Part 16 - Pergi

9.6K 687 75
                                    

Happy Reading.









Sampai di rumah orang tuanya, ternyata kedua orang tua sedang pergi, Revan memilih menghubungi Rania, tapi Rania tidak mengangkat panggilannya. Revan berpikir mungkin Rania sedang tidur.

Duduk di sofa di ruang tengah, Revan menyalakan televisi. Revan tersenyum saat melihat wajah Rania muncul di berita saat persidangan tadi pagi.

"Cantik ya," bisik seseorang.

Tersentak kaget, Revan menoleh, melihat Mamanya berada tepat di belakangnya.

"Mama datang-datang ngagetin aja, masuk gak ada suaranya," ucap Revan.

"Kamu aja yang terlalu fokus lihat perempuan cantik, sampai Mama masuk gak sadar," balas Anne sambil duduk di samping Revan.

"Mama dari mana?" tanya Revan.

"Ketemu teman," jawab Anne menatap Revan sesaat, lalu melihat televisi.

"Lihat tuh, Van, udah cantik, sukses lagi, menantu idaman banget. Tapi sayang, anak Mama kayaknya udah gak tertarik sama perempuan," ucap Anne mencibir, membuat Revan melebarkan matanya.

"Mama kalau ngomong sembarang banget," cetus Revan.

"Loh, buktinya kamu udah tiga puluh tahun tapi gak ada tanda-tanda bakal nikah, sama aja kaya Kevin. Bingung Mama, punya dua anak laki-laki pada gagal move on semua," ucap Anne menyindir.

"Ck. Aku udah move on dari Diandra, Ma," balas Revan berdecak kesal.

"Yang benar? Berarti bisa dong tahun ini kamu nikah? Mau Mama cariin calonnya?" tanya Anne sangat semangat.

"Revan udah punya calon sendiri," jawab Revan sambil melihat ke arah televisi yang masih menampilkan wajah Rania.

"Siapa? Mama kenal gak sama perempuan itu?" tanya Anne semakin bersemangat.

"Nanti Revan kenalin," ucap Revan, terkekeh geli melihat wajah Mamanya.

"Awas ya kalau kamu bohongin Mama," balas Anne menatap tajam Revan.

"Enggak. Mama tenang aja," ucap Revan.

***

Revan pulang ke rumahnya saat sudah sore. Sampai di rumah, Revan melihat Bik Ita sedang mengelap foto-foto yang berada di ruang tamu.

"Rania di mana, Bik?" tanya Revan.

"Di kamar, Tuan," jawab Bik Ita.

Revan mengangguk, lalu melanjutkan langkahnya menuju tangga. Saat sudah di depan kamar, Revan menekan password.

Cklek.

Kening Revan berkerut, karena tidak ada Rania di dalam kamarnya. Revan melangkah menuju kamar mandi, saat membuka pintu kamar mandi, Rania juga tidak ada.

Melihat tas Rania tergeletak di lantai dekat nakas, Revan juga melihat ada kertas dan ponsel di nakas. Melangkah dengan cepat, Revan mengambil kertas itu. Membacanya dengan teliti.

Dear Revan,

Kalau kamu udah menemukan surat ini. Maaf, lagi-lagi aku pergi hanya meninggalkan sebuah kertas.

Revan....

Terima kasih udah datang menemui aku, dan ingin bertanggung jawab atas apa yang udah terjadi.

Selama satu bulan bersama kamu, aku merasa sangat bahagia dapat merasakan apa yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.

Sekarang aku sadar, bahwa kamu gak perlu bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang sudah terjadi, karena penyebab kejadian malam itu adalah aku.

Marriage Happiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang