Happy Reading.
Paris, Prancis.
Sudah 1 minggu Rania berada di Paris, ditemani oleh Leon. Sebenarnya Rania sudah meminta Leon untuk pulang ke Jepang, tapi Leon menolak meninggalkan Rania sendiri.
Kondisi kesehatan Rania selama 1 minggu terus menurun, dirinya sudah diperiksa oleh beberapa dokter, semua jawabannya sama, Rania terlalu banyak pikiran dan kurang tidur.
Sebenarnya Rania tidak mau banyak berpikir, tapi dirinya terus memikirkan Revan. Selama 1 bulan bersama Revan, membuat Rania terbiasa selalu ada Revan di sisinya.
Tidur di peluk Revan, makan bersama Revan, pergi ke mana-mana bersama Revan. Semua tentang Revan rasanya tidak bisa menghilang dengan mudah dari pikirannya.
Tok... Tok... Tok.
Suara ketukan pintu terdengar, membuat Rania tersadar dari lamunannya.
"Masuk," ucap Rania.
Cklek.
Leon masuk membawa nampan di tangannya. Rania menghela napas, perlakuan baik Leon semakin membuat dirinya ingat dengan Revan.
"Pulanglah ke Jepang, Leon. Di sini udah ada Vira yang temani aku," ucap Rania menatap Leon yang sedang meletakkan nampan di meja.
Vira adalah ART yang tinggal bersama mereka, karena Rania tidak ingin hanya tinggal berdua dengan Leon.
"Kenapa kamu selalu mengusir aku?" tanya Leon sambil duduk di sofa.
Turun dari atas ranjang, Rania menghampiri Leon, lalu duduk di hadapan Leon.
"Aku gak mengusir, kamu itu harus kerja. Apa jadinya perusahaan tanpa CEO? Ini sudah satu minggu Leon, mau sampai kapan kamu di sini?" tanya Rania sambil mengambil mangkuk berisi bubur.
Selama di Paris, Rania sangat malas keluar kamar, dirinya akan makan di kamar. Leon dan Vira akan bergantian membawakan makan. Seperti sekarang, Leon membawakan sarapan.
"Sampai kamu benar-benar sehat. Bagaimana aku bisa meninggalkan kamu disaat kamu sangat kacau seperti ini? Lihat keadaan kamu sekarang, benar-benar menyedihkan, wajah pucat, kantung mata yang sangat jelas terlihat, dan tubuh semakin kurus, kamu gak seperti perempuan hamil. Stop, menyiksa diri kamu sendiri Rania." Leon berucap dengan wajah sangat serius.
Hanya diam, Rania terus memakan buburnya, seolah tidak mendengar ucapan Leon. Hanya bisa menghela napas, berusaha sabar, Leon membiarkan Rania menyelesaikan makannya.
"Kamu gak bisa egois, Rania, anak yang kamu kandung pasti ingin dekat dengan Revan," ucap Leon setelah melihat Rania sudah selesai menghabiskan buburnya.
"Udahlah Leon, aku pusing mendengar kamu terus membahas ini," balas Rania meletakkan mangkuk yang sudah kosong di meja, lalu meminum air yang juga Leon bawakan.
"Ingat, kalau sampai besok masih seperti ini, kamu harus dirawat di rumah sakit," ucap Leon bangun dari duduknya.
"Aku gak mau dirawat di rumah sakit," tolak Rania mendongak menatap Leon.
"Tinggal lah bersama Revan kalau kamu gak mau dirawat di rumah rakit. Aku bukan dokter, aku gak bisa mengurus orang sakit, begitu pun Vira," ucap Leon.
"Berhenti menyebut namanya," lirih Rania.
"Bersikap seperti ini gak ada gunanya, percuma kepintaran yang kamu miliki, jika hal seperti ini kamu gak bisa mengatasinya," ucap Leon sebelum keluar dari kamar Rania.
Rania terdiam memikirkan ucapan Leon, selama 1 minggu dirinya terus berpikir, apa keputusan sudah benar? Kali ini, hati dan pikirannya mengatakan hal yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Happiness [END]
Romance🔞 WARNING 🔞 #Marriage Series 2 Berawal dari pertemuan tidak sengaja, yang menyebabkan kejadian tidak terduga, membuat keduanya saling terikat. Menikah adalah cara untuk bertanggung jawab atas apa yang terjadi. Berharap pernikahan itu bisa berjala...