46. Blushed

908 79 0
                                    

Hari ini tepat dua bulan setelah Allen dan Kyra memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka. Sedikit demi sedikit semua orang sudah mulai lupa dengan pernikahan yang telah dibatalkan itu, seolah-olah memang hubungan mereka tidak pernah terjadi.

Tepat dihari ini juga adalah puncak project diesna GSF, setelah sebelumnya berbagai acara untuk mengisi ulang tahun GSF telah terselenggara sejak tiga minggu lalu. Sekarang gue sedang berjalan terburu-buru menuju ruangan devisi gue untuk mengambil barang yang tertinggal di sana, sebelum menuju ke salah satu hotel besar di kawasan Kuningan. Saat ini jam dipergelangan tangan gue menunjukkan pukul 6.30 pagi, dan gue harus tiba di lokasi kurang dari jam tujuh karena TIM project akan melakukan meeting terakhir sekaligus pengecekan ulang kesiapan acara.

Untuk acara hari ini, pagi nanti lebih tepatnya jam sepuluh, akan diadakan lelang perhiasan dari perusahaan sponsorship GSF yang nantinya 100% keuntungan tersebut akan didonasikan untuk para pengungsi di kawasan timur tengah. Acara pagi ini sendiri akan dihadiri oleh kalangan pengusaha, sosialita, politikus berpengaruh dan petinggi GSF sekaligus petinggi Wajendra group. Sedangkan untuk acara malam harinya, yaitu gala dinner, akan diselenggarakan khusus untuk para pegawai GSF yang nantinya akan diisi dengan berbagai hiburan dari penyanyi papan atas Indonesia, komika, sampai pesulap, yang tentu saja bertempat di hotel yang berbeda.

"Fara." Sebuah suara yang memanggil nama gue, seketika menghentikan gerakan tangan gue yang hendak membuka pintu kaca ruangan devisi management perencanaan.

Dan seseorang yang sangat gue kenal kini telah berdiri tepat di depan gue begitu gue memutar tubuh. "Loh bapak kok ada di sini?"

"Saya baru landing dari Makassar, mampir kantor sebentar buat ngambil berkas sebelum balik apartement. Kamu sendiri ngapain sepagi ini ada di kantor."

"Mau ngambil berkas juga pak, tadinya mau langsung ke four season, tapi ada berkas yang ketinggalan di kantor ternyata." Jawabku pada seseorang yang kalian jelas tau siapa dia, Allen. "Eh iya saya buru-buru pak, saya masuk dulu ya, bapak hati-hati di jalan." Begitu teringat dokumen yang gue butuhkan, gue dengan cepat membuka pintu ruangan ini dan masuk ke dalamnya tanpa menunggu jawaban Allen.

"Udah nih, dokumennya udah di gue. bentar lagi gue keluar gedung GSF." Sambil berjalan keluar ruangan, gue menjawab telepon dari Haikal yang sudah sampai di lokasi lebih dulu.

"Eh Kal, udah dulu ya, doain gue sampai hotel tepat waktu." Gue memutus panggilan dari Haikal segera setelah gue melihat Allen yang masih berdiri di depan pintu ruangan devisi gue.

"Kok bapak masih ada di sini?"

"Nungguin kamu."

"Bapak kan capek baru landing dari Makassar, nanti ke four season juga kan, ngapain nugguin saya." Baik, ucapan gue saat ini mengkin lebih terdengar seperti omelan.

"Capek saya ilang waktu lihat kamu." Jawabnya yang langsung membuat gue susah payah mengatur ekspresi wajah agar tetap terlihat normal. Kenapa sih ini laki jago banget bikin gue salah tingkah.

"Sejak kapan sih bapak jadi doyan ngegombal gitu." Membalas ucapan Allen, gue berjalan lebih dulu menuju lift diikuti Allen yang kemudian mensejajarkan langkahnya. Bersyukurlah gue karena sekarang gedung GSF masih kosong, belum ada sama sekali pegawai yang datang karena jam masuk kantor memang masih satu setengah jam lagi.

"Aku antar ke hotelnya ya, kamu nggak bawa mobil kan." Tanyanya, ketika lift telah terbuka.

"Kok tau aku nggak bawa mobil?" Gue menoleh dan menyipit melihat pria di samping gue ini, melihat wajahnya yang santai dan lempeng seperti biasa, wajahnya yang mungkin diam-diam gue rindukan. Aduh Fara apa-apaan sih.

Caffeine (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang