11. Marahnya Pasha

53 9 9
                                    

Bismillahirrahmaaninrrahiim.

Happy reading....

"Sha! Aishhhh! Lo ngapain sih disini?" tanya Langit heran sekaligus kesal pada gadis yang berhoodie itu.

Saat ini Eisha sudah berada di dalam markas bersama Zevan dkk. Ketujuh orang tadi sudah berhasil mereka kalahkan. Dan tinggallah kini sesi introgasi diluncurkan pada Eisha.

"A a anu..." gugup Eisha.

"Anu anu! Ambigu oy!" cegat Ogi.

Pluk!

"Adoh!"

"Jangan ngaco!" sergah Raka sambil melempar botol bekas pada Ogi.

"Sakit Rak! Tega banget nimpuk gue pake botol!" sungut Ogi tak terima sambil mengelus kepalanya.

"Sssstt! brisik lu! Pulang sono, dah dicariin emak tuh." balas Raka tak merasa bersalah.

"Aturan lu ngomong gitunya ke nih cewek!" tunjuk Ogi pada Eisha dengan dagunya.

"Dah lo diem deh Gi, Ka, ga bisa serius banget." Tomi yang sudah pengang dengan ocehan Ogi dan Raka akhirnya bersuara.

"Ya maap Tom, gue kan cuma ga terima aja dilemparin pake botol bekas sama om Raka." Ogi membela diri.

"Hustt! diem!" Langit ikut bicara, kalau sudah begini, kicep sudah Mas Ogi.

"Jawab Sha?" Langit beralih lagi pada Eisha. Mencoba merendahkan intonasinya agar Eisha mau jujur.

"Ngg-gue tadi mau jalan-jalan biasa, cari angin gitu, nah terus ga sengaja liat kalian," tutur Eisha lalu menggigit bibir bawahnya takut.

"Bohong, lu ikutin kita kan?" Picing Raka curiga melihat gerak gerik gadis itu.

"Ha? Engga kok, Engga!" Eisha menggerakkan kedua tangannya sambil menggeleng.

"Gitu malah keliatan banget boongnya." Ogi ikut menimpali.

"Apaan si? Bang Ogi ko nyolot mulu: (" ~ Author

"Mmm anu.. Enggg iya, jadi tuh sebenernya..."

"Nah kan ngaku juga lo!" cegat Ogi merasa menang.

"Tapi awalnya beneran ga sengaja ko." bantah Eisha cepat-cepat.

"Alah banyak alesan deh lo, Incess."

"Ck! B*go banget si lu Sha! Ini tuh dah malem dan lo malah keluyuran sendirian!" murka Langit tegas.

"Iya... habis gue bosen di rumah mulu Lang," jawab Eisha mengutarakan isi hatinya.

"Aishhhh!" Langit menjambak rambutnya kesal, ingin memarahi  lebih lagi tapi ia urungkan.

"Dah sekarang mending lu pulang sana gih! Engh... Van, bisa anterin dia?" tanya Langit, Zevan yang tadinya anteng bermain gawai tanpa berniat ikut campur pun akhirnya bersuara.

"Napa gue?" tanyanya sembari mengangkat alis.

"Karena cuma lo yang gue percaya, yang lain meragukan," jawab Langit sambil melirik ketiga sahabatnya, Tomi, Ogi, dan Raka. Sedangkan yang dilirik sontak melotot tak terima, ada juga yang mengerutkan dahi.

"Astaghfirullah Mas Langit. Kau menista-" ucap Ogi dramatis, namun belum selesai kalimatnya terlontarkan, Langit sudah dulu kembali bersuara, ia mengabaikan ucapan Ogi, membuat pria itu mendengkus.

"Van... Please?" fokus Langit kembali pada Zevan.

"Lo aja." jawab Zevan cuek, matanya masih fokus pada gawai.

ZeishTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang