Part 7 - Ajakan Bertemu

11.3K 714 28
                                    

Happy Reading.









Melepas kacamatanya, Rania menatap kartu nama yang masih berada di meja kerjanya, tidak berniat untuk mengambil kartu nama itu. Rania tidak tahu harus bagaimana sekarang, dirinya yakin pria itu tidak akan menyerah begitu saja.

"Ran, kenapa lu lama banget si—"

Terdengar suara Ocha saat membuka pintu tanpa mengetuknya. Melihat Rania hanya diam, Ocha langsung menghampiri Rania.

"Lu kenapa, Ran?" tanya Ocha panik.

"Dia datang, Cha, dan udah tau semuanya," lirih Rania, langsung memeluk Ocha.

"Dia siapa, Ran?" tanya Ocha sambil mengelus punggung Rania, menenangkan Rania yang mulai terisak dalam pelukan.

"Pria itu," jawab Rania.

Spontan Ocha langsung melepas pelukan, untuk menatap Rania.

"Pria malam itu?" tanya Ocha memastikan. Rania hanya mampu mengangguk.

"Wait," ucap Ocha mengambil ponsel di saku, untuk menghubungi seseorang.

"Ke ruangan Rania sekarang, dan batalin meeting kita." Ocha berucap serius dan tegas, lalu mengakhiri panggilan.

"Benji?" tanya Rania sambil menghapus air mata yang membasahi pipinya.

"Iya, lu harus cerita apa yang terjadi ke gue dan Benji," jawab Ocha mengajak Rania duduk di sofa.

Beberapa menit kemudian, pintu ruangan Rania terbuka dengan kencang, Benji masuk dengan wajah panik menatap Rania dan Ocha.

"Kalian kenapa?" tanya Benji menghampiri Rania dan Ocha yang duduk di sofa.

"Gue gak apa-apa, tapi Rania," jawab Ocha sambil merangkul Rania, mengusap bahu Rania.

"Lu kenapa, Ran?" tanya Benji sambil duduk di hadapan kedua sahabatnya.

Rania menceritakan apa yang terjadi. Ocha dan Benji diam, mendengarkan dengan baik.

"Wait, anak Gevan Hammas? Pemilik rumah sakit yang ada di beberapa negara di Asia? tanya Benji. Rania hanya mengangguk.

"Shit! Itu berarti Revan Hammas," ucap Benji.

"Lu yakin itu Revan?" tanya Benji menatap Rania.

"Gue gak tau siapa nama dia, tapi dia ninggalin kartu nama di meja, gue belum lihat," jawab Rania menunjuk ke arah meja.

Bangun dari duduknya, Benji langsung menuju meja kerja Rania. Mengambil kartu nama di meja, Benji membaca kartu nama itu.

"Ternyata benar Revan," ucap Benji menatap Rania dan Ocha.

"Lu kenal?" tanya Ocha.

Benji bercerita siapa Revan dan pertemuannya dengan Revan.

"Dia kayaknya pria berbahaya," ucap Ocha, setelah mendengar cerita Benji.

"Iya, dia bisa mendapatkan semua informasi yang dia mau," balas Rania langsung.

Rania merasa tidak akan sanggup jika hidupnya harus berurusan dengan Revan.

"Dia punya kekuasan yang cukup besar, jadi sangat mudah buat cari tau apa pun yang dia mau, tapi setau gue, dia termasuk nice guy, selama ini gak pernah ada berita buruk tentang dia, dan dia gak pernah terlihat dekat dengan perempuan. Gue gak nyangka dia yang hamilin lu," jelas Benji.

"Terus sekarang gue harus gimana?" tanya Rania menghela napas pelan.

"Temui dia," jawab Benji menatap Rania.

Marriage Happiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang