Suara peluit dari pelatih militer berdengung keras ditiap pasang telinga mereka, ini waktunya istirahat, jadi mereka semua bergegas bangkit dari duduknya. Yang semula berada ditengah lapangan panas, kini berbondong lari ke tepian.
Sama halnya dengan Clata yang langsung berlari menuju ke tempat dimana Katha tengah menunggunya, membawa sebotol air minum dengan senyuman. Mungkin karena terlalu bahagian melihat calon tunangannya ada disini, Clata tidak konsentrasi hingga akhir--Bruk--dia jatuh ke tanah dengan kedua telapak tangan terlebih dahulu.
Clata merintih, setelah jatuh bukannya langsung bangun perempuan itu malah melihat Katha yang sudah berbegas datang kemari. Laki-laki itu lari, berhenti tepat di depan Clata, mengulurkan tangan membantu gadisnya untuk berdiri.
"Kamu nggak apa?" tangan Katha tergerak untuk membersihkan celana milik Clata.
"Enggak apa, cuman ini berdarah dikit." Clata menunjukkan kedua telapak tangannya yang penuh debu dan ada beberapa bercak darah.
"Cuman berdarah dikit, pasti nggak sakit buat kamu. Kan tiap hari mainnya latian fisik."
"Iya, tapi ini tetep perlu di bersihin biar nggak infeksi."
"Ya udah ayo aku bersihin."
Katha mengajak Clata untuk ketepi, disana Clata di dudukkan, lalu tangannya di bersihkan dengan air yang ada di botol tadi secara perlahan. Dan untungnya ada regu kesehatan yang cepat tanggap membawakan kotak obat, Katha membungkus tangan gadis itu dengan kapas yang dibuntal kasa. Agaknya Katha pandai mengobati luka, Clata pikir Katha hanya akan paham soal pelajaran saja.
"Mendingan?"
"Iya. Tapi masih agak cenut-cenut."
Katha menyeletuk. "Jangan karena ada aku kamu jadi lemah kayak gini. Kenapa sih? Minta diperhatiin? Padahal tiap hari udah aku perhatiin."
"Mana ada?!" cerca Clata, dia mengibaskan pelan kedua tangannya, "Emang beneran cenut-cenut. Aku tau biasanya sering sakit-sakitan di bawah sinar matahari, tapi kalau soal ini, ini beda. Aku nggak pernah dilatih buat jatuh sampai berdarah terus disuruh ngulangin lagi sampai terbiasa."
"Oke, aku percaya kamu kesakitan beneran. Siniin tangannya, mau diobatin gimana lagi?"
"Nggak usah."
Clata mengacuhkan tangan Katha yang meminta, Katha tersenyum lalu menyahut kembali tangannya setelah ditolak. Clata alihkan pandangannya ke depan melihat lapangan kosong yang terasa sangat panas karena hampir di semua sisi terpapar sinar matahari.
Jarang-jarang panas bisa semenyengat ini, biasanya akan terjadi di pertengahan tahun.
Dan musim panas terkenal dengan musim reproduksi. Setelah ini akan ada musim semi lalu musim dingin, dimana para keluarga kecil berkumpul menjadi satu sebelum dipisahkan.
Ngomong-ngomong soal keluarga, setelah kejadian kemarin, Sakra jadi mengurung diri di kamar tanpa makan dan minum. Clata akui jika itu sangatlah kekanak-kanakan. Sepertinya Clata tahu siapa yang akan mengambil alih pemerintahan Teone selanjutnya, siapa lagi jika bukan dia. Melihat Sakra yang sama sekali tidak semangat dalam menjalanman tugas membuat Clata yakin jika dirinya lah yang akan menjadi keturunan Ewillnes perempuan pertama yang memimpin pemerintahan.
"Soal tiga orang itu, kamu pikir, hukuman apa yang pantas untuk mereka?" Clata bertanya, masih dengan arah pandang kedepan.
"Entah, aku juga nggak tau. Tapi kayaknya bakal sesuai sama Undang-Undang biar adil."
KAMU SEDANG MEMBACA
BORDER: another universe
FanfictionSaat manusia dibagi menjadi dua kelompok. Laki-laki dan perempuan dipisahkan, mereka harus mengikuti aturan dunia jika tidak ingin ada hal buruk terjadi. Reproduksi yang diatur oleh pemerintah, kebijakan gila yang harus dipatuhi. Tidak ada yang bera...