13. Pasha & Shanum

29 7 5
                                    

Tak mudah untuk bisa melepaskan rasa kesal pada seseorang.

Memaafkan itu memang hal yang mulia, tapi percayalah, hanya orang-orang hebat yang mampu melakukannya.

Dan Pasha sedang mencobanya...

Mencoba untuk melupakan kesalahan Eisha.

-ZEISH-

Saat ini Pasha sedang duduk sambil menonton tv.

"Bang?"

Pria itu menoleh ketika Eisha memanggilnya. Terlihat Eisha berdiri di samping kursi dengan senyum manisnya.

"Apa?" tanya Pasha tanpa ekspresi.

"Mm... itu, ada... yang mau ketemu," ujar Eisha masih dengan senyumnya.

Pasha mengernyitkan dahinya.

"Siapa?" tanyanya.

"Someone." ucap Eisha sok misterius. Pasha menaikkan alisnya.

"Siapa si?"

"Ada lah pokoknya." ucap Eisha tak mau mengalah.

Kemudian gadis itu menghadap ke pintu rumah dan berteriak,

"Masukkk!!!"

Setelahnya gadis itu buru-buru berpamitan kepada Pasha untuk pergi ke kamarnya. Pasha menatap sikap Eisha dengan bingung. Apa yang dilakukan gadis itu?

Ia mencoba tak peduli, sudah biasa gadis itu berbuat aneh kan?

Ia pun memilih untuk menonton tv lagi. Namun...

"H-hai?" suara seseorang berhasil membuat jantung Pasha berhenti berdegup untuk sepersekian detik.

Suara itu...

Pasha menolehkan pandangannya pelan-pelan ke arah pintu. Dan terkejut bukan main melihat sosok yang bahkan tak pernah ia duga akan hadir kembali dalam hidupnya.

"Sh-S-Shanum?" ucapnya terbata.

Gadis itu tersenyum tulus, namun kelopak matanya menitikkan liquid bening.

"Iya ini aku, Pash..."

###

Cuaca sore ini begitu terik, meskpun sudah pukul tiga, namun cahaya matahari masih terasa cukup menyengat di kepala. Membuat tenggorokan terasa begitu kering. Itu sebabnya Pasha berulang kali menenggak air, bahkan ia sudah habis empat gelas dalam waktu singkat.

Tapi entahlah, sepertinya tidak sepenuhnya karena faktor cuaca alam saja, agaknya cuaca hati juga mempengaruhi tenggorokan Pasha.

"Aem... So, apa kabar?" tanya Pasha meski canggung. Sebisa mungkin ia bersikap biasa saja, tapi nyatanya memang susah.

"Hm, baik. Kamu gimana, Pash?"

Apa ini? Apa hanya Pasha yang gugup disini? Bahkan Shanum terlihat begitu tenang.

Mungkin memang benar, wanita adalah makhluk yang paling pandai mengatur perasaan.

"Yaaa, seperti yang lo liat." jawab Pasha tanpa menoleh pada si penanya.

Gadis itu mengangguk. Ada yang mengganjal pendengarannya.

Pashanya tak lagi memakai aku kamu'an seperti dulu.

Ah tentu saja, "cerita" nya dengan Pasha hanyalah masa lalu.

Seharusnya ia sadar akan itu. Baiklah, ia akan mencoba mengikuti alurnya pelan-pelan.

Tak lama, hening kembai menyelimuti, sebenarnya keduanya memang masih sama-sama canggung.

Sampai akhirnya Shanum mengalah dalam keheningan itu, ia memilih untuk mulai bersuara lagi.

ZeishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang