16. Keputusan

8 0 0
                                    

Keenam pangeran menatap sendu adik-adik mereka yang tak kunjung membuka mata. Kejadian ini akan membuat mereka trauma, karena baru pertama kali mereka melihat adik-adik mereka terbaring lemah bersama di atas brankar rumah sakit.

"Kenapa mereka masih belum membuka mata? Ini sudah seminggu lebih," ucap Moonbin.

"Kekuatan yang mereka keluarkan terlalu besar, fisik mereka tidak dapat menerima nya," jawab Mr. Jeongkook.

"Kita harus lakukan sesuatu. Mereka akan berubah jika mereka tersadar, kekuatan mereka sudah bangkit," ucap Minhyuk.

"Bagaimana kalau kita melakukan sugesti?" saran Myung-Jun.

"Maksud nya kita hilangkan sebagian ingatan mereka lewat mimpi?" Jinwoo memastikan.

"Iya, Woo lo bisa kan ngelakuin itu?" tanya Myung-Jun.

"Iya bang bisa, tapi... Nggak terlalu beresiko? Maksud gue emmm... Kalau sugesti itu hilang, para puteri bakal sangat kecewa," jawab Chaeunwoo.

"Lalu sebaik nya kita bawa pulang para puteri, besok kan liburan akhir semester. Kita bisa mengawasi jika mereka di istana," jawab Sanha.

"Tapi di istana lo sedang mempersiapkan pernikahan kakak lo. Kalau Hyena kehilangan kendali bakal nyebabin masalah," sahut Jinwoo.

"Ryujin nggak jadi menikah, waktu itu Hyena telpon ayahanda. Dia memaksa ayahanda buat batalin pernikahan, dan mungkin sedikit ancaman. Gue juga kagak tahu," jawab Sanha.

"Puteri bungsu emang agak lain, yaudah besok kita bawa para puteri kembali," putus Minhyuk.

Keesokan hari nya para puteri terbangun, mereka merasa seluruh tubuh mereka sangatlah ringan. Dengan susah payah, mereka bersender di kepala brangkar.

"Kita ada di rumah sakit sekolah?" ucap Hyena menatap puteri yang lain.

"Kejadian kemarin, kekuatan apa yang kita keluarkan? Dan kenapa sekarang tubuh gue menjadi lebih ringan atau cuman perasaan gue aja?" Stevani juga berkata sambil memandang yang lainnya.

"Iya gue juga sama, apa itu sebenar nya. Siapa kita?" Arletta memegangi seluruh tubuh nya.

"EVE! Kalung lo ngeluarin cahaya!" teriak Illona. Semua langsung beralih menatap Evelyn, ia memakai kalung dengan liontin berbentuk berlian berwarna putih. Evelyn juga melihat kalung nya yang bercahaya, cahaya itu semula kecil lalu lama kelamaan menjadi besar menelan seisi ruangan.

"AAAAAA!" teriak para puteri saat seolah-olah cahaya tersebut menarik mereka masuk. Mata mereka terpejam karena terkena cahaya, setelah cahaya itu lenyap mereka membuka mata perlahan dan menyesuaikan pengelihatan. Mereka tertegun, sekarang mereka berada di sebuah sungai dengan air terjun yang sangat indah, bukan berada di kamar rumah sakit.

"Ini bukan mimpikan?" tanya Hyena memastikan.

"Bukan, ini beneran bukan mimpi. Lihat kita menginjak tanah," jawab Stevani.

Lalu pandangan mereka beralih kearah Selatan mendapati dua orang memakai baju putih dan hitam berjalan menuju arah sungai.

"Bukankah itu seseorang yang ada di dalam mimpi kita waktu itu?" ucap Illona.

Kedua orang tersebut menoleh, lalu tersenyum.

"Apakah kalian sudah memutuskan?" tanya seseorang yang berbaju putih.

"Kami tak mengerti maksud kalian," ucap Hyena.

"Kalian pasti mengetahui tentang ramalan itu. Kami adalah penjelmaan dari naga tersebut, dan kristal yang ada di tubuh kami berada pada kalian. Lalu yang lainnya berada di dalam tubuh saudara mu Eve dan keempat teman nya," jelas orang berbaju putih.

pelajaran untuk para putri (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang