DUA PULUH SATU

1.6K 259 17
                                    

🦁🦁🦁

Bulan ke bulan gak kerasa terlewati gitu aja. Walaupun masa pengawasan Jisoo udah selesai beberapa bulan lalu, tapi mereka berempat masih ngelanjutin jadi anak baik. Mungkin karena udah betah juga pake seragam lengkap, jadinya ya mulai mereka nikmati. Mereka pun udah gak pernah bolos atau mangkir lagi karena sadar harus mulai fokus buat ujian dan persiapan masuk kampus nantinya.

Sekarang mereka lagi ada di teras depan kelas sambil nunggu orang tua yang lagi rapat pembagian rapor semester satu di dalem kelas.

"Dih curang lo, Wen. Gue kan udah booking tempat ini."

"Lah kan gue duluan yang sampe sini, lo beli tempat di yang lain aja lah."

"Gak mau ih Wen, gue udah duluan pengen itu."

"Gak ada gak ada, pokoknya Australia sama Afrika udah gue beli. 3 hotel. Mampus lu semua bayar dendanya nanti."

Lisa sama Wendy dari tadi ngeributin tempat yang paling mahal di papan monopoli, sedangkan Jisoo sama Seulgi cuma natap datar aja karena mereka dari tadi gak keluar-keluar dari penjara. Kartu bebas penjara juga dipegang sama Wendy. Dah lah pasti Wendy yang menang.

Irene dari tadi cuma senderan di pundak Jisoo sambil ngeliatin mereka berempat main monopoli. Dia jadi lebih clingy sama kembarannya itu. Gak jauh dari Irene, ada Yeri sama Joy yang lagi liat-liat aplikasi belanja sambil sesekali teriak kalau ada barang lucu. Yap, Joy sekarang sering gabung sama mereka karena Jennie lebih sering sama Kai semenjak anak kelas 12 udah pada lengser dari osis dan ekskul.

"Ji, papa lo udah keluar tuh." kata Seulgi sambil nepuk perut Jisoo pelan.

Jisoo sama Irene spontan berdiri dan ngehampirin papanya.

Papa mereka senyum, "Berapapun nilai kalian, papa gak masalahin. Jadi jangan khawatir."

Si kembar spontan terkekeh.

"Kamu bisa ikut jalur rapor, Rene. Papa juga udah diskusi sama wali kelas kamu soal nilai kamu dari semester 1 sampe semester 5. Dan ya peluangnya besar. Jadi, manfaatin kesempatan ini oke?"

Irene mengangguk mantap.

Papanya beralih ke Jisoo, "Kamu harus belajar lebih keras lagi buat jalur tes, oke jagoan?"

Jisoo ketawa, "Hih emang siapa juga yang mau ikut jalur rapor, aku sadar diri kali."

Mereka bertiga ketawa.

Papa si kembar pun pamit buat pulang duluan. Mama mereka sebenernya datang, tapi tentu aja buat ngambil rapor si ketos. Sebenernya mamanya bisa aja sekalian ambil rapornya Irene, tapi karena beberapa bulan ini Irene kepengen tinggal sama kembaran dan papanya, jadinya ya papanya yang sekalian ambil.

"Li, bunda lo." Wendy nyuruh Lisa buat berdiri.

Lisa langsung berdiri dan ngehampirin bundanya depan pintu. Bundanya senyum dan langsung nengok ke arah Seulgi, "Gi, sini sayang."

Seulgi pun bangun dan ikut ngehampirin bunda. Ya, bunda yang ambilin rapornya dari kelas 10 semenjak mereka berempat kenal deket. Kadang juga rapor Jisoo diambilin bunda kalau papanya lagi ada kerjaan, atau kadang juga rapor Wendy diambilin sama bunda kalau tantenya lagi banyak pesenan di toko. Intinya ya bunda selalu ada buat mereka berempat.

"Ini rapor kamu, Gi." katanya sambil ngasih rapor itu ke tangan Seulgi.

"Bunda heran deh, dari dulu kok nilai kalian gak jauh beda, pasti beda 1 atau 2 angka doang. Pasti sama juga kan sama nilainya Jisoo sama Wendy?"

Lisa sama Seulgi cengengesan, "Ehehehe kebetulan kayanya, Bun."

"Alesan aja kalian."

Bunda helain nafasnya, "Yaudah bunda pulang duluan kalau gitu ya. Kamu jangan pulang kesorean, ada yang mau daddy sama bunda omongin. Oke?"

Troublemakers Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang