Saat ruangan itu hening, Ara dan Derryl sama-sama diam dalam kebingungan, tiba-tiba terdengar suara knop pintu yang di putar. Keduanya menengok ke arah pintu, melihat siapa yang akan masuk ke dalam sini. Dan ternyata--
"Sakra?"
Sakra mendongak setelah mengambil kembali kunci dari lubang, dia berjalan mendekati Ara. Dan perempuan itu berdiri tatkala Sakra mengulurkan tangannya membantu dia bangun dari duduknya, Derryl menyusul berdiri sendiri--karena dia berada dalam ruangan yang berbeda.
Tanpa sepatah katapun Sakra menarik tangan Ara menuju ke pintu keluar, namun ditahan Ara untuk berhenti.
"Derryl?" tanya Ara membuat Sakra menengok, dia menengok ke Derryl yang berada di balik kaca menatap lekat padanya.
"Kenapa kamu nggak ngebebasin Derryl? Ayo cepet buka kuncinya."
Sakra tidak menjawab. Dia malah menarik tangan Ara lagi. Tapi Ara menahannya kembali. Aneh, kenapa Sakra hanya membebaskan Ara dan ingin meninggalkan Derryl disini sendiri?
Ara menyahut tangannya dari genggaman Sakra. "Aku nggak akan pergi kalau kamu nggak bebasin Derryl."
Menanggapi ucapan Ara itu, Sakra menghela napas panjang, dia terdiam sejenak sebelum menurutinya. Membukakan pintu untuk Derryl, Ara mengucapkan banyak terimakasih kepadanya.
Mau bagaimanapun mereka masuk kesini bersama-sama, keluarnya pun juga harus bersama-sama. Setelah Ara menangis tadi hanya Derryl yang menghibur dia dan menenangkan dia agar tidak pesimis untuk bisa keluar dari ruangan ini--ya karena memang hanya ada Derryl. Terlepas dari hal itu pula, memang sudah kewajiban Sakra untuk menolong mereka.
"Kita harus keluar buat balas mereka. Aku tau ini susah, tapi--"
Baru beberapa langkah berjalan Sakra berhenti lagi, dia berada di depan keduanya, jadi ia menengok saat Ara bilang begitu.
Wajahnya terlihat marah. "Ngapain? Mau ngapain? Udah bagus bisa bebas dari sini, nggak usah aneh-aneh ke mereka atau kamu bakal dibalikin lagi kesini."
Kedua orang itu menciut.
"Kalian cuman dua orang, dan mereka punya banyak penjaga, kalian nggak bisa seenaknya balas dendam kayak gini, kalian bakal kalah lawan mereka. Konyol. Sebelum balas dendam lebih baik sekarang liat dirimu sendiri, sehat nggak?" Sakra tahu mereka berdua ini baru saja di jadikan bahan penelitian, walau tidak secara harfiah, namun tetap saja, peneliti itu mengambil bagian dari tubuh mereka untuk kepentingan uji coba.
"Hm?! Aku tanya sehat nggak?"
Ara menatap lekat pada manik tajam Sakra, keduanya bertatapan beberapa saat sampai Ara membuang muka ke arah kiri. Memutus sambungan batin diantara keduanya.
"Udah, jangan berantem disini. Kita keluar dulu." Derryl menenangahi, tapi perkataannya tidak di gubris oleh Sakra, laki-laki itu langsung pergi keluar disusul Ara. Kenapa mereka malah megacuhkan dia?
Tak mau berlama-lama lagi disini, mereka bertiga keluar melewati lorong panjang serba putih. Padahal lampu disana berukuran sangat kecil, tapi beraris lurua dari depan pintu ruangan sampai ke pintu utama untuk masuk lorong ini. Saat keluar Ara menyadari bahwa dirinya diletakkan benar-benar jauh dari jangkauan manusia, bahkan saat akan keluar lorong pun harus melewati pintu ber-pin yang entah bagaimana Sakra bisa tahu digit angkanya--mungkin karena dia anggota pemerintah jadi paham seluk beluk tempat ini--dan lagi Sakra menemukan mereka dengan cepat tanpa kesusahan. Sakra bertindak selayaknya komandan yang memimpin para prajurit melangkah maju keluar dari gua musuh, dia berjalan di depan, sedangkan Ara dan Derryl berdampingan sambil menengok kanan kiri memastikan jika tidak ada orang yang mengenalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORDER: another universe
FanfictionSaat manusia dibagi menjadi dua kelompok. Laki-laki dan perempuan dipisahkan, mereka harus mengikuti aturan dunia jika tidak ingin ada hal buruk terjadi. Reproduksi yang diatur oleh pemerintah, kebijakan gila yang harus dipatuhi. Tidak ada yang bera...