Part 18 - Melamar Rania

10.4K 697 50
                                    

Happy Reading.









Rania tersenyum, terbangun dalam pelukan Revan, merasakan degup jantung Revan saat tidur membuatnya semakin nyaman. Perlahan Rania mengelus wajah Revan dengan lembut.

Merasakan elusan di wajahnya, Revan membuka matanya secara perlahan. Saat matanya sudah terbuka sepenuhnya, Revan langsung tersenyum melihat Rania menatapnya dengan senyuman.

"Morning," ucap Rania dengan suara lembut.

"Morning," balas Revan menundukkan wajahnya, untuk mengecup bibir Rania.

"Aku mau mandi, habis itu buat sarapan, kamu mau sarapan apa?" tanya Rania.

"Apa aja," jawab Revan.

Rania tersenyum mengangguk, lalu bangun dari posisi tidurnya. Revan pun ikut bangun, duduk bersandar di kepala ranjang. Rania turun dari ranjang, menuju kamar mandi.

20 menit kemudian, Rania keluar dari kamar mandi dengan penampilan sudah rapi, karena kamar mandi dan walk in closet terhubung menjadi satu. Rania terlihat sangat cantik, wajahnya sudah tidak pucat.

Melihat Revan masih duduk bersandar di kepala ranjang, sambil memainkan ponsel, Rania menghampiri Revan.

"Apa ada masalah?" tanya Rania, karena Revan sangat serius sekali dengan ponselnya.

Meletakkan ponselnya di nakas, lalu Revan menarik pelan tangan Rania, membuat Rania duduk di pinggir ranjang. Revan memeluk Rania, mencium wangi tubuh dan rambut Rania, wangi yang membuatnya merasa tenang dan nyaman.

"Aku hanya meminta sopir membelikan pakaian untuk aku," jawab Revan.

"Kamu ke sini gak bawa pakaian?" Tanya Rania.

"Enggak. Saat Leon hubungi aku, bilang kamu di sini, aku langsung berangkat, gak ada waktu packing," jawab Revan.

"Ck. Bisa-bisanya pergi bawa diri doang," ucap Rania menggelengkan kepalanya.

Revan terkekeh mendengar ucapan Rania, lalu mencium pipi Rania.

"Ya udah aku mau bikin sarapan dulu, kamu mandi aja, nanti kalau udah selesai, pakai bathrobe aja dulu," ucap Rania.

Melepaskan pelukan, Revan membiarkan Rania bangun dari duduknya. Setelah Rania keluar dari kamar, Revan bangun dari duduknya, lalu melangkah menuju kamar mandi.

***

Rania bersama Vira sedang membuat sarapan. Tadi Vira sangat kaget melihat Rania sudah berada di dapur, tapi akhirnya Vira tersenyum senang, setelah mendengar kalau Revan datang. Jadi keduanya membuat sarapan bersama.

"Ckck, ternyata obat cinta lebih ampuh dari obat dokter. Ah... aku lupa, Revan 'kan dokter, berarti selain dokter jantung, ternyata Revan juga dokter cinta," ucap Leon dengan nada mencibir.

Rania hanya menoleh sesaat ke arah Leon, tidak membalas ucapan Leon, memilih kembali melanjutkan kegiatan memasaknya, sementara Vira hanya tersenyum saja.

"Gitu Vir kalau dimabuk cinta," ucap Leon pada Vira, yang hanya dibalas senyuman oleh Vira.

"Tuan mau dibikinkan teh atau kopi?" tanya Vira mengalihkan pembicaraan.

"Teh aja, Vir," jawab Leon.

Rania menyajikan masakannya di piring, dirinya membawa piring itu ke meja makan dibantu oleh Vira.

"Revan mana?" tanya Leon sambil menikmati teh-nya di meja makan.

"Lagi mandi," jawab Rania.

Ting... Tong.

Marriage Happiness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang