0.5 Bolos

10 1 3
                                    

"Pelajaran apa hari ini?" tanya Illona kepada Stevani.

Mereka sekarang dalam perjalanan menuju kelas.

"Matematika, guru nya Mr. Namjoon," jawab Stevani lesu.

"Bolos yuk!" seru Arletta mendapat tatapan dan anggukan dari teman-teman nya kecuali Hyena.

"Gue nggak bisa bolos, ini hari pertama kita. Kalau bolos nanti ketinggalan gimana?" ucap Hyena.

"Ck! Lo kok gitu sih, ayok bolos... Bosen banget deh pelajaran matematika, gue kagak bisa ngitung," bujuk Stevani.

"Kalau mau bolos kalian aja, nanti gue catetin apa yang diterangkan guru,"

"Beneran nih? Tapi Na, nggak seru kalau nggak ada lo," Arletta ikut bimbang.

"Hyena itu mustahil ninggalin pelajaran yang dia suka, jadi ya gimana?" Illona berkata sambil menaikkan kedua alis nya.

"Udah gak papa gue nggak ikut, nanti gue yang cari alasan..... Lagian bener kata Illona gue nggak bisa ninggal pelajaran yang gue suka,"

"Ck, yaudahlah.... Lo baik - baik di kelas, kalau selesai kami ada di taman belakang sekolah... Kesana aja," ucap Stevani.

"Siap. Kalian jangan masuk ke dalam hutan, kita nggak tahu makhluk apa yang ada di pulau ini, takut-takut ada hewan sihir yang belum memiliki tuan,"

Semua teman nya mengganguk, mereka pun berpisah jalan tetapi Evelyn malah mengikuti Hyena.

"Eve, lo kok ikut gue nggak ikut mereka?" tanya Hyena. Evelyn menggeleng.

"Bantu lo, cari alasan," ucapnya dengan wajah datar.

"Terserah lo deh, mayan ada temennya,"

Mereka pun sampai di kelas mereka. Entah kenapa saat mereka masuk, kelas yang tadi nya ricuh jadi hening seketika. Dan pandangan semua mata tertuju kearah mereka berdua.

Mereka pun tak memperdulikan itu dan terus berjalan ke meja mereka. Lalu duduk.

"Kenapa kalian menatap kami?" tanya Hyena yang mulai risih.

"Dimana ketiga puteri lainnya?" tanya seseorang di depan nya yang ia ketahui bernama Haruto.

Hyena cuman tersenyum misterius tanpa menjawab pertanyaan orang yang duduk di depannya itu. Sedangkan Evelyn seperti biasa memasang wajah tidak peduli.

Stevani, Illona, dan Arletta berjalan menyusuri lorong menuju sebuah taman belakang sekolah yang langsung mengarah ke hutan. Bagaimana mereka bisa tahu? Tentu saja dari peta yang mereka miliki.

"Seharus nya kita manjat, atau teleportasi. Kenapa kita jalan? Kalau ketahuan gimana?" ucap Illona.

"Karena disini ada pelindung shir nya jadi kita nggak mungkin teleportasi, terus juga kalau manjat... Lihat, tembok nya aja tinggi banget!" jawab Arletta.

"Tinggian juga tembok istana gue," jawab Illona

"Ya, kita nggak biasa manjat jadi ya terlalu berat buat kita berdua, nggak kayak lo.... Temannya monyet sejak kecil jadi gampang-gampang aja," jawab Stevani.

"Apa lo bilang? Kalau gue temennya monyet, berarti kalian lah monyet nya kan kalian temen gue,"

"Siapa juga yang nganggep lo temen,"

"APA LO BILANG?!" teriak Illona.

"APA?!" Stevani pun juga ikut berteriak. Mereka berhenti dan saling melayangkan tatapan kesal satu sama lain.

"Ssstttt! Nanti kalau ketahuan orang gimana?" tenang Arletta.

"Bodoh amat! Dia yang mulai duluan,"

"He apaan lo dulu ya,"

pelajaran untuk para putri (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang