Part 15 - Bali

10.4K 682 49
                                    

Happy Reading.









Revan dan Rania sedang berada disalah satu restoran steak, karena telah melewatkan sarapan, Revan memilih mengajak Rania makan di restoran, dan Rania mengatakan ingin memakan steak.

Revan tersenyum melihat Rania makan dengan lahap, memang porsi makan Rania selalu bertambah setiap harinya, tapi entah ke mana semua makanan itu, karena tidak ada yang berubah.

Ralat! Bagian tertentu saja yang berubah. "Shit." Revan mengumpat dalam hatinya karena mengingat bentuk tubuh Rania.

"Kamu kenapa?" tanya Rania saat melihat Revan menggelengkan kepala.

"A-ah, gak apa-apa," jawab Revan sedikit gugup.

Rania menggelengkan kepalanya, lalu kembali memakan steak-nya. Revan tersenyum melihatnya.

"Aku akan pulang ke Bali," ucap Revan menatap Rania.

Rania menghentikan makannya, langsung menatap Revan.

"Jadi kamu mau balas dendam?" tanya Rania.

Revan mengerutkan keningnya, terlihat bingung. Berpikir sesaat, Revan tertawa saat mengerti maksud Rania.

"Aku gak kabur kayak kamu. Ini buktinya aku bilang," jawab Revan terkekeh geli.

"Tetap aja, habis begitu, mau langsung pergi, kemarin-kemarin disuruh pulang gak mau," ucap Rania sambil kembali makan.

"Begitu apa?" tanya Revan menggoda Rania, entah kenapa dirinya senang sekali menggoda Rania.

"Revan, aku gak bercanda," cetus Rania.

"Okay-okay, aku akan pulang ke Bali, dan kamu ikut," ucap Revan.

"Hah? Kenapa aku harus ikut? Aku gak bisa ikut, besok sidang perceraian Prita Dirgantara," balas Rania menggelengkan kepalanya, karena bisa-bisanya Revan mengajaknya ke Bali.

"Kalau gitu kita berangkat selesai persidangan," ucap Revan santai.

"Gak bisa," balas Rania.

"Aku gak bisa ninggalin kamu di sini sendirian," ucap Revan serius.

"Aku bukan anak kecil, dan sebelum sama kamu, aku udah terbiasa sendiri," balas Rania menatap Revan tidak kalah serius.

"Sekarang kamu udah sama aku, dan aku gak akan pernah izinin kamu sendirian," ucap Revan.

"Ok fine. Berapa hari kamu di Bali?" tanya Rania, berbicara dengan Revan tidak akan selesai jika dirinya tidak mengalah.

Revan tersenyum mendengar pertanyaan Rania. 1 bulan tinggal bersama, membuat keduanya sudah cukup saling memahami, seperti siapa yang harus mengalah dalam beberapa hal.

"Aku usahain hanya dua hari," jawab Revan.

"Ok, aku ikut. Kita berangkat besok setelah selesai persidangan," ucap Rania.

"Apa kamu mau bertemu keluargaku?" tanya Revan dengan hati-hati.

Deg.

Jantung Rania berdegup dengan cepat mendengar pertanyaan Revan, kekhawatiran kembali menyerangnya, berbagai kemungkinan langsung terpikirkan olehnya.

"Hey, kamu kenapa?" tanya Revan melihat Rania hanya diam.

"Apa kamu yakin keluarga kamu akan menerima aku?" Rania bertanya dengan gugup.

Revan mengangkat satu alisnya bingung, wajah sangat terlihat sangat bingung.

"Apa mereka punya alasan menolak kamu?" Revan bertanya balik, karena tidak mengerti maksud Rania.

Marriage Happiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang