas saya?!" tanya pak Ridwan, dengan nada dinginnya.

"A-anu pak, i-ini bukan adek saya atau anak saya, tapi saya terpaksa bawa anak ini karena orang tuanya ninggalin dia di Dorm sendirian," jawab Agam menyindir halus Saga dan Jenessa.

Sedangkan Davychi terus menangis di gendongan Agam sembari menggapai-gapai Jenessa, seolah ingin meminta di gendong gadis tersebut, namun Jenessa mengabaikannya.

Tega memang!

Wajah Pak Ridwan terlihat bingung. "Siapa yang punya anak di Dorm kampus ini?"

"Mereka pak." kata Agam sembari menunjuk kearah Saga dan Jenessa secara bergantian. Pak Ridwan kini menatap keduanya tajam, hal itu membuat mereka gelagapan.

ROOM 212 [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang