Setelah terlelap dalam tidur panjangnya, Ara terbangun. Matanya terbuka perlahan, mencoba menerima rangsangan dari sinar yang menusuk masuk ke retinanya. Udara segar yang bisa ia rasakan setelah berjam-jam terasa hambar dan pedih, angin dan keadaan disekitarnya yang bisa ia raba.Ara terbangun duduk dengan satu tangan bertumpu pada dasaran, dan tangan yang satunya lagi terangkat menghalau sinar yang terpancar dari atas.
Ara belum sepenuhnya sadar, namun dia bisa mendengar suara gemercik air tak jauh dari dirinya. Gemercik air yang terdengar dingin nan segar, yang mana lama kelamaan gemercik air itu terdengar semakin keras seiring Ara yang mulai sadar jika dirinya tengah duduk diatas benda yang mengapung. Saat itu juga Ara langsung mendudukkan diri dengan sempurna, tegap menghadap ke depan yang ternyata--
"Tempat apa ini?"
Disebuah sungai besar dengan air tenang, duduk diatas kapal kayu berisikan dua dayung, Ara agak panik karena terakhir kali sebelum dia menutup mata, tembok putihlah yang ada di pandangan. Dan sekarang--bagaimana bisa dia sampai disini? Ditengah sungai sendirian? Dia merangkak maju ke depan dengan perlahan untuk menjaga keseimbangan, menunduk melihat pantulan dirinya di air sungai seperti Narkissos. Jemari telanjangnya mengecup air itu, terasa dingin dan sangat nyata.
Saat sibuk dengan air, tiba-tiba diatas ada seekor burung besar terbang membawa buntalan kain. Entah apa isi buntalan itu, tapi ukuran keduanya--burung dan buntalan sangatlah tidak normal, terlihat sangat besar, bahkan kaki burung itu lebih besar dari tubuh Ara. Hal itu membuat Ara terkaget, dia bersembunyi di dalam perahu kayunya, menunduk dalam diam dan menatap burung besar itu sampai wujudnya hilang.
Sekali lagi Ara membatin, tempat apakah ini? Sangat aneh. Seperti di dalam mimpi, namun jika ini mimpi, ini terlalu nyata.
Di sekitarnya hanya ada pohon liar dan batu yang Ara yakini adalah hutan, disini ada sungai, diatas sana ada makhluk raksasa aneh. Ara tidak pernah menyangka jika tempat seperti dongen bisa ada di dunia nyata.
Ara masih diam di dalam perahu kayunya, baru bangun saat dia mendengar gemercik air lagi. Dia tengok kanan kiri, depan belakang, tidak ada air terjun ataupun sisi perahu yang berlubang. Sungai ini terlihat sangat tenang, tapi hal itu malah membuat Ara kepikiran, karena didalam air yang tenang pasti akan ada sesuatu yang membahayakan.
Dan benar saja tatkala Ara berdiam diri, tiba-tiba perahunya bergoyang pelan. Kedua tangan Ara reflek memegang sisi kanan kiri kapal agar tidak jatuh. Kejadian itu berjalan cukup lama sampai Ara mendengar sesuatu seperti gelembung pecah pada permukaan air. Ara dekatkan dirinya ke tepi perahu, melihat sesuatu yang membuatnya penasaran.
Puk
Puk
Puk
Entah dari mana datangnya gelembung-gelembung ini, gelembunh aneh yang setelah pecah pasti mengeluarkan bunga teratai jambu. Ara terhibur sekaligus merasa agak tenang. Ternyata masih ada sesuatu yang indah tumbuh di tempat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORDER: another universe
FanfictionSaat manusia dibagi menjadi dua kelompok. Laki-laki dan perempuan dipisahkan, mereka harus mengikuti aturan dunia jika tidak ingin ada hal buruk terjadi. Reproduksi yang diatur oleh pemerintah, kebijakan gila yang harus dipatuhi. Tidak ada yang bera...