18. Gerhana bulan merah

4 0 0
                                    

Hyena menatap kakak nya yang masih terpejam. Hari ini adalah hari ketiga setelah kematian Moonbin. Arletta masih belum keluar dari kamar nya selama itu, dan kelima pangeran juga masih belum sadarkan diri.

"Kak bangun, nggak kangen Hyena apa?" Ucap nya lirih. Ia begitu lelah dengan masalah yang datang bertubi-tubi. Ia sedih dengan kematian Moonbin dan keadaan Arletta yang kacau, ditambah kakak tersayang nya belum sadarkan diri.

"Permisi Puteri, saya sudah dapat informasi. Siapa yang melakukan penyerangan," ucap seorang kepercayaan Hyena yang merupakan prajurit penyeledik.

"Siapa dia?" Tanya Hyena.

"Dia adalah bangsawan kecil dari pulau sebrang bernama Niki, dan kemungkinan dia juga yang menyerang kerajaan Cherry blassom empat tahun yang lalu," Hyena melebarkan mata nya.

"Baiklah, silahkan lanjutkan penyelidikan kalian," titah Hyena.

Setelah prajurit tersebut pergi, ia segera keluar dari ruangan Sanha.

"Kak tolong gantiin jaga kak Sanha, gue ada urusan," ucap Hyena kepada Ryujin.

"Lo mau kemana?" Tanya Ryujin.

"Bentar doang," jawab Hyena.

"Hati-hati ya," Hyena mengangguk dan segera pergi.

Di perjalanan ia menghubungi teman-temannya untuk berkumpul di perbatasan kerajaan mereka.

"Siapa yang udah nyerang mereka?" Tanya Illona.

Sekarang kelima Puteri telah berkumpul di sebuah tempat rahasia yang mereka bangun tepat di perbatasan. Arletta pun turut hadir karena ini menyangkut tentang penyerangan kakak nya.

"Dia adalah bangsawan Niki dari pulau Enhypen, termasuk lima kriminal besar yang sedang di cari oleh aparat. Dan dia juga yang udah bakar kerajaan lo Eve," jelas Hyena. Evelyn terdiam, ia tahu siapa Niki. Dia adalah sosok yang dulu pernah bertengkar dengan ayahanda nya karena masalah perluasan pulau. Dan itu yang menyebabkan dia memberontak.

"Terus rencana kita apa? Kita nggak mungkin diem aja kan?" Stevani bersuara.

"Kita harus datang ke markas mereka dan membalaskan dendam kakak kita," jawab Hyena mengeluarkan peta.

"Ini adalah peta menuju tempat persembunyian nya,"

"Kalian jangan gegabah, dia nggak sendiri," Arletta yang daritadi terdiam ikut bicara.

"Nggak sendiri?" Beo Hyena.

"Gue juga ngirim orang buat nyelidikin hal ini, selama di kamar gue juga membobol akses ke komputer mereka, dan hasil nya dia nggak sendiri. Lima kriminal itu bersatu buat nyelakain kakak kita," jelas Arletta.

"Ternyata sangat berbahaya kita pergi ke sana tanpa persiapan,"

"Gue ada rencana," Evelyn pun mengutarakan rencana nya.

Mereka mendekat dan Evelyn mulai memberi penjelasan kepada yang lain.

"Minggu depan tepat gerhana bulan. Inget, kita bisa melaksanakan nya tepat dihari itu. Setelah kita mengeluarkan kekuatan yang besar kita lepaskan pasangan kita di bawah sinar bulan, agar kita tidak berat meninggalkan mereka, itu adalah jalan yang terbaik," ucap Evelyn. Para Puteri memasang wajah sedih. Tapi mereka juga setuju, karena jika ritual tersebut dilakukan di kerajaan maka mereka akan memilki keraguan.

"Oke, sesuai rencana Eve. Kita harus membalaskan dendam sebelum kita mati," ucap Stevani.

Mereka pun menyiapkan segala nya, kelima Puteri bersikap biasa saja setiap hari seolah-olah tidak ada yang mereka sembunyikan, sungguh akting yang sempurna. Kelima pangeran juga sudah siuman dari koma, sehingga para Puteri bisa tenang. Tibalah hari ini, tepat saat tanggal gerhana bulan merah. Mereka sudah berkumpul kembali di perbatasan.

pelajaran untuk para putri (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang