0.3 Hari Pertama Masalah Pertama

20 2 4
                                    

Kelima puteri sedang berjalan menuju ruang lukisan mengikuti petunjuk peta yang tadi diberikan oleh senior mereka.

"Ini sekolah atau taman nasional? Besar amat, daritadi muter mulu...." gerutu Illona.

"Iya juga, capek gue daritadi kok berjalan ke depan nggak sampai - sampai...." sahut Hyena.

"Masih lama Van?" tanya Arletta kepada Stevani yang memegang peta nya.

"Bentar, nanti didepan sana di sebelah kiri ada tikungan nah ruangan nya menghadap tuh tikungan sebelah kanan kita, ruangan nya disitu," jawab Stevani.

"Yaudah cepet yok pengen duduk gue," Hyena mempercepat langkah nya.

"Bentar," ucap Evelyn tiba - tiba membuat semua berhenti. Tepat di tikungan yang di maksud Stevani.

"Ada apa?" tanya Stevani.

"Gue mau ke toilet," jawab Evelyn lalu berbelok ke arah kiri.

"Kirain gue apaan, udah yok kita masuk duluan," ajak Illona.

"Si Eve gpp? Dia tahu kamar mandi nya?" tanya Arletta.

"Tenang aja, jalan tadi tuh tinggal lurus... Terus diujung ada kamar mandi," jawab Stevani.

"Oh gitu, yaudah ayok,"

Mereka pun membuka sebuah pintu yang sangat besar. Saat melihat suasana yang ada di dalam mereka tercengang, bahkan tak ada seorang pun yang melangkah masuk.

"Ini ruang kelas atau museum?" ucap Hyena.

"Dua-dua nya," jawab asal Stevani.

Yang mereka lihat sekarang ialah sebuah ruangan yang sangat luas, berisi berbagai macam lukisan yang digantung di dinding. Lalu alat melukis yang tertata rapi di bagian tengah, sebuah soffa panjang beserta meja kecil, lalu ada satu ruangan yang tertutup dan yang paling membuat mereka tercengang ialah seseorang yang sedang berbaring diatas soffa sambil menutup wajah nya dengan majalah.

"Merusak pemandangan," ucap Illona saat pandangan nya melihat orang tersebut.

Mereka berempat masuk kedalam menghampiri seseorang tersebut.

"Siapa?" tanya Arletta.

"Nggak tahu," jawab Stevani sambil mengendikkan bahu.

"Permisi sir," Hyena mengguncang pelan tubuh orang tersebut.

Seseorang tersebut mulai terusik, ia bangun tanpa membuka mata nya. Menguap, lalu mengucek kedua mata nya dan membuka nya perlahan.

"Oh, siapa? Hoaaaaammmmn....." tanya nya.

Para puteri saling memandang satu sama lain sambil membuat ekspresi 'aneh' di wajah mereka.

"Kami para puteri bungsu sir," jawab Stevani.

"Oh para puteri, panggil saya Mr. Seokjin. Tapi bukankah kalian berlima? Mana puteri yang satu nya?" tanya nya.

"Dia sedang ke kamar mandi Mr. Seokjin, nanti dia akan segera kesini," jawab Hyena.

"Oh ya, kalian ganti dulu pakaian diruangkan itu ada pakaian untuk kalian," Seokjin menunjuk ruangan yang tertutup tadi.

"Baik,"

Keempat puteri tersebut mengangguk dan menuju ruangan tersebut, lalu segera berganti pakaian. Setelah beberapa saat mereka keluar dengan wajah yang suram.

"Apa-apaan kita pakai baju ini?" tanya Setavani berusaha menarik gaunnya agar mencapai lutut.

"Mau melukis atau mau fashion show sih?!" geram Arletta yang juga tak nyaman.

pelajaran untuk para putri (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang