🔪 Psycho 12 🔪

2.4K 252 1
                                    

"Eh? Tidak sakit?" Gumam Yoongi ketika menapakkan kakinya ke lantai.

Ia kira akan ada rasa sakit yang menjalar hingga membuatnya mendesis, tetapi itu tidak terjadi.

Mau tak mau ia harus berterima kasih kepada Taehyung. Entah bagaimana setelah ditangani oleh laki-laki itu, sekarang rasa sakit dikakinya seakan hilang tertiup dan melebur dengan udara pagi yang dingin.

Taehyung belum kelihatan, yang tentunya begitu disyukuri olehnya. Ternyata ia tidak lagi menjadi korban dan beralih menjadi orang yang disukai laki-laki itu, kalau dipikir-pikir ada untungnya juga.

Ia tidak terlalu dikekang atau 'digenggam' erat-erat layaknya balon yang pasti meletus apabila ditekan kuat-kuat.

Yoongi mendesah, menoleh kearah jendela dan memperhatikan sinar matahari yang tidak terlalu pekat, lagi-lagi turun hujan.

Tampaknya semesta begitu pemurah hingga menurunkan hujan sedemikian derasnya.

Seolah meminta setiap orang untuk diam didalam rumah dan beristirahat saja, setelah terlalu keras beraktivitas dan sempat memanjakan diri.

.
.

Sepertinya Yoongi bangun terlalu pagi. Waktu kuliah masih sekitar dua jam lagi. Setelah makan dan mencuci piring, waktu berjalan begitu lambat, seakan merangkak.

Tidak tahu berbuat apa, Yoongi melangkah menuju ruang tamu, duduk disofa, memeluk lutut dan memandang kosong ke depan.

Rasanya ia perlu untuk menghabiskan waktu, sehingga akhirnya ia menyalakan televisi yang menayangkan tentang sesuatu acara kabar berita.

Topik berita yang dibahas sekarang ini menarik perhatiannya, yakni tentang naiknya angka orang hilang dan kematian di negaranya.

Lama Yoongi menunduk, tenggelam dalam rasa bersalah yang amat dalam. Bisa dibilang ia terlibat dulu dalam kematian laki-laki mabuk dan Daniel.

Sensasi mulai kembali menyeruak hingga rasanya enggan menelan ludah.

Topik berita yang tadi, sudah berganti menjadi beragam hal tentang fashion, itu tidak membuatnya tertarik. Sehingga Yoongi mematikan televisi.

Berakhir dengan memandang bayangannya sendiri dilayar televisi yang kini hitam.

Apakah sekarang ia bisa juga disebut monster? Setelah secara langsung mengakibatkan dua kematian sekaligus? Jiwanya terasa melayang saat pikirannya kembali menyaksikan potongan kejadian yang mengerikan.

Rasanya tegang, tak bisa melupakan dan berakhir dengan rasa sakit kepala.

"Ada apa denganmu?"

Yoongi mendongak ketika tiba-tiba mendengar suara seseorang. Ia menoleh dan mendapati Taehyung menatapnya dengan alis terangkat naik.

"Sejak kapan kau disini?" Tanya Yoongi.

"Sejak tadi. Apa yang kau pikirkan hingga tak menyadari aku masuk?"

Yoongi menggeleng lemah,
"Tidak ada yang kupikirkan."

"Jangan berbohong padaku."

Yoongi mendesak pelan, mungkin entah keberapa kalinya hari ini ia berbuat demikian.

Ayahnya pernah mengatakan kalau mendesak pelan terus-menerus bisa memperpendek umur.

Yoongi menoleh dan menatap Taehyung. Ia akan mendesaknya hingga mau bercerita.

"Aku masih merasa bersalah."

Taehyung berdecak.
"Untuk apa? Aku yang membunuh mereka berdua."

[✔️ ] PSYCHOPATH LOVE  ; TaegiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang