21. Perkara kucing

11 4 8
                                    

ASALAMU'ALAIKUM!

Apa kabar sodara sodara?

Cape nunggu ga?

Ga lah, cape mah dapetin hatinya si Zevan tuh kayak si Eisha, kagak luluh-luluh soalnya.

Wkwk, fighting jomblo!!

Oke para jomblo, happy reading...

"Rak, bawa setrika ngga?"

Raka yang sedang membuka bungkus permen itu menoleh sedikit sambil menautkan alisnya, pertanyaan macam apa ini?

"Buat apa?" tanyanya, lalu memasukkan permen itu ke mulutnya dan menyimpan bungkusnya ke saku. Ia sedang malas berjalan ke tong sampah, dan daripada membuangnya sembarangan lebih baik ia kantongi saja, akan ia buang nanti.

Gini-gini Raka itu pecinta alam guys!
Mungkin satu-satunya hal yang bisa dicontoh dari Raka ya ini.

Ogi yang duduk di jok belakang motornya menghela napas, bak orang frustasi.

"Gue cape deh liat muka mereka berdua," ujarnya sambil menunjuk Zevan dan Langit dengan dagunya. Raka mengikuti arah yang ditunjukkan Ogi.

Dua pria dingin nan tampan itu terlihat tengah sibuk memakai helm di atas motor masing-masing.

Waktu pulang sekolah memang sudah tiba lima menit yang lalu.

"Kenapa sama mereka?"

"Ck, liat deh tuh, Rak. Muka mereka dari berangkat sekolah ampe pulang masih aja kusut, makannya mau gue setrikain." ujar Ogi mengutarakan unek-uneknya.

Plak!

Dengan tanpa permisi Raka menggeplak paha Ogi dengan cukup keras.

"Adoh! Ngapa lo geplak paha mulus gue!" Ogi menonyor kepala Raka dari belakang sebagai pembalasan dendam. Pria itu mengelus pahanya yang terasa panas.

"Lu ngadi-ngadi lagian. Yang mukanya perlu disetrika tuh elo." ujar Raka tanpa segan.

"Kenapa gue?" sahut Ogi.

"Ya mereka mah mau ekspresi kaya gimana juga ganteng. Lah lo?"

Ogi langsung mendelik tak terima.
Ia mendorong bahu Raka.

"Enak aja! Maksud lo apa? Gue jelek gitu?" sungutnya.

"Gue suka sih sama orang yang sadar diri." jawab Raka enteng. Ogi melotot tak terima.

"Dasar lo ya! Rak buku!"

"Lu kadal air!" sahut Raka.

"Heh! Ngobrol mulu! Buruan ke markas, tuh Zevan ama Langit dah berangkat!" tegur Tomi memperingatkan keduanya.

Raka dan Ogi kompak melihat dimana Zevan da Langit tadi berada, dan benar ternyata mereka telah pergi dari sana.

"Oh iya bener." ujar Raka baru tersadar.

"Lo sih Rak!" Ogi menyalahkan Raka tanpa ragu tentunya.

"Gue lagi yang kena, jelas-jelas lu yang mulai." Raka mendengkus tak terima.

"Lah lu nanggepin, hayo?" memang susah kalau sudah berhadapan sama mas Ogi ini.

"Iya juga si..." Raka menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ah udah buru elah! Debat mulu kalian. Gua aduin pak menteri nih!" keluh Tomi yang mulai kesal dengan sikap Duo Ragi ini.

"Iya Bang Tomi, santuy atuh." sahut Ogi.

ZeishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang